Sunday, June 4, 2017

Perahu Batu Fampompar sebagai Simbol dan Platform Fungsional Struktural Masyarakat Sangliat Dol (Photos)

JALAN MENUJU DESA SANGLIAT DOL

Desa Sangliat Dol, Kecamatan Wertamrian, dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 atau roda 4 sekitar 1 (satu) jam dari Kota Saumlaki, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saya mengendarai kendaraan roda 2, dan karena saya memutuskan untuk berhati-hati karena pergi sendiri, saya membutuhkan waktu sekitar 1 jam 15 menit. Jalan utama memiliki kondisi yang sangat baik dan cukup lengang.

Image may contain: tree, road, outdoor and nature


DESA SANGLIAT DOL

Jalanan di Desa Sangliat Dol juga memiliki kondisi yang sangat baik.

Image may contain: sky and outdoor Image may contain: cloud, sky and outdoor

Kelapa yang dikeringkan dengan dijemur dapat dilihat di dekat rumah - rumah warga.

Image may contain: one or more people, shoes and outdoor Image may contain: shoes and food

Beberapa bangunan kecil berisi patung Yesus atau Bunda Maria juga ditemukan di Desa Sangliat Dol. Warga terlihat membuat tanda salib ketika melewati bangunan - bangunan tersebut.

Image may contain: tree, plant, sky, outdoor, nature and water Image may contain: tree, plant and outdoor


RITUAL BUKA ADAT BAGI PENGUNJUNG PERAHU BATU

Pengunjung perlu mendapatkan ijin dari Tuan Tanah sebelum mengunjungi Perahu Batu Fampompar (Natar Sory Fampompar). Dengan ditemani seorang warga dan anak laki-lakinya, saya mendatangi terlebih dahulu pegawai Dinas Pariwisata untuk kemudian bersama-sama dengan mereka mendatangi Tuan Tanah.

Untuk ritual Buka Adat, pengunjung perlu menyediakan sebotol Sopi, minuman keras lokal, dan tanda terimakasih yang jumlahnya dapat dibicarakan terlebih dahulu dengan warga setempat yang lebih mengetahui. Ritual Buka Adat, sebenarnya merupakan doa kepada leluhur dan persembahan kepada leluhur yang dilakukan dengan menuangkan Sopi ke tanah oleh Tuan Tanah. Setelah doa kepada lelulur, kemudian Tuan Tanah berdoa secara Katolik dengan menggunakan bahasa lokal.

Setelah selesai berdoa, pengunjung kemudian meminum Sopi dari gelas kayu dan juga semua yang ada mengikuti ritual Buka Adat tersebut. Usai meminum Sopi, kemudian pengunjung dapat melihat Perahu Batu dengan ditemani pegawai Dinas Pariwisata.


TANGGA BATU

Terdapat 108 anak tangga batu untuk menuju Perahu Batu dengan ketinggian 50 meter dari permukaan laut. Di ujung bawah tangga biasa dilakukan acara Buka Adat untuk ritual seperti Kawin Masuk atau Kawin Keluar. Setelah acara dilaksanakan, mereka yang menaiki tangga ini diminta untuk tidak melihat ke belakang (#MoveOn). Saya tidak melalui anak tangga tersebut tetapi menuju Perahu Batu langsung dari atas meski menurut pegawai Dinas Pariwisata dan warga yang menemani saya, pengunjung seharusnya menaiki tangga ini terlebih dahulu sebelum menuju Perahu Batu.

Image may contain: one or more people, plant, tree, outdoor and nature

Sesampai di ujung atas tangga, terdapat tempat dimana biasanya dilakukan acara adat pada saat Kawin Keluar dimana pihak perempuan yang akan dibawa ke luar desa perlu menyiapkan babi atau sepotong daging babi atau kulit babi untuk ritual. Bagi laki-laki yang akan membawa keluar perempuan tersebut, mereka perlu menyiapkan seekor babi dan Sopi.

Image may contain: shoes, plant and outdoor


PERAHU BATU FAMPOMPAR

Image may contain: sky, outdoor and nature Image may contain: tree, plant, sky, outdoor and nature Image may contain: outdoor and nature Image may contain: outdoor Image may contain: outdoor

Perahu Batu Fampompar ini memiliki 8 (delapan) Batu Adat.

Batu I (Tempat Duduk Kompas atau Pembuka Jalan)
Batu ke-1 merupakan tempat duduk Pembicara 1. Pembicara 1 biasanya dari mereka yang bermarga Nyanukmarumat. Pembicara 1 biasa disebut dengan Kompas atau Pembuka Jalan. Pembicara 1 merupakan pihak yang memulai pembicaraan, baik mengenai apa yang berkaitan dengan Desa, seperti adanya Kawin Masuk atau Kawin Keluar, maupun apabila ada pengunjung.

Ritual Kawin Masuk adalah apabila warga desa menikahi perempuan dari luar desa dan membawa istrinya untuk menetap di desa. Kawin Keluar adalah ketika seorang perempuan dari desa Sangliat Dol akan dibawa keluar oleh suaminya yang berasal dari luar desa.

Image may contain: plant, tree, sky and outdoor

Batu II (Tempat Duduk Ketua Adat)
Batu ke-2 merupakan tempat duduk Pembicara 2. Pembicara 2 merupakan Ketua Adat dan biasanya dari mereka yang bermarga Ayuvembun. Ayuvembun menerima penjelasan terlebih dahulu dari Kompas dan juga mendengarkan pendapat dari Pembicara 1, 3, 4, 5 dan 6.

Image may contain: sky, house, tree, plant, outdoor and nature

Batu III (Tempat Duduk Pembicara 3)
Pembicara 3 biasanya bermarga Ariesyam dan merupakan Pengawal.

Image may contain: sky, cloud, plant, house, tree, outdoor and nature

Batu IV (Batu Anak, Tempat Duduk Pembicara 4)

Image may contain: plant, tree and outdoor

Batu V (Tempat Duduk Pembicara 5)
Batu V merupakan tempat duduk Pembicara 5 yang biasanya bermarga Lamere. Pembicara 5 biasanya melakukan doa setelah Kompas meringkas semua hasil pembicaraan serta rencana tindak lanjutnya.

Image may contain: plant, tree and outdoor

Batu VI (Tempat Duduk Tuan Tanah)
Batu VI merupakan tempat duduk Pembicara 6 yang merupakan Tuan Tanah. Tuan Tanah merupakan pihak yang menerima keputusan dan/atau arahan dari Kompas.

Image may contain: outdoor

Batu VII (Kemudi Kiri)
Batu VII atau Kemudi Kiri, merupakan pelaksana keputusan (menjalankan perahu) atau pelaksana perintah dari Kompas. Mereka juga merupakan pemecah gelombang. Biasanya bermarga Sainyakiti.

Image may contain: plant, outdoor and nature

Batu VIII (Kemudi Kanan)
Batu VIII atau Kemudi Kanan, mmerupakan pelaksana keputusan (menjalankan perahu) atau pelaksana perintah dari Kompas. Mereka juga merupakan pemecah gelombang. Biasanya bermarga Angonmase.

 Image may contain: plant, sky, tree, cloud, outdoor and nature

Batu Doa
Selain kedelapan batu tersebut, terdapat juga batu yang terletak di belakang Batu II. Batu tersebut kemudian saya sebut dengan Batu Doa. Saya sendiri tidak bertanya bagaimana masyarakat menyebut batu tersebut. Batu tersebut merupakan batu dengan lubang dimana di dalamnya diletakkan patung Yesus dan/atau Bunda Maria dan juga merupakan tempat di mana Lamere berdoa setelah menerima keputusan dan/atau arahan Kompas.

Image may contain: cloud, sky and outdoor