Saturday, August 4, 2012

'Konco Wingking' - Wanita dalam Subordinasi Laki-Laki vs. Wanita sebagai Decision Maker dalam Ranah Domestik

Judul ini saya ambil setelah membaca penelitian Antropologis yang dilakukan oleh Silverio R. L. Aji Sampurno dalam penelitiannya pada masyarakat bantaran kali Gajah Wong. Penelitian Sampurno dituangkan dalam Tesis pada tahun 2003 dengan judul 'Peran Wanita dalam Pengelolaan Limbah Rumah Tangga' dan juga Tesis Puji Lestari pada tahun yang sama dengan judul 'Peran Wanita dalam Pengelolaan Lingkungan Fisik Rumah Tinggal di Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY'.


PUJI LESTARI
Puji Lestari menuliskan bahwa "Masyarakat Indonesia mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar obyek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, melainkan juga harus dikelola, yaitu dengan  ditata, dipelihara demi kelestarian lingkungan itu sendiri" (halaman 3).

Kembali kepada Wanita sebagai subyek pembahasan, ada 6 (enam) peran wanita dituliskan oleh Lestari pada halaman 26, yaitu:
(1) peran sebagai orang tua (parental-role)
(2) peran sebagai istri (conjugal-role)
(3) peran dalam rumah tangga (domestic-role)
(4) peran dalam kekerabatan (kin-role)
(5) peran pribadi (individual-role)
(6) peran dalam pekerjaan (occupation-role)

Definisi akan peran itu sendiri dituliskan sebagai "perilaku yang terpola" (halaman 27)

Disimpulkan oleh Lestari bahwa:
- wanita pekerja dan penjual jasa berperan sebagai decision maker dalam pemanfaatan WC
- wanita pedagang dan petani berperan sebagai pihak yang mengusulkan dan suami sebagai pihak yang
  menyetujui dalam pemanfaatan WC

Tanpa ingin membatasi pemaparan temuan Lestari, dapat disimpulkan bahwa WANITA DALAM PERANNYA DALAM KAWASAN DOMESTIK MERUPAKAN DECISION MAKER





AJI SAMPURNO
Aji Sampurno mengetengahkan betapa wanita berada dalam subordinasi laki - laki

- " ..., keutamaan seorang wanita adalah manak, macak, masak, mapak, dan manut".
- " wanita Jawa dianggap sebagai konco wingking (teman di belakang) atau wanita iku swargo nunut 
   neraka katut (wanita itu surga ikut neraka juga ikut)".

Posisi wanita ini juga ditarik dari pernyataan seorang ibu pada halaman 69
"kalau makan terserah pada yang akan makan, yang penting bapak(nya) sudah diambilkan terlebih dahulu, biar bapak(nya) tidak makan sisa makanan anak-anak dan istri(nya). Sebab yang mencari uang dan nafkah hidup itu bapak"

Fakta lain yang diketengahkan oleh Sampurno berada pada halaman 70 - 71

"Dalam kehidupan sehari-hari seringkali wanita rela mengganti namanya dengan nama suaminya setelah menikah. Hal ini menunjukkan bahwa memang wanita berada dalam subordinasi laki-laki"

"Mempertahankan status quo (para laki-laki) ... dilestarikan oleh para elit pengambil keputusan di Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, dan PKK sebgai gerakan wanita Indonesia. Para elit itu menjadi "elit", karena sudah menjadi tugas para wanita itu untuk juga mengepalai semua wanita (istri karyawan, bujangan), karena mereka adalah istri dari para lelaki yang menjabat kepala di tempat kerjanya"

Namun, Sampurno memberikan kontradiksi bahwa konco wingking bisa juga dimaknai sebagai pemberian wewenang penuh kepada wanita dalam hal pengaturan urusan domestik.






No comments:

Post a Comment