RINGKASAN SINGKAT DARI ARTIKEL
Network atau jejaring dirasakan menjadi kebutuhan sejak
munculnya bentuk pengorganisasian model
baru yang merupakan bentuk pengorganisasian “hibrida” atau campuran karena
gerakan – gerakan sosial kontemporer berjejaring satu sama lain, membentuk
koalisi dan berusaha menjadi bagian dari masyarakat global dan nasional. Edelman
dalam awal artikelnya menyarankan agar dilakukan prosedur analitis yang dimulai
dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian atau
dalam artikel ini disebut sebagai heuristic atas perbedaan yang terkandung dalam istilah
“civil society”, “network” serta “social movement” karena selama ini istilah – istilah tersebut
dirasa kurang tepat penggunaannya dan sering diperdebatkan.
Sebelum
melanjutkan perbincangan mengenai istilah – istilah tersebut di atas, Edelman
mengetengahkan salah satu argumennya dalam artikel ini di mana kejadian yang
ada di dunia ini berdampak pada perbincangan mengenai istilah “civil society” dan “network”. Pada tahun 1980-an di Amerika Latin terjadi (1) krisis
hutang yang diakibatkan oleh mata uang yang dinilai terlalu tinggi, model
pembangunan yang statis, tingginya suku bunga pada tahun 1970-an, harga
komoditas serta sistem perpajakan yang “kurang darah”, (2) ekonomi global yang
cepat berubah, (3) masalah kemiskinan yang tidak kunjung terpecahkan dan
berdampak pada lebih dari sepertiga jumlah penduduk, (4) ketidakstabilan yang
terus menerus di Argentina, Ekuador, Kolombia, Venezuela serta di beberapa
tempat lain, (5) jatuhnya rejim militer yang membawa harapan baru dan
terbukanya ruang politk, (6) ketidakpuasan atas proses demokrasi oleh rakyat
Amerika Latin pada dua dekade setelahnya, (7) kompetisi untuk menduduki pucuk
kekuasaan, serta (8) perjuangan masyarakat yang terjadi secara masif. Dari
beberapa hal tersebut menciptakan mobilisasi dari berbagai sektor sipil
masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menurut Edelman, dan
menurut saya agak aneh karena bertentangan dengan poin (4), disebabkan oleh
berkurangnya konflik masyarakat sipil. Mobilisasi ini juga didorong dengan
adanya demokratisasi sistem politik, yang pada dua dekade setelahnya tidak
memuaskan rakyat Amerika Latin, yang membuka pintu lebar bagi aktor – aktor
baru untuk menyuarakan tuntutan masyarakat. Isu – isu yang berkaitan dengan hak
– hak masyarakat sipil mulai diangkat seperti pemulangan kembali pengungsi,
memasukkan mantan gerilyawan ke dalam kehidupan masyarakat demi terciptanya
perdamaian dan menguatnya rekonsiliasi nasional.
Aktor –
aktor baru ini dijelaskan oleh Edelman sebagai mereka yang selama ini ikut
berjuang selama perang dan merasa “percaya diri” karena turut serta dalam
perjuangan berat selama lebih dari satu dekade. Ada dua jenis aktor yang
diketengahkan oleh Edelman, yang pertama adalah aktor internal yang mencakup
para mantan pejuang dan intelektual serta yang kedua adalah aktor eksternal
yaitu masyarakat Amerika dan Eropa.
Kembali
kepada perbincangan mengenai pemahaman atas istilah “civil society”, Edelman mengetengahkan bahwa umumnya masyarakat
sipil atau “civil society” merupakan
rumah tangga atau keluarga yang berdiri sendiri dan terlepas dari negara. Namun
demikian, ada dua pandangan yang berbeda mengenai “civil society”. Yang pertama adalah para konservatif yang berpikir
bahwa “civil society” tidak masuk
dalam domain negara karena fungsi utamanya adalah untuk memeriksa kekuasaan
negara yang pada dasarnya berusaha untuk menjaga otonomi institusi kolektif
dari gangguan pasar dan negara. Pandangan yang kedua adalah mereka yang
mementingkan kesenjangan sosial dan perbedaan tingkat “kekuasaan” atau power yang memberi struktur atau membatasi
keterwakilan masyarakat sipil ini dalam dunia politik. Pandangan yang pertama
dalam artikel ini diwakili oleh masyarakat Amerika yang melihat bahwa gerakan –
gerakan yang terjadi dilatarbelakangi oleh subversi komunis serta campur tangan
Soviet-Cuban. Pandangan
ini mempengaruhi bentuk pendekatan mereka. Masyarakat Amerika melakukan
pendekatan yang lebih militeristik meskipun juga melakukan lobi – lobi dengan
pihak swasta serta mempromosikan pembentukan organisasi – organisasi
sebagaimana yang ada di Amerika. Pandangan yang kedua diwakili oleh masyarakat
Eropa yang melakukan pendekatan dengan mengedepankan relasi (power) yang setara dengan rekanan di
akar rumput, mempertahankan ekses pasar serta memberdayakan sektor – sektor
yang dulunya “lemah”.
Istilah “network” pada tahun
1990an, sebagaimana diketengahkan oleh Edelman, dipahami sebagai suatu kondisi
sosial sedang pemahaman yang lainnya memandang bahwa “network” merupakan suatu
gambaran atas bentuk –bentuk organisasi dan institusi, teknologi informasi
serta praktik – praktik pengetahuan yang bermunculan. Edelman sendiri
mengusulkan untuk memahami network sebagai
suatu bentuk yang menggantikan analisis dan realitas serta kegagalan atas network itu sendiri bersifat endemis dan
sudah pasti merupakan akibat dari bentuk jaringan yang dipakai seperti yang
diusulkan oleh Annelise Riles.
PERMASALAHAN
UTAMA KEGAGALAN JEJARING (NETWORK)
Dari apa yang dipaparkan oleh Edelman
dalam artikel ini, saya memahami kegagalan suatu jejaring sebagai kegagalan
seorang leader atau aktor – aktor
dalam jejaring itu sendiri dalam mempertahankan “perjuangan” atau prioritas mereka
dan bukannya kegagalan dari bentuk jaringan itu sendiri. Yang pertama
adalah perubahan prioritas si leader dan
para aktor dari mempertahankan relasi organisasi lokal dan nasional ke relasi
internasional serta internal organisasi. Yang kedua adalah dualisme prioritas
organisasi yang dicanangkan oleh para aktor dimana mereka berusaha untuk
mewakili kelompok yang tuntutannya mereka coba suarakan namun dalam waktu yang
bersamaan mereka memperjuangkan hak kelola lahan yang sangat berkaitan erat
dengan kebijakan pemerintah yang harus segera dilakukan. Inti permasalahan
dalam mengedepankan kedua prioritas organisasi tersebut adalah bahwa prioritas
yang pertama membutuhkan waktu yang lama sementara prioritas yang kedua
membutuhkan kesegeraan dalam bertindak. Yang ketiga adalah perubahan prioritas
dalam mempertahankan jejaring. Jejaring, disebutkan oleh Edelman, telah menjadi
arena untuk beberapa leader dan para
aktor sebagai sumber nafkah namun sekaligus juga untuk keberlanjutan dari
aktivisme mereka. Hal
yang terakhir ini yang kemudian dapat dipahami bahwa network dapat menjadi alat (means)
dan hasi akhir (ends).
USULAN
EDELMAN DALAM PENELITIAN JEJARING DAN GERAKAN SOSIAL
Edelman mengusulkan agar pusat
perhatian penelitian ada pada bidang sosial yang lebih luas atau yang dia
tuliskan sebagai broader “social fields” dimana
organisasi – organisasi yang kita teliti tersebut beroperasi karena Edelman
berpendapat bahwa penelitan atas klaim para aktivis akan lebih mudah untuk
dilakukan bila kita memusatkan perhatian pada gerakan – gerakan sosial yang place-based atau berbasis lokasi.
KOMENTAR
Dari apa yang diketengahkan oleh
Edelman ada dua pokok penting yang bisa dipetik. Yang pertama adalah bahwa leader sangat mempengaruhi bentuk
“perjuangan” atau bentuk suatu gerakan sosial baik yang mewujud dalam bentuk
NGO atau pun organisasi lokal. Hal ini bisa diterapkan berdasarkan pada
pernyataan yang dituliskan “when a leader
originates at the base [and then] becomes bureaucratized and distant from the
base, the people say that he’s become like a kite (se papaloteó), that he goes up and up into the sky, and then
suddenly the string breaks and he’s lost” atau “ketika seorang pemimpin
berangkat dari dasar [dan kemudian] berubah menjadi birokratis dan jauh dari
akar rumput, orang – orang memandangnya seperti sebuah laying – laying yang naik ke angkasa dan tiba – tiba talinya
putus dan dia tersesat”. Yang kedua adalah dimana, sekali lagi, Edelman
mengedepankan scope of analysis atau
cakupan analisa bidang ilmu Antropologi dalam menganalisa suatu gerakan sosial
dengan mengusulkan agar kita memusatkan perhatian pada gerakan – gerakan sosial
yang place-based atau berbasis
lokasi. Hal tersebut dapat dipahami karena diutamakannya particularities atau kekhasan. Dan hal tersebut mengarah pada kesmallscalean dari Antropologi
No comments:
Post a Comment