Thursday, October 18, 2012

Review ‘When Networks Don’t Work: The Rise and Fall and Rise of Civil Society Initiatives in Central America’


RINGKASAN SINGKAT DARI ARTIKEL

Network atau jejaring dirasakan menjadi kebutuhan sejak munculnya  bentuk pengorganisasian model baru yang merupakan bentuk pengorganisasian “hibrida” atau campuran karena gerakan – gerakan sosial kontemporer berjejaring satu sama lain, membentuk koalisi dan berusaha menjadi bagian dari masyarakat global dan nasional. Edelman dalam awal artikelnya menyarankan agar dilakukan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian atau dalam artikel ini disebut sebagai heuristic  atas perbedaan yang terkandung dalam istilah “civil society”, “network” serta “social movement” karena selama ini istilah – istilah tersebut dirasa kurang tepat penggunaannya dan sering diperdebatkan.

Sebelum melanjutkan perbincangan mengenai istilah – istilah tersebut di atas, Edelman mengetengahkan salah satu argumennya dalam artikel ini di mana kejadian yang ada di dunia ini berdampak pada perbincangan mengenai istilah “civil society” dan “network”. Pada tahun 1980-an di Amerika Latin terjadi (1) krisis hutang yang diakibatkan oleh mata uang yang dinilai terlalu tinggi, model pembangunan yang statis, tingginya suku bunga pada tahun 1970-an, harga komoditas serta sistem perpajakan yang “kurang darah”, (2) ekonomi global yang cepat berubah, (3) masalah kemiskinan yang tidak kunjung terpecahkan dan berdampak pada lebih dari sepertiga jumlah penduduk, (4) ketidakstabilan yang terus menerus di Argentina, Ekuador, Kolombia, Venezuela serta di beberapa tempat lain, (5) jatuhnya rejim militer yang membawa harapan baru dan terbukanya ruang politk, (6) ketidakpuasan atas proses demokrasi oleh rakyat Amerika Latin pada dua dekade setelahnya, (7) kompetisi untuk menduduki pucuk kekuasaan, serta (8) perjuangan masyarakat yang terjadi secara masif. Dari beberapa hal tersebut menciptakan mobilisasi dari berbagai sektor sipil masyarakat yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menurut Edelman, dan menurut saya agak aneh karena bertentangan dengan poin (4), disebabkan oleh berkurangnya konflik masyarakat sipil. Mobilisasi ini juga didorong dengan adanya demokratisasi sistem politik, yang pada dua dekade setelahnya tidak memuaskan rakyat Amerika Latin, yang membuka pintu lebar bagi aktor – aktor baru untuk menyuarakan tuntutan masyarakat. Isu – isu yang berkaitan dengan hak – hak masyarakat sipil mulai diangkat seperti pemulangan kembali pengungsi, memasukkan mantan gerilyawan ke dalam kehidupan masyarakat demi terciptanya perdamaian dan menguatnya rekonsiliasi nasional.

Aktor – aktor baru ini dijelaskan oleh Edelman sebagai mereka yang selama ini ikut berjuang selama perang dan merasa “percaya diri” karena turut serta dalam perjuangan berat selama lebih dari satu dekade. Ada dua jenis aktor yang diketengahkan oleh Edelman, yang pertama adalah aktor internal yang mencakup para mantan pejuang dan intelektual serta yang kedua adalah aktor eksternal yaitu masyarakat Amerika dan Eropa.

Kembali kepada perbincangan mengenai pemahaman atas istilah “civil society”, Edelman mengetengahkan bahwa umumnya masyarakat sipil atau “civil society” merupakan rumah tangga atau keluarga yang berdiri sendiri dan terlepas dari negara. Namun demikian, ada dua pandangan yang berbeda mengenai “civil society”. Yang pertama adalah para konservatif yang berpikir bahwa “civil society” tidak masuk dalam domain negara karena fungsi utamanya adalah untuk memeriksa kekuasaan negara yang pada dasarnya berusaha untuk menjaga otonomi institusi kolektif dari gangguan pasar dan negara. Pandangan yang kedua adalah mereka yang mementingkan kesenjangan sosial dan perbedaan tingkat “kekuasaan” atau power  yang memberi struktur atau membatasi keterwakilan masyarakat sipil ini dalam dunia politik. Pandangan yang pertama dalam artikel ini diwakili oleh masyarakat Amerika yang melihat bahwa gerakan – gerakan yang terjadi dilatarbelakangi oleh subversi komunis serta campur tangan Soviet-Cuban. Pandangan ini mempengaruhi bentuk pendekatan mereka. Masyarakat Amerika melakukan pendekatan yang lebih militeristik meskipun juga melakukan lobi – lobi dengan pihak swasta serta mempromosikan pembentukan organisasi – organisasi sebagaimana yang ada di Amerika. Pandangan yang kedua diwakili oleh masyarakat Eropa yang melakukan pendekatan dengan mengedepankan relasi (power) yang setara dengan rekanan di akar rumput, mempertahankan ekses pasar serta memberdayakan sektor – sektor yang dulunya “lemah”.

Istilah network” pada tahun 1990an, sebagaimana diketengahkan oleh Edelman, dipahami sebagai suatu kondisi sosial sedang pemahaman yang lainnya memandang bahwa “network merupakan suatu gambaran atas bentuk –bentuk organisasi dan institusi, teknologi informasi serta praktik – praktik pengetahuan yang bermunculan. Edelman sendiri mengusulkan untuk memahami network sebagai suatu bentuk yang menggantikan analisis dan realitas serta kegagalan atas network itu sendiri bersifat endemis dan sudah pasti merupakan akibat dari bentuk jaringan yang dipakai seperti yang diusulkan oleh Annelise Riles.


PERMASALAHAN UTAMA KEGAGALAN JEJARING (NETWORK)

Dari apa yang dipaparkan oleh Edelman dalam artikel ini, saya memahami kegagalan suatu jejaring sebagai kegagalan seorang leader atau aktor – aktor dalam jejaring itu sendiri dalam mempertahankan “perjuangan” atau prioritas mereka dan bukannya kegagalan dari bentuk jaringan itu sendiri. Yang pertama adalah perubahan prioritas si leader dan para aktor dari mempertahankan relasi organisasi lokal dan nasional ke relasi internasional serta internal organisasi. Yang kedua adalah dualisme prioritas organisasi yang dicanangkan oleh para aktor dimana mereka berusaha untuk mewakili kelompok yang tuntutannya mereka coba suarakan namun dalam waktu yang bersamaan mereka memperjuangkan hak kelola lahan yang sangat berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah yang harus segera dilakukan. Inti permasalahan dalam mengedepankan kedua prioritas organisasi tersebut adalah bahwa prioritas yang pertama membutuhkan waktu yang lama sementara prioritas yang kedua membutuhkan kesegeraan dalam bertindak. Yang ketiga adalah perubahan prioritas dalam mempertahankan jejaring. Jejaring, disebutkan oleh Edelman, telah menjadi arena untuk beberapa leader dan para aktor sebagai sumber nafkah namun sekaligus juga untuk keberlanjutan dari aktivisme mereka. Hal yang terakhir ini yang kemudian dapat dipahami bahwa network dapat menjadi alat (means) dan hasi akhir (ends).

USULAN EDELMAN DALAM PENELITIAN JEJARING DAN GERAKAN SOSIAL

Edelman mengusulkan agar pusat perhatian penelitian ada pada bidang sosial yang lebih luas atau yang dia tuliskan sebagai broader “social fields” dimana organisasi – organisasi yang kita teliti tersebut beroperasi karena Edelman berpendapat bahwa penelitan atas klaim para aktivis akan lebih mudah untuk dilakukan bila kita memusatkan perhatian pada gerakan – gerakan sosial yang place-based atau berbasis lokasi.

KOMENTAR

Dari apa yang diketengahkan oleh Edelman ada dua pokok penting yang bisa dipetik. Yang pertama adalah bahwa leader sangat mempengaruhi bentuk “perjuangan” atau bentuk suatu gerakan sosial baik yang mewujud dalam bentuk NGO atau pun organisasi lokal. Hal ini bisa diterapkan berdasarkan pada pernyataan yang dituliskan “when a leader originates at the base [and then] becomes bureaucratized and distant from the base, the people say that he’s become like a kite (se papaloteó), that he goes up and up into the sky, and then suddenly the string breaks and he’s lost” atau “ketika seorang pemimpin berangkat dari dasar [dan kemudian] berubah menjadi birokratis dan jauh dari akar rumput, orang – orang memandangnya seperti sebuah laying – laying  yang naik ke angkasa dan tiba – tiba talinya putus dan dia tersesat”. Yang kedua adalah dimana, sekali lagi, Edelman mengedepankan scope of analysis atau cakupan analisa bidang ilmu Antropologi dalam menganalisa suatu gerakan sosial dengan mengusulkan agar kita memusatkan perhatian pada gerakan – gerakan sosial yang place-based atau berbasis lokasi. Hal tersebut dapat dipahami karena diutamakannya particularities atau kekhasan. Dan hal tersebut mengarah pada kesmallscalean dari Antropologi

No comments:

Post a Comment