Panduan Digiactive untuk Twitter Aktivisme
Keterangan
(bukan bagian dari artikel):
Digiactive merupakan sebuah kelompok yang
membantu kegiatan akar rumput di seluruh dunia dalam menggunakan internet dan
telepon selular untuk meningkatkan dampak dari kegiatan mereka
|
oleh Andreas Jungherr, DigiActive, Creative Commons Attribution Non-Commercial
3.0 License Version 1.0 | April 2009
Sepanjang
akhir 2007 dan awal 2008 sebuah layanan media sosial muncul di tengah promosi
besar – besaran dari para pemasar dan penggemar media sosial. Twitter
(http://twitter.com)
semenjak itu diadopsi oleh kelompok aktivis di seluruh dunia..
Twitter merupakan layanan mikroblog yang
memungkinkan penggunanya untuk menampilkan pesan pendek, hingga 140 karakter
panjangnya, mengenai kabar berita (news feed)
yang bersifat pribadi. Pengguna dapat memperbaharui feed mereka langsung dari situs web Twitter, atau mereka dapat
menggunakan beragam aplikasi komputer dan telepon genggam, termasuk SMS.
Feed ini dapat diakses langsung melalui laman web
anggota, tapi Twitter juga memungkinkan penggunanya untuk menerima informasi
terbaru dari aplikasi telepon genggam atau komputer yang mereka pilih. Proses
sindikasi ini disebut “following”
(mengikuti). Jika seorang pengguna “mengikuti” (follow) feed Twitter dari
pengguna lain, dia menerima feed
terbaru dari orang tersebut melalui laman web Twitternya, baik melalui aplikasi
telepon genggam atau komputer.
Ada aspek komunitas dalam penggunaan Twitter.
Masing – masing feed Twitter menyajikan
daftar dari pengikut dan yang diikuti pemilik feed. Hal ini memungkinkan pengguna untuk dengan mudah menemukan
pengguna Twitter lainnya dengan minat yang sama. Karena daftar ini pada dasarnya terbentuk
berdasarkan minat, daftar ini menggambarkan gambaran atas komunitas yang ada
disekitar feed Twitter secara sekilas.
Awalnya pesan Twitter dirancang untuk menjawab
pertanyaan sederhana “Kamu lagi ngapain?” Menciptakan jalan pintas
berkomunikasi antar teman agar masing – masing saling tahu apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka akhir –
akhir ini.
Hal ini tetap menjadi aspek penting dalam layanan
ini, serta turut membantu dalam menjelaskan beberapa kesuksesan Twitter dan
penyebarannya. Namun, layaknya perangkat lunak manapun, pengguna memakai perangkat
ini untuk tujuan yang sama sekali baru dan tidak diduga. Twitter semakin lama
digunakan untuk tujuan yang berbeda, yang bukan merupakan tujuan awal dari
dirancangnya Twitter, namun tujuan yang dipilih pengguna untuk capai melalui
Twitter lebih karena beberapa karakteristik dari layanan ini.
Contoh – contoh berikut ini menunjukkan lima
penggunaan berbeda dari Twitter, yang menggambarkan potensi penggunaan Twitter
untuk aktivis politik.
ISTILAH – ISTILAH TWITTER
Tweet Pesan twitter yang panjangnya hingga
140 karakter
Twitter Feed Berita
dari pesan – pesan twitter oleh pengguna tertentu
Twitterer Orang yang menggunakan Twitter
Following Jika anda mengikuti feed Twitter pengguna lain, andamengikuti (“following”)
pesan - pesannya
Followers Pengguna yang mengikuti feed Twitter anda
Hashtags Jika symbol #
(“hash”) mendahului suatu istilah
dalam sebuah Tweet, istilah tersebut
merupakan kata kunci (atau “tag”). Hashtags dapat mudah dicari dan telah
menjadi salah satu fitur paling berguna di Twitter. Hashtags membantu anda dalam menempatkan pesan anda pada konteks
yang lebih luas dan memungkinkan pengguna lain yang tertarik pada topik atau
kata kunci tertentu menemukan feed yang
berkaitan.
News
Feed (Kabar Berita) News feed merupakan kumpulan pesan –
pesan baru. News Feed ini menunjukkan
pesan – pesan baru dalam urutan yang kronologis. News feed biasanya disebarkan melalui RSS (really simple syndication – sindikasi sangat sederhana) dan melalui
laman web khusus.
Twitterverse
(Jagat Twitter) Ranah Tweets dan Twitterers. Sama dengan blog, hanya
terbatas pada 140 karakter.
PENGGUNAAN 1: MENYEBARKAN
BERITA
Kasus Pembunuhan Benazir
Bhutto (Pakistan)
Pada
saat ini, salah satu tantangan terbesar bagi aktivis politik adalah menyebarkan
berita atas kejadian yang relevan dengan tujuan mereka namun belum ditangkap
oleh media tradisional. Saluran media tradisional
sering tidak tertarik dengan kisah – kisah yang ingin ditonjolkan oleh para
aktivis. Melalui Twitter, para aktivis memiliki saluran untuk menyebarkan
berita dari seluruh dunia, bahkan pada saat kejadian tersebut sedang
berlangsung.
Pada
bulan Desember tahun 2007, Benazir Bhutto, pemimpin partai oposisi orang
Pakistan yang bernama Partai Rakyat Pakistan dibunuh dalam suatu serangan pada
saat berlangsungnya demonstrasi politik (BBC News 2007). Untuk pertama kali,
liputan berita yang dibuat oleh media yang telah ada tidak hanya melalui
liputan berita melalui blog, namun juga dengan feed Twitter. Pengguna Twitter setempat, seperti Dr. Awab Alvi
(@teeth) atau konsultan media sosial Dina Mehta (@dina, Mehta 2007) mulai
memonitor saluran media lokal dan internasional serta menulis hasil observasi
mereka serta komentar mereka di blog dan feed
Twitter pribadi mereka. Twitterers
terkemuka seperti Dave Winer (@davewiner), Laura Finton (@pistachio) dan
Dennis Howlett (@dahowlett) juga mulai menulis potongan sumber berita yang
berbeda untuk masing-masing feed Twitter
mereka. Sejak saat itu, di Twitterverse penuh
dengan diskusi kejadian di Rawalpindi beserta dampak yang diakibatkan (Howlett
2008).
Alasan
dari intens dan cepatnya diskusi ini terjadi terletak pada sifat dasar dari
Twitter dan mikroblog pada umumnya. Semenjak Twitter digunakan sebagai perangkat
yang utamanya digunakan untuk mendapatkan berita pribadi terbaru oleh komunitas
dengan minat yang sama, berita menyebar dengan cepat.
PENGGUNAAN 2: KAMPANYE MELALUI
MEDIA SOSIAL
Kasus – kasus Laporan Pemungutan
Suara Twitter
Menarik
perhatian saluran media tradisional menjadi masalah yang tetap ada bagi para
aktivis dan LSM. Pada saat media mengabaikan anda, bagaimana cara anda menekan
perusahaan atau pemerintah? Di masa lalu beberapa kelompok telah menggunakan
Twitter dengan sukses untuk meraih tujuan ini dan meneruskan langkah
mereka.
Laporan
Pemungutan Suara Twitter, suatu usaha dimana sebuah jaringan non-partisan yang
semuanya merupakan relawan menggunakan Twitter untuk memonitor proses
pemungutan suara pada pemilihan Presiden AS pada tahun 2008, merupakan salah
satu contoh yang bagus. Menanggapi tulisan blog Nancy Scola dan Allison Fine sebelumnya
mengenai kemungkinan penggunaan Twitter dan hashtag
untuk melaporkan penyimpangan yang mungkin terjadi dalam proses pemungutan
suara di tataran lokal (Scola 2008a) jaringan pengembang dan relawan meciptakan
basis teknologi untuk mengumpulkan dan menyimpan Tweets dengan hashtag tertentu
selama hari-H pemungutan suara. Kumpulan tersebut menjadi Laporan Pemungutan
Suara Twitter (Scola 2008). Usaha ini secara luas dibahas dalam berita,
sehingga menarik perhatian atas masalah prosedur pemungutan suara yang adil dan
merata di mana-mana melalui penggunaan teknologi mereka secara inovatif.
Twitter telah menjadi perangkat yang berharga dalam
interaksi beragam platform media sosial. Meletakkan (Twitter) sebagai bagian
dari strategi media sosial anda akan terbukti bermanfaat. Namun Twitter jangan
digunakan sebagai saluran yang terisolir. Kekuatannya terletak pada kombinasi
layanan ini dengan saluran media sosial yang telah ada sebelumnya seperti
YouTube, Facebook atau blog.
PENGGUNAAN 3: MENGKOORDINASIKAN AKSI KOLEKTIF
Kasus kebakaran di San Diego (AS)
Setiap organisator tahu betul sulitnya mengkoordinasikan
aksi kolektif bahkan pada saat kejadian – kejadian baru sedang berkembang. Siapa telah melakukan apa dan
dimana? Apa yang sedang terjadi dan bagaimana hal tersebut merubah rencana yang
telah disiapkan? Menggunakan Twitter dapat memberikan jalan keluar
yang menarik untuk masalah ini.
Pada bulan Oktober 2007, jatuh korban dari bencana
kebakaran hutan di San Diego. Karena daerah permukiman berada dalam bahaya,
warga San Diego bergantung pada liputan berita secara langsung mengenai lokasi
kebakaran yang terus berubah dan prosedur penyelamatan. Saluran media yang
telah ada tidak dapat memuaskan kebutuhan mendesak atas infomasi terkini,
sehingga 2 warga , Nate Ritter (@nateritter) dan Dan Tentler (@viss) mulai
menuliskan informasi terkini mengenai kebakaran tersebut beserta prosedur
penyelamatan dalam feed Twitter
pribadi mereka. Feed mereka
menyajikan kumpulan berita dari saluran media resmi serta informasi yang
dikumpulkan dari para tetangga dan teman yang memonitor perkembangan di
lapangan. Feed mereka
ini telah menjadi tulang punggung informasi bagi masyarakat (Poulsen: 2007).
Aktivis politik dapat menggunakan Twitter sebagai
sumber informasi layaknya dari sekelompok intelijen (Arquilla 2000) dan sebagai
perangkat untuk mengkoordinasikan aksi kolektif. Pernyataan atas pentingnya perangkat seperti
Twitter dalam mengkoordinasikan relawan diungkapkan oleh Dinas Pemadam
Kebakaran LA berkaitan dengan kebutuhan untuk mengintegrasikan layanan Web 2.0
dalam strategi mereka: “Kita tidak bisa lagi bekerja sesuai dengan kecepatan
pemerintah dalam bekerja. Kita bertanggungjawab terhadap publik dalam
menyalurkan informasi secepat mungkin …. sehingga mereka dapat membuat
keputusan penting” (Chitosca 2007).
PENGGUNAAN 5: KEAMANAN PRIBADI
Kasus Penangkapan yang Diungkapkan Melalui Twitter
(Mesir)
Terus
mendapatkan informasi mengenai keadaan komunitas mereka menjadi tantangan yang
tetap ada bagi para aktivis. Terutama aktivis politik yang hidup di bawah rezim
yang supresif akan menghadapi bahaya yang terus menerus. Oleh sebab itu penting
bagi kelompok aktivis lokal agar dapat mengkomunikasikan status mereka terkini
secara teratur pada anggota kelompok mereka. Twitter terbukti menjadi perangkat
yang ampuh bagi sekompok orang untuk saling melacak keberadaan masing – masing
dari jauh.
Pada saat terjadi demonstrasi anti pemerintah di Mesir
pada bulan April 2008, polisi Mesir menahan mahasiswa jurnalisme Amerika
bernama James Karl Buck dan penterjemahnya bernama Mohammed Maree. Dalam
perjalanan menuju kantor polisi, Buck sempat menggunakan telepon genggamnya dan
mengirimkan SMS. Bersamaan dengan menuliskan SMS ini, dia meng-update feed Twitternya hanya dengan satu
kata “Ditangkap”. Teman – teman dan rekan kerja James Karl Buck memonitor feed Twitternya dan membebaskannya dari penjara
Mesir dalam hitungan jam, meskipun mereka terpisah jauh (Simon 2008). Pada
bulan April 2009, aktivis Visual Wael Abbas juga menTwitterkan penangkapan atas
dirinya dengan lebih rinci, dia terus nge-Tweet selama dalam tahanan
(@waelabbas). Aktivis politik dapat menggunakan Twitter untuk
saling memonitor tanpa berada di tempat yang sama. Hal ini meningkatkan
keamanan aktivis politik secara lebih jauh.