Sumber: saarc-sdmc.nic.in/pdf/publications/Indigenous/Chapter_2.pdf -
Indigenous Knowledge for Disaster Risk Reduction in
South Asia
PROSES
PENGETAHUAN MASYARAKAT SUKU
Pengetahuan masyarakat suku atas Pengurangan Risiko
Bencana berkembang melalui proses antisipasi, penanggulangan masalah, adaptasi
serta pemulihan masyarakat.
- Antisipasi merupakan pemahaman atas tanda - tanda alam akan bencana yang akan terjadi serta pengambilan langkah dalam rangka menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerusakan harta benda seperti misalnya dengan pindah ke tempat yang lebih aman, atau dengan membuat penghalang dari karung gandum atau dengan merancang bangunan yang sesuai dengan kondisi daerahnya
- Penanggulangan masalah mencakup cara menghadapi ‘guncangan’ yang diakibatkan oleh bencana dengan cara mendukung satu sama lain, mencari alternatif strategi mata pencaharian, dll.
- Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri yang dilakukan secara mandiri dalam hal gaya hidup dan praktik – praktik tertentu agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan
- Pemulihan berarti kembali menjalani kehidupan setelah terjadinya bencana dan melakukan persiapan dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi
Berdasarkan pada pengetahuan mereka, yang berkaitan
erat dengan lingkungannya, yang dihasilkan dari pengalaman beberapa tahun,
masyarakat mengantisipasi bahaya alam yang dapat menimpa mereka. Antisipasi dan
prediksi membuat masyarakat menjadi lebih siap dalam menghadapi dampak bencana.
Pada saat sebuah bencana menimpa mereka, mereka merespon, beradaptasi dan
menanggulanginya menggunakan pengetahuan suku mereka. Ketika dampak bencana
telah usai, masyarakat mulai pulih dan kehidupan mereka kembali normal. Pada
tahap pemulihan, masyarakat banyak melakukan kegiatan yang berusaha untuk
memitigasi risiko ketika bencana menimpa, yang secara tidak langsung memastikan
berkurangnya kerentanan masyarakat terhadap bencana. Dengan demikian, sebuah
masyarakat bergantung pada pengetahuan suku mereka, dimana termasuk di dalamnya
memprediksikan cuaca dan bencana dengan melihat perubahan – perubahan alam dan
perilaku binatang, mengembangkan kapasitas untuk berhadapan dengan beragam
bencana, metode terbaik untuk menyimpan makanan, mengembangkan keahlian dalam
teknik pembangunan rumah, memperkuat ikatan persahabatan dan kekeluargaan yang
dapat mereka mintai bantuan, mencari alternatif sumber pendapatan, dll. Mereka
juga memanfaatkan sumber – sumber daya yang mereka mliki seperti persediaan
makanan, binatang peliharaan, uang, perhiasan, tanah serta barang – barang
berharga lainnya yang dapat dipinjam atau dijual. Masyarakat menggunakan
sebagian besar strategi serta sumber daya mereka sebelum meminta bantuan dari
organisasi di luar lingkungan masyarakat mereka. Dengan demikian, berbekal
pengetahuan, keahlian serta kapasitas yang cukup kuat dalam mengantisipasi,
menanggulangi, beradaptasi serta memulihkan diri, masyarakat menjadi tidak
rentan terhadap risiko bencana.
Uniknya, pengetahuan masyarakat suku selama ini
dilembagakan secara mandiri di dalam wilayah mereka menggunakan atribut yang
memungkinkan terjadinya pelembagaan pengetahuan tersebut seperti faktor budaya,
sosial, ekonomi dan teknologi yang dibarengi dengan kegiatan yang mendukungnya
seperti dilakukannya antisipasi, penanggulangan masalah, adaptasi serta
pemulihan, yang secara signifikan berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan di
dalam masyarakat.
PENDOKUMENTASIAN PENGETAHUAN MASYARAKAT SUKU -
METODOLOGI
Pengetahuan
masyarakat suku men”darahdaging” dalam keyakinan serta praktik – praktik
kultural dari masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu pengetahuan tersebut tidak
dapat dilihat dengan jelas oleh orang – orang di luar masyarakat tersebut. Memasuki
serta memahami sistem pengetahuan masyarakat suku sulit untuk dilakukan karena
beragamnya bahasa di wilayah Asia Selatan dimana sebagian besar dari bahasa –
bahasa tersebut mewujud dalam bentuk religi – religi tua dan hasil karya budaya
atau tidak tertulis. Pengetahuan masyarakat tersebut dapat dimunculkan melalui
kajian atas lagu, cerita, peribahasa, tarian, mitos, nilai – nilai budaya,
keyakinan, ritual, aturan masyarakat, bahasa daerah, praktik – praktik
pertanian, kelompok – kelompok, dll. Observasi, wawancara serta Diskusi
Kelompok Terfokus merupakan metodologi yang cukup terkenal dalam penelitian. Metodologi
penelitian berikut ini diterapkan dalam konteks kajian kali ini:
1. Bibliografi dari literatur yang telah diterbitkan
maupun tidak dimana termasuk di dalamnya sumber – sumber lisan pengetahuan
masyarakat suku mengenai (1) pengurangan risiko banjir dan
kekeringan di wilayah – wilayah di India yang rawan
terhadap bencana banjir dan kekeringan; (ii)
bahaya pesisir di Sri Lanka; dan
(iii) risiko seismik di Nepal; akan diketengahkan
2. Kajian pustaka dari sumber – sumber daya pengetahuan
masyarakat suku dilakukan untuk
a. Menilai cara masyarakat belajar untuk hidup berdampingan
dengan bencana (banjir, kekeringan, bahaya pesisir dan seismik) dan mekanisme
penanganan masalah yang berkaitan dengan:
i.
Teknologi
tradisional yang mencakup perumahan, pemanfaatan lahan, pertanian
atau
teknologi lainnya yang diadopsi untuk mengurangi risiko bencana
ii.
Praktik
– praktik ekonomi seperti menabung, asuransi, konservasi dll dalam
upayanya
untuk mengurangi risiko bencana;
iii.
Praktik – praktik sosial seperti
tolong-menolong, berbagi, penyebaran,
perlindungan dan keamanan sosial bagi
kelompok yang rentan seperti anak – anak, orang
tua, orang dengan kebutuhan
khusus dll dalam menghadapi bencana;
iv.
Praktik
– praktik religi dan budaya yang memperkuat pertahanan serta ketahanan
secara sosial,
mental serta spiritual dalam menghadapi bencana;
v.
Praktik
– praktik yang berkaitan dengan pokok pembicaraan
b. Menkaji kekuatan serta kelemahan pengetahuan masyarakat
suku dan relevansinya di
saat ini;
c. Sinergi antara pengetahuan masyarakat suku dengan teknik
serta peralatan modern dalam pengurangan serta pengelolaan risiko bencana dalam
upayanya untuk memperkuat ketahanan masyarakat yang hidup di daerah yang
terus-menerus menjadi daerah rawan bencana
3. Survei dilakukan di sekelompok pedesaan pada masyarakat
terpencil yang hidup di daerah yang terus-menerus menjadi daerah rawan bencana
(bahaya seismik – Masyarakat Himalaya Nepal, bahaya pesisir – Masyarakat Sri
Lanka di daerah pesisir, kekeringan – Masyarakat Rajasthan, India serta bahaya
banjir – Masyarakat Uttar Pradesh sebelah timur, India), termasuk di antaranya
aspek – aspek berikut ini:
- Geografi dan fisiografi dari lokasi di mana masyarakat
tersebut berada;
- Sejarah masyarakat;
- Kondisi demografi, sosial serta ekonomi masyarakat;
- Profil bahaya alami yang pada masa lalu berdampak pada
masyarakat;
- Cara masyarakat yang rentan tersebut belajar untuk hidup
berdampingan dengan
bencana, terutama yang berkaitan dengan praktik – prfaktik
teknologi, sosial, ekonomi
serta kultural dalam mengurangi risiko bencana termasuk
di dalamnya perumahan, pemanfaatan lahan, pertanian atau teknologi lainnya yang
diadopsi untuk mengurangi risiko bencana;
Peneliti tinggal di dalam masyarakat selama dua minggu untuk melakukan
survei dengan menerapkan beragam metodologi yang mencakup observasi, kuesioner
dan wawancara, serta diskusi kelompok terfokus. Hasil dari kajian pustaka serta
penelitian lapangan akan diketengahkan di bab – bab selanjutnya.
No comments:
Post a Comment