TEORI
TENTANG IDENTITAS ONLINE GABUNGAN
©Mark Francis Grover Juni 2009
Tesis Diserahkan ke Perguruan Tinggi
Studi dan Penelitian Pasca Sarjana untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Derajat Master of Arts dari Fakultas
Filsafat, Universitas Saskatchewan, Saskatoon dan Ditulis oleh Mark Francis
Grover.
Pandangan
Turkle Mengenai Identitas Online
Pengertian bahwa identitas dipalsukan
oleh komunitas dan budaya diklaim oleh Turkle sebagai pengertian yang bersifat
tradisional. Pemahaman mengenai identitas dengan cara ini bukan merupakan suatu
klaim mengenai relasi yang bersifat metafisik atas konsep diri (self), namum lebih pada klaim deskriptif
yang berusaha mencari kejelasan cara diri (self)
beridentifikasi dengan karakter – karakter mereka. Bagi Turkle, identitas merupakan konsepsi – konsepsi diri
(self), dan bukan relasi antara
pikiran dan diri (self). Untuk
membantu kita memahami cara mendapatkan konsep diri di dunia maya Turkle
menggunakan MUD untuk memisahkan tiga karakter khusus dari identitas online: anonimitas, ketakterlihatan (invisibility), dan multiplisitas (multiplicity). Turkle menggambarkan tiga
karakter khusus tersebut melalui poin pertamanya bahwa identitas bukanlah
sebuah kesatuan konsep, yang akan ditelaah dalam bagian pertama dari bab ini.
Poin Turkle lainnya adalah bahwa identitas online
memiliki nilai karena identitas tersebut dapat menambah pengetahuan tentang
diri (self) dengan menggunakan
karakteristik – karakteristik khusus tersebut.
Turkle menklaim bahwa pada awal abad 20, peran seseorang dalam sebuah
komunitas dibentuk oleh peran serta norma sosial yang berlaku dan bahwa
bertolak dari pemahaman akan peran yang demikian akan sulit untuk dilakukan. Peran
– peran tersebut memberikan konteks di mana konsepsi seseorang tentang dirinya
sendiri dapat berkembang. Pihak – pihak yang menyimpang sering kali disisihkan
dari masyarakat seperti dukun, penipu, orang yang beristri dua dan
lintas-gender. Namun demikian, akhir – akhir ini banyak identitas berkembang
melampaui batasan – batasan yang diharuskan oleh peran – peran tradisional
dalam masyarakat. Turkle menghubungkan pergeseran ini sebagai bagian dari budaya
simulasi. Pada saat ini, Turkle berpendapat bahwa orang – orang memahami
identitas sebagai serangkaian peran yang dapat dicampuraduk dan disesuaikan,
dimana kebutuhan (akan identitas) yang beranekaragam dapat dinegosiasikan.
Dengan latar belakang pemahaman ini, internet merupakan sebuah laboratorium
sosial yang dapat digunakan untuk melakukan eksperimen dengan konstruksi dan
rekonstruksi diri seseorang.
Di dunia maya, kita mendandani (“fashion”) dan menciptakan (create) sendiri identitas kita setelah
kita memutuskan kepribadian online seperti
apa yang kita bayangkan. Di MUD, atau dunia maya secara umum, sangat mungkin
untuk menciptakan kperibadian yang menunjukkan aspek diri yang sama sekali baru
atau berbeda. Dengan alasan ini
lah Turkle yakin bahwa identitas online menunjukkan
secara tidak langsung suatu “perbedaan, multiplisitas, heterogenitas, dan
fragmentasi.” Dia menklaim bahwa ada suatu keresahan yang terjadi dalam
pengalaman kita berdunia maya dan tidak dapat dipecahkan hanya melalui pemahaman
atas akar kata identitas (identity)
yang berasal dari Bahasa Latin, idem,
yang berarti ‘sama’.Selain itu, keresahan ini melampaui dunia maya itu sendiri
dan merangkum kondisi kehidupan tak terpusat (decentered lives) di luar
internet.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
1.
he·te·ro·ge·ni·tas /héterogénitas/ n keanekaragaman;
2.
frag·men·ta·si /fragméntasi/ n 1 pencuplikan (cerita dsb);
|
Realitas diri online (online selves) membawa
kita pada pertanyaan – pertanyaan seperti “Apa hubungan dari online selves dengan apa yang pada
umumnya dianggap sebagai ‘manusia seutuhnya’?”; “Apakah identitas online ditanggapi sebagai perluasan dari
diri atau sebagai sesuatu yang terpisah?”; “Apakah diri RL belajar dari diri online?” dan “Bagaimana berbagai aspek
diri seseorang saling berkomunikasi?” Pertanyaan – pertanyaan ini lah yang coba
dijawab oleh Turkle dengan teori identitas onlinenya.
Inti dari teorinya berangkat dari pemikiran bahwa identitas di Internet
merupakan ringkasan dari identitas – identitas yang digabungkan. Turkle menyimpulkan pandangan – pandangannya
atas “identitas di Internet” dengan menyatakan:
Jadi, MUD bukan hanya merupakan tempat dimana diri menjadi berlipatganda
dan dikonstruksi melalui bahasa, namun juga merupakan tempat dimana manusia dan
mesin saling berhubungan dalam bentuk yang baru, dan sangat pasti tidak dapat
dibedakan satu sama lain (keterangan dan
bukan bagian dari artikel: mesin dan manusia tidak dapat dibedakan satu sama
lain). Dengan demikian, MUD menjadi bahan evokatif untuk pemikiran yang berkaitan dengan
identitas manusia dan, lebih umumnya lagi, yang berkaitan dengan serangkaian
pemikiran yang dikenal dengan “posmodernisme”.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
evo·ka·tif /évokatif/ a mampu menggugah rasa
MUD: Multi-User Domain
RL: Real Life
|
Teori Turkle mengenai identitas online
berkembang seuubungan dengan instantiasi khusus dari anonimitas,
multiplisitas, dan ketakterlihatan. Pernyataan Turkle bahwa Internet seperti
sebuah laboratorium untuk konstruksi dan rekonstruksi diri adalah benar. Internet
menyediakan sarana dimana orang dapat mengeksplorasi aspek – aspek identitas
yang tidak mungkin ada, atau paling tidak identitas yang tidak mudah, untuk
dibuat di RL. Ketiga fitur spesial ini ada di antara karakteristik –
karakteristik pertama yang ada dalam pikiran pada saat mempertimbangkan subyek
dari identitas online.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Instantiasi dapat dipahami sebagai proses
pembuatan
|
Anonimitas di MUD mengacu pada cara
pengguna menciptakan kepribadian tanpa membocorkan sifat – sifat mereka di
kehidupan nyata (RL). Sejauh mana
pengguna memberikan informasi mengenai kehidupan nyata mereka merupakan pilihan
pengguna itu sendiri. Anonimitas di Internet di satu sisi merupakan sesuatu
yang standar. Anonimitas dapat dianggap sebagai sesuatu yang standar karena,
terkecuali anda memberitahukan kepada orang lain nama anda yang sesungguhnya,
berlandaskan pada persepsi bahwa identitas anda yang sesungguhnya tetap tidak
diketahui. Namun demikian, anonimitas yang sesungguhnya membutuhkan usaha dan
tidak terjamin. Dengan pemahaman yang demikian, anonimitas menyediakan
kesempatan bagi orang – orang untuk mengeksplorasi aspek – aspek diri mereka di
lingkungan online tanpa
memperhitungkan bahwa kegiatan online mereka
dapat mempengaruhi kehidupan nyata mereka.
Dalam istilah teknis, anonimitas adalah “suatu keadaan dimana kita tidak
dapat diidentifikasi dalam serangkain subyek, yaitu serangkaian anonimitas.” Kathleen
Wallace menggambarkan anonimitas sebagai “suatu bentuk tak teraksesnya
seseorang oleh orang lain yang berhubungan dengannya atau tinggal di lingkungan
sosial yang sama, meskipun hanya atau terutama dalam hal dampak dari aksi
seseorang.” Berdasarkan pemikiran Wallace tersebut, anonimitas merupakan
istilah penghubung yang menghubungkan seorang agen anonim dengan yang lainnya.
Agen anonim tersebut hanya dapat dikenali melalui sebuah atau beberapa ciri
yang tidak dapat dikoordinasikan dengan ciri lain yang memungkinkan
dilakukannya identifikasi. Sebuah ciri “berfungsi seperti penggunaan referensi
deskripsi pasti di mana memungkinkan dilakukannya pemilihan entitas tertentu.”
Salah satu fakta yang menarik mengenai anonimitas ‘yang sesungguhnya’ (sempurna)
dan Internet adalah bahwa apabila kita tidak waspada, anonimitas sulit untuk
dilakukan karena alamat IP direkam dan dicatat oleh berbagai pihak. Pemikiran
bahwa anonimitas merupakan suatu yang standar diinternet pada umumnya lebih
pada lebih berkaitan dengan perasaan anonimitas seseorang saat melintasi dunia
maya.
Menurut Turkle, anonimitas memungkinkan
pengguna internet untuk mengeksplor berbagai aspek diri mereka. Sebagai contoh,
seorang anak muda bernama Matt yang berasal dari keluarga yang terpandang
menggunakan anonimitas di dunia maya untuk melindungi keluarganya dari bahaya
yang ditimbulkan dari aksi onlinenya.
Hubungan Matt dengan ayahnya menjadi renggang karena komitmen karir onlinenya yang disebutkan tadi dan
karena banyak minum. Matt menggunakan MUD untuk mencari tahu peran dari “ayah
ideal” untuk mencari jalan keluar dari masalahnya tersebut dengan cara
menciptakan kepribadian yang berperan sebagai penolong dan penasihat.
Meskipun demikian seseorang tidak perlu
memiliki keadaan yang sama seperti Matt dalam menggunakan anonimitas agar dapat
mengeksplorasi diri di dunia maya. Hanya dengan tidak mengungkapkan karakter diri secara online, pintu kreasi diri sudah terbuka lebar dalam artian bahwa
anonimitas tidak selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Penting untuk dicatat bahwa anonimitas
merupakan suatu istilah yang bebas-nilai. Dengan demikian konsep anonimitas
tidak buruk dan tidak juga baik. Dalam beberapa hal, seperti laman whistle-blowing, anonimitas sangat
bermanfaat. Dalam kasus yang lainnya, seperti penguntitan yang dilakukan secara
online, anonimitas bisa membahayakan.
Anonimitas merupakan fitur utama pada identitas online, lalu, karena hal tersebut memberikan kesempatan orang untuk
mengekspresikan berbagai macam dan
sering kali belum tereksplorasi atas aspek diri, untuk bermain – main dengan
identitas mereka dan untuk mencoba identitas baru mereka.
BUKAN
BAGIAN DARI ARTIKEL
Whistle
blowing – biasanya untuk memberikan peringatan atas
dilakukannya sesuatu yang tidak etis dan dengan dilakukannya whistle-blowing akan memberikan akibat
yang tidak menyenangkan bahkan serius bagi si pelaku yang tidak etis
tersebut)
|
Multiplisitas di dunia maya mengacu pada fakta bahwa seseorang dapat membuat
dan menciptakan kembali sejumlah identitas secara bersamaan. Anonimitas
memungkinkan dilakukannya multiplisitas karena, sebagaimana dinyatakan oleh
Turkle, multiplisitas mungkin untuk dilakukan di MUD karena satu orang dapat
membuat beberapa kepribadian yang berbeda di satu atau beberapa MUD. Dalam
konteks internet secara umum, senyawa multiplisitas terdiri dari, tidak hanya
kepribadian yang seseorang dapat miliki di dunia maya, namun juga aspek – aspek
dirinya di media online lainnya
seperti fórum diskusi, laman jaringan sosial dan grup – grup Internet Relay Chat. Menurut
Turkle, multiplisitas merupakan fitur yang sangat penting dari teorinya
mengenai budaya simulasi, karena “setiap pemain dapat membuat banyak karakter
dan berpartisipasi di berbagai permainan, diri (self) tidak hanya takterpusat namun juga berkembangbiak tanpa
batasan.” Dengan demikian, multiplisitas yang ditemukan di Internet
berkontribusi dalam peninjauan kembali pemikiran atas kesatuan diri dalam
budaya simulasi.
Sebagian besar dari keistimewaan yang ditemukan dalam multiplisitas
bergantung pada anonimitas. Ada perasaan dimana diri (self) kita di kehidupan nyata lebih dari satu, karena hidup kita
menjadi lebih kompleks dan peran kita menjadi lebih tidak jelas. Dalam
kehidupan nyata, orang seringkali dipaksa untuk beralih identitas dan peran
tergantung pada situasi. Meskipun demikian, perbedaan multiplisitas pada diri
di kehidupan nyata dan online ada
pada bahwa semua aksi yang dilakukan di kehidupan nyata dapat lihat berasal
dari tubuh yang sama. Di dunia maya, dengan berlindung di balik perisai
anonimitas, aksi – aksi yang demikian tidak dapat dilacak kembali pada tubuh
yang sama. Fragmentasi dari diri online memungkinkan
seseorang untuk mengamati identitas ganda yang tidak berhubungan dengan tubuh
di kehidupan nyata, dan bahkan mungkin tidak terhubung satu sama lain.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
kom·pleks [2] /kompléks/ a 1 mengandung beberapa unsur yg pelik, rumit, sulit, dan
saling berhubungan
|
Ketakterlihatan (invisibility), menurut
Turkle, merupakan kemampuan di dunia maya untuk memilih dan mengidentifikasi
diri (self-identify) dengan karakter
– karakter yang tidak mudah untuk dilakukan di luar dunia maya. Ketakterlihatan
mungkin terjadi di MUD oleh karena “interaksi sosial anonim di mana anda dapat
memainkan sebuah peran semirip atau sejauh mungkin dari diri anda yang
sesungguhnya sesuai pilihan anda.” Meskipun Turkle menggunakan ketakterlihatan
untuk mengacu pada fitur spesial dunia maya, dimana yang disembunyikan adalah
jati diri kehidupan nyata seseorang atau beberapa aspek diri kehidupan nyata
seseorang. Dengan kata lain, diri anda di kehidupan nyata lah yang tidak terlihat
di dunia maya, karena seseorang tidak terikat dengan karakteristik kehidupan
nyata, seperti umur. Sebagai contoh, di MUD seseorang dapat berubah menjadi
langsing, gemuk, cantik, bersahaja, berbulu, berkulit halus, laki-laki,
perempuan, lucu, berpikiran sempit, mati, tidak sadar, dan seterusnya. Hal
tersebut berbeda dengan karakteristik seseorang di kehidupan nyata yang terbatas
pada karakter di kehidupan nyata itu saja. Bukan berarti bahwa kita didak dapat
memilih karakteristik kita di kehidupan nyata, seperti modis atau tidak, namun
lebih pada bahwa di dunia maya tidak banyak batasan dalam pemilihan karakter.
Sebagai contoh, Turkle mewawancarai seorang pria bernama Gordon yang
menilai pengalamannya di sekolah tidak menyenangkan. Dia menghubungkan ketidakmampuannya
untuk menyesuaikan diri dengan anak – anak yang lain dengan berat badan,
penampilan dan tubuhnya yang kurang atletis. Namun pada saat dia mengikuti
perjalanan ke India dengan para siswa dari seluruh dunia, dia melihat bahwa dia
tidak lagi dibatasi dengan ketidakpopulerannya di rumah dan tidak kesulitan
mencari teman. Gordon menemukan bahwa dia dapat menciptakan kembali pengalaman
tersebut mulai dari awal di MUD. Setiap kali Gordon membutuhkan awal baru dia
menciptakan kepribadian baru dengan karakter apapun yang dia pilih. Terkadang dia menciptakan kepribadian yang
mirip dengannya namun lebih tembem, di saat yang lain dia menggunakan karakter
seorang pengamat yang berumur dan pendiam, dan kadang dia menciptakan
kepribadian seorang wanita. Ketakterlihatan membuat Gordon mampu untuk
menciptakan kembali dirinya setiap kali dia merasa perlu untuk dilahirkan
kembali.
Turkle juga menggunakan Gordon sebagai contoh dimana ketakterlihatan dan
budaya simulasi menantang perbedaan konvensional antara kepribadian yang
dikontruksi dan kepribadian di kehidupan nyata. Perkiraan tersebut meleset dan terjadi
karena pemikiran konvensional mengenai kesatuan diri dari identitas tidak bisa
bertahan.
Permainan MUD Gordon membuktikan melesetnya perkiraan yang saya sebutkan di
atas. Dengan menciptakan kepribadian yang beragam, dia dapat bereksprimen,
dengan cara yang lebih terkendali, dengan berbagai macam rangkaian
karakteristik dan melihat dampak yang ditimbulkan. Dia juga bisa bermain
sebagai seorang perempuan, sesuatu yang jauh lebih sulit untuk dilakukan di kehidupan
nyata. Setiap kepribadian gandanya memiliki independensi dan integritas
tersendiri, namun Gordon juga menghubungkan semua kepribadian tersebut ke
“diri”nya.
Melesetnya perkiraan mengenai diri di kehidupan nyata dan online menimbulkan sebuah pertanyaan
bagi Turkle: Bagaimana cara kita mempertemukan identitas kita yang ganda dan
takterlihat ke dalam satu orang?
Melihat pada apa yang dilakukan Gordon, bagaimana mungkin diri – diri (selves) onlinenya memiliki independensi dan integritas tersendiri dan, pada
saat yang sama, mengacu pada orang yang sama yang di kehidupan nyata sedang
duduk di depan komputer?
Turkle
mencoba menjawab pertanyaan “bagaimana kita [bisa] menjadi ganda dan terpadu
pada saat yang sama” dengan merujuk pada beberapa konsep Daniel Dennet tentang
teori kesadaran dan pengertian mengenai diri yang fleksibel.
Diri
yang fleksibel berada di suatu tempat antara gagasan akan kesatuan diri (dicontohkan
oleh peran sosial tradisional) dan diri yang terfragmentasi (dicontohkan oleh
gangguan kepribadian ganda). Turkle berpendapat bahwa diri yang fleksibel
ditandai dengan adanya saluran komunikasi yang terbuka antara beberapa aspek
diri seseorang. Dia menklaim bahwa dengan mengupayakan komunikasi terbuka macam
ini seseorang dapat mengakui, menghormati, serta menghargai perbedaan dalam
diri kita dan diri orang lain. Namun demikian, bahkan jika kita menganalisa
semua jalur komunikasi dengan diri yang fleksibel, pertanyaan mengenai hubungannya
dengan kehidupan nyata seseorang belum terjawab. Untuk menjawab pertanyaan ini Turkle mencoba
untuk menggunakan teori Donna Haraway yang menyatakan bahwa sebuah diri yang “terpisah
dan kontradiktif” merupakan diri yang “tahu”.
Diri
yang tahu merupakan bagian dari semua bentuk karakter rekaan yang muncul, tidak
pernah berakhir, utuh, ada dan asli; diri yang asli ini dikonstruksi dan
dirangkai bersama-sama secara tidak sempurna; dan oleh karena itu bisa
bergabung dengan yang lain, saling bertemu tanpa menklaim menjadi yang lain.
Apakah pengajuan teori diri yang terpisah dan kontradiktif sesuai?
Berpegangan pada teori kontradiksi sangatlah mengkhawatirkan, namun pada saat
yang sama, memberikan solusi nyata bagi pertanyaan Turkle. Teori identitas onlinenya dapat dipertahankan jika hanya
sebuah diri berkontradiksi sebagai kepribadian ganda, parsial namun utuh pada
saat yang sama.
Pendapat
Turkle mengenai Nilai dari Identitas Online
Turkle menggunakan teori identitas onlinenya untuk membuat klaim mengenai
nilai dari mengeksplorasi diri sendiri di dunia maya. Nilai, seperti halnya
pengetahuan, menurut Turkle, harus ditemukan melalui analisa terhadap obyek
yang nyata. Dalam teori ini, nilai dari identitas online ditemukan dalam kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan
kita tentang diri, serta untuk meningkatkan hubungan kita dengan satu sama lain.
Dalam kedua kasus, obyek analisisnya adalah jalur komunikasi, karena jalur
komunikasi tersebut diterapkan pada diri fleksibel yang berkomunikasi dengan
berbagai aspek diri fleksibel tersebut, serta diterapkan pada alur komunikasi
antar manusia. Namun, dengan hati-hati
Turkle mencatat bahwa manfaat penggunaan alur komunikasi tersebut akan hilang
bila diri yang nyata tersesat dalam dunia virtual.
Turkle menyatakan bahwa “pengenalan
diri selalu ada dalam inti pencarian yang bersifat filosofis”. Hal ini bisa jadi
merupakan: Socrates berujar bahwa “Hidup yang tak terperiksa tak layak dijalani” Namun apa kontribusi
identitas online pada peningkatan pengenalan
diri yang berbeda dari pengenalan diri yang didapat di kehidupan nyata? Sekali
lagi, konsep multiplisitas dan ketakterlihatan, sebagai fitur khusus dari
identitas online, cukup relevan untuk
digunakan. Internet memungkinkan orang untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari
diri mereka sendiri baik semata hanya untuk main-main atau untuk alasan terapis
lainnya. Dengan menciptakan identitas ganda
dan takterlihat, orang dapat belajar mengenai diri mereka sendiri yang
sebelumnya tidak dipelajari. Dengan demikian, Turkle menyatakan bahwa budaya
simulasi “dapat membantu kita meraih suatu visi atas identitas ganda namun
terpadu dimana kefleksibilitasan, ketahanan, dan kapasitasnya dalam memberikan
rasa sukacita muncul dari beberapa diri kita yang terakses.” Dengan menggunakan
pendekatan ini Turkle menyoroti bernilainya internet dan diri di dunia maya.
Multiplisitas
di dunia maya dapat meningkatkan pengenalan diri karena multiplisitas
memungkinkan tereksplorasinya berbagai aspek diri seseorang tanpa dibatasi
aspek lainnya. Anonimitas memungkinkan pemisahan diri online sehingga pengguna Internet tidak dapat dengan mudah menghubungkan
berbagai diri online seseorang satu
sama lain. Cara yang mudah untuk pemisahan ini adalah dengan mendaftar dengan
nama yang berbeda saat mendaftar di situs web. Pemisahan ini memungkinkan berbagai
identitas online seseorang
melanjutkan urusan mereka tanpa dibatasi komitmen identitas lainnya. Selain
itu, pemisahan ini bahkan dapat memungkinkan seseorang untuk memproyeksikan
pendapat yang bertentangan tanpa disonansi antar diri online. Sebagai contoh, untuk lebih memahami permasalahan eutanasia
seseorang dapat membuat dua akun dalam forum web yang sama, dan dengan penuh
semangat berargumentasi dari setiap sisi perdebatan. Multiplisitas juga
istimewa dalam artian bahwa jumlah identitas yang dapat diproyeksikan pada saat
bersamaan dibatasi oleh minat dan sumber daya komputer.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
di·so·nan·si n Ling kombinasi bunyi
yg dianggap kurang enak didengar
eu·ta·na·sia /éutanasia/ n tindakan mengakhiri dng sengaja kehidupan
makhluk (orang ataupun hewan piaraan) yg sakit berat atau luka parah dng
kematian yg tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan
|
Ketakterlihatan
di dunia maya dapat meningkatan pengenalan diri seseorang yang memungkinkan
seseorang untuk mengalami berbagai macam pengalaman yang dapat diraih tidak
seperti di kehidupan nyata. Untuk menjadi seperti makluk yang ada dalam Lord of
the Rings-nya J. R. R. Tolkien sangat tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata.
Namun, di
dunia maya, Kurcaci, Elf, dan Orc merajalela di berbagai di dunia virtual. Dengan
kata lain, orang memiliki pengalaman yang bisa (tidak tak) terwujud, tetapi
sangat sulit untuk diwujudkan di kehidupan nyata. Gordon, pemuda yang menikmati
pengalaman dimulainya awal baru di dunia maya, menciptakan kepribadian seorang
wanita dan beralih jenis kelamin di dunia maya. Untuk memiliki pengalaman
menjadi seorang wanita di kehidupan nyata, Gordon bisa saja mengambil beberapa
tindakan seperti berganti pakaian atau modifikasi tubuh, namun dia tidak bisa
berharap untuk terus-terusan melakukan itu, dunia maya menyediakan media dimana
pengalaman tersebut dapat dicapai tanpa komitmen tertentu atau biaya.
Ketakterlihatan kemudian berkontribusi pada pengenalan diri karena
ketakterlihatan memberikan kesempatan pada orang untuk mempelajari diri mereka
sendiri yang sebelumnya tidak ditemukan. Contoh penemuan akan diri mereka
sendiri tersebut bisa jadi meliputi bagaimana rasanya hidup di sebuah dunia yang
dibuat untuk orang – orang yang bertubuh besar sementara dirimu hanya lah
seorang Hobbit (apabila anda meninggalkan Shire), atau mungkin bagaimana isu
gender mempengaruhi cara anda memperlakukan atau diperlakukan oleh orang lain.
Penggabungan multiplisitas dan ketakterlihatan di dunia maya menyediakan
kesempatan yang lebih luas untuk meraih pengenalan diri. Dalam contoh yang
lebih membumi, Turkle menggunakan Annette sebagai contoh dimana identitas online dapat digunakan untuk membantu
orang – orang mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Annette
merupakan seorang perawat berumur 24 tahun dan menulis puisi secara online dengan menggunakan nama Bette.
Annette menyatakan bahwa dia berasumsi dengan menggunakan Bette sebagai
identitas online memudahkannya untuk
menulis puisi:
Saya suka memejamkan mata dan membayangkan diri
saya berbicara sebagai seorang Bette. Suara yang berwibawa. Ketika saya mengetik sebagai
Bette, saya membayangkan suaranya. Anda mungkin akan bertanya apakah Bette ini
nyata atau tidak. Yah, dia cukup nyata untuk menulis puisi. Maksud saya puisi
itu saya yang buat. Bette memberikan keberanian. Kami semacam melakukannya
bersama – sama.
Multiplisitas dapat diamati dalam contoh
Bette karena dua aspek yang teramati dari dirinya muncul. Aspek yang satu adalah perawat di kehidupan
nyata dan aspek yang lainnya adalah seorang penyair. Multiplisitas tersebut sangat sederhana karena hanya dua
identitas yang diamati. Tidaklah sulit untuk dilihat, meskipun diri online lainnya dapat ditambahkan dengan
membuka window baru dan menciptakan
aspek lainnya dari diri sendiri. Anonimitas memungkinkan multiplisitas Annette
karena sebagian rantai yang menghubungkan orang kehidupan nyata dengan puisinya
terputus. Ketakterlihatan juga teramati dalam contoh ini karena, meskipun Bette
mirip dengan Annette, diri online tersebut
lebih memiliki keberanian untuk membagikan puisinya. Anonimitas memungkinkan
ketakterlihatan Annette karena tanpa anonimitas Annette tidak dapat memutus
hubungan antara dirinya dengan orang lain. Jika komunitas online, kepada siapa puisi tersebut disampaikan, tahu bahwa penyair
tersebut merupakan seorang perawat yang berumur 24 tahun dan bekerja di rumah
sakit di pusat kota dan tinggal di daerah tersebut, Annette kemungkinan akan
segugup merilis puisi onlinenya di kehidupan
nyata. Oleh karena itu, multiplisitas dan ketakterlihatan memungkinkan Annette
untuk memperluas pengetahuannya akan dirinya.
Turkle mengakui bahwa Annette tidak memisahkan diri dari Bette dan Bette
tidak bertindak secara otonom. Dengan kata lain, Annette merupakan diri
fleksibel yang memiliki beberapa bagian. Satu bagian merupakan seorang perawat
yang malu untuk merilis puisnya. Bagian yang lainnya adalah seorang penyair berwibawa
yang tidak takut untuk bicara. Keduanya saling berhubungan satu sama lain
melalui jalur komunikasi saat diri online
merelai kembali informasi tentang cara membuka diri dan menyuguhkan hasil karya
seseorang kepada dunia pada diri kehidupan nyata. Poin dari uraian Turkle adalah bahwa batasan antara diri
dan peran menjadi lebih permeabel pada saat diri semakin fasih berperan. Jika
peran tersebut dikembangkan secara online,
sebagaimana kasus Annette, dan seseorang belajar sesuatu tentang diri sendiri
selama proses berlangsung, maka itu merupakan hal yang baik.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
re·lai /rélai/ v, me·re·lai v 1 memancarkan
balik (tt siaran televisi radio) 2 cak menyiarkan:
per·me·a·bel /pérméabel/ a dapat ditembus oleh partikel
|
Pada akhirnya, teori Turkle memiliki implikasi etis. Dia menklaim bahwa
dalam budaya simulasi dengan sudut pandang yang terdiri atas banyak bagian,
diperlukan sebuah wacana moral yang baru: “kita berusaha untuk mengetahui diri
kita untuk memperbaiki tidak hanya kehidupan kita saja, tetapi juga kehidupan keluarga
dan masyarakat kita.” Turkle tidak menyebutkan bagaimana sebuah teori etis
didasarkan pada budaya simulasi akan mencapai tujuan tersebut. Namun dia menklaim
bahwa pengenalan diri merupakan inti dari filsafat. Setiap teori yang demikian bagaimanapun
juga harus menggabungkan analisa obyek nyata dalam usaha mencapai pengenalan
diri. Dengan cara ini banyak teori etika tradisional, yang dihubungkan dengan
tradisi filosofis Barat yang menganalisa konsep – konsep seperti kewajiban,
faedah, dan keutamaan, harus ditinggalkan. Konsep – konsep tersebut bukanlah
obyek nyata sehingga harus ditinggalkan demi hal tertentu yang lebih konkret. Satu
contoh mengenai hal tertentu tersebut bisa jadi adalah hubungan kerjasama. Hubungan
ini dianalisa seperti analisa pada jalur komunikasi antarindividu. Tujuan dari
etika, dalam kerangka yang demikian, adalah untuk menyelesaikan masalah –
masalah dengan memperhitungkan masyarakat nyata dan menggunakan jalur
komunikasi sebagai alat resolusi. Semakin baik kita mengenal diri kita dan
mengembangkan jalur komunikasi internal kita, kita semakin siap dalam
meningkatkan kehidupan orang – orang di sekitar kita, juga kehidupan kita
sendiri. Dunia maya bisa membantu kita belajar mengenai diri kita sendiri dan
orang lain dengan cara memperkuat ikatan tersebut.
Keberatan atas Teori Turkle Mengenai Pikiran dan Diri
Bab ini mengetengahkan keberatan pada apa yang diungkapkan pada bagian
1.3.3. Keberatan tersebut ditujukan pada pandangan Turkle yang menyatakan bahwa
diri yang tak terpusat (decentered self) merupakan
diri fleksibel (flexible self) yang
tidak cukup menyadari peran diri fleksibel dalam mengikat aspek – aspek yang
berlainan dari diri. Pada kenyataannya Turkle menjauhkan diri dari mekanisme
pemersatu ini dengan menganggap diri yang tahu (knowing self) sebagai diri yang “terpisah dan kontradiktif”,
sehingga dia menyimpulkan bahwa “Kita tidak merasa terdorong untuk memberikan
peringkat atau penilaian atas multiplisitas kita.” Permasalahan Turkle adalah
bahwa pada satu pihak dia mengakui fungsi diri fleksibel sebagai sebuah
mekanisme yang berfungsi sebagai pengikat aspek – aspek dalam diri, tapi di lain
pihak dia memisahkan dirinya dari implikasi bagi pandangan semacam itu. Keberatan atas teori Turkle adalah pada bahwa
argumennya menghasilkan kesimpulan yang merusak teorinya sendiri. Pengajuan
diri fleksibel Turkle merupakan pengakuan bahwa diri (selves) pada dasarnya tergabung (meskipun hanya sebagian) secara
fungsional.
Klaim Turkle bahwa “identitas anda di komputer merupakan rangkuman akan
keberadaan anda yang terdistribusi” menangkap gagasan bahwa diri online bisa menjadi banyak dan, pada
batas tertentu, kontradiktif.
Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, identitas online istimewa dalam artian bahwa lapisan teknologi internet
menyediakan semacam anonimitas yang dapat digunakan untuk memutus karakter –
karakter pengidentifikasi antar diri online.
Diri ganda ini bisa saling berkontradiksi karena, tidak mungkin untuk meminta
diri – diri tersebut bertanggungjawab atas
pendapat mereka yang berbeda, perbedaan karakter mereka, dst, sementara
yang lainnya dianggap sama. Namun demikian, definisi Turkle atas identitas online juga menyatakan bahwa aspek –
aspek tertentu diri tersebut mmembentuk suatu keutuhan. Keutuhan tersebut
ditemukan pada saat dia menggunakan diri fleksibel sebagai alat untuk menjaga
diri dalam bentuk ganda dan saling bertalian pada saat yang sama. Meskipun
teori diri fleksibel memberikan metode yang baik untuk melihat cara aspek diri
ganda seseorang saling berkomunikasi, tidaklah masuk akal untuk melihat bahwa
diri fleksibel tersebut kontradiktif. Kita tidak dapat menganggap diri
fleksibel sebagai diri yang kontradiktif karena diri tersebut tidak memiliki
apapun untuk dikontradiksikan. Bahkan jika hal tertentu (particular) yang berbeda dari rangkaian diri saling berkontradiksi,
pada saat mereka digabungkan yang ada adalah diri seseorang. Inilah mengapa
Turkle tidak bisa begitu saja mereduksi diri fleksibel menjadi diri yang
kontradiktif.
Keberatan ini menghasilkan permasalahan lain atas teori Turkle. Bahkan jika
Turkle mengakui bahwa diri fleksibel tidak dapat begitu saja direduksi menjadi
diri yang kontradiktif, komitmen epistemologisnya menyebabkan dia kekurangan
alat analisa diri fleksibel sebagai dirinya sendiri. Pada bagian 1.3.2
diperlihatkan betapa Turkle yakin bahwa obyek konkret perlu digunakan sebagai
alat analisa. Komitmen tersebut
bersangkut paut dengan teorinya saat obyek analisa merupakan aspek terpisah
dari diri, karena aspek tersebut dapat dianalisa dalam hubungannya satu sama
lain. Namun demikian, teori Turkle tidak memiliki sumber untuk diadakannya
analisa pada diri fleksibel sebagai dirinya sendiri karena tidak ada obyek
konkret yang dapat dibandingkan. Barangkali, masing – masing dari kita
hanya memiliki satu diri fleksibel. Jika kita ingin memahami aspek diri kita
yang berperan dalam menjaga keutuhan tersebut, kita harus menggunakan alat
abstraksi untuk menganalisa diri fleksibel sebagai dirinya sendiri untuk
melihat apa saja yang dimilikinya. Jika diri fleksibel akan dianalisa sebagai
dirinya sendiri, dibutuhkan alat lainnya selain apa yang telah dikemukakan oleh
Turkle.
Nama
(Onymity) di Dunia Maya
Bagian pertama dari pedoman dalam
memahami bentuk kesadaran diri di dunia maya ini menunjukkan bahwa ada saat –saat
tertentu dimana identitas online kita
sangat mirip dengan identitas kita di kehidupan nyata. Internal onymity (nama internal) merupakan istilah yang digunakan
untuk mengacu pada kesadaran diri online yang
semacam ini. Onymity berarti memiliki
nama atau diberi nama dan keduanya memiliki pengertian internal dan eksternal.
Pengertian eksternal dari onymity dapat
digunakan untuk mengarahkan kita dalam memahami onymity dalam pengertian internalnya.
External onymity mengacu pada hubungan antara
orang-orang yang dikenal satu sama lain. Pada banyak interaksi harian kita
dengan mereka yang kita kenal, external
onymity merupakan hubungan standar, karena, sekali dikenal, orang-orang
tersebut dapat diidentikasi ulang. Pada saat kita bangun pagi kita sering
melihat orang-orang yang hidup bersama kita, kita bekerja berdampingan dengan
para kolega dan rekan kerja, dan pada sore hari kita menghabiskan waktu kita
bersama dengan teman dan kenalan. Di dunia maya kita
secara eksternal memiliki nama dengan cara yang sama. Kita mengirimkan surel
kepada teman-teman, mengadakan konferensi virtual dengan kolega dan tetap
terhubung melalui blog pribadi dan
jaringan sosial.
Internal onymity mengacu pada kesadaran diri online seseorang dimana aksi dan nilai-nilainya tidak berbeda
dengan diri mereka di kehidupan nyata. Dengan kata lain, ketika seseorang
menghubungkan diri onlinenya dengan
menggunakan nama internal berarti dia tidak membedakan diri-nya di kehidupan
nyata dengan diri onlinenya. Perbedaan
ada pada keutamaan yang ditonjolkan ke dunia maya; namun demikian hal tersebut
tidak dianggap penting atau relevan, meskipun dijadikan bahan pertimbangan. Hal
penting yang perlu pada saat dilakukan eksperimen internal onymity secara online
adalah bahwa tidak ada perubahan pada identifikasi diri dan nilai pada saat
pengguna mengakses Internet. Sebagai contoh, ketika seseorang memeriksa surel
dan mengirimkan catatan kepada seorang kolega yang berkaitan dengan pekerjaan, orang
tersebut internally onymous (secara
internal memiliki nama) sepanjang pesan tersebut tidak berisi apapun yang tidak
mungkin disampaikan secara langsung, dan sepanjang alamat pengirim tidak
dipalsukan.
BUKAN
BAGIAN DARI ARTIKEL
Onymity
bertujuan untuk mengungkap jati diri pelaku (to disclose who performed) – lihat http://www.tdp.cat/issues/tdp.a039a10.pdf
pada halaman 178
|
Pada beberapa kasus orang tidak mampu untuk tidak menghubungkan identitas online mereka dengan cara ini. Bisa jadi
karena mereka memiliki kewajiban untuk mempertahankan beberapa prinsip atau
pemikiran. Dalam fórum web yang membahas masalah politik,
sebagian besar orang yang menulis komentar mereka kemungkinan akan melakukannya,
dalam artian mereka internally onymous. Hal
tersebut dilakukan karena mereka memegang teguh keyakinan mereka dan untuk
memproyeksikan opini yang berlainan tidak muncul dalam pikiran mereka. Seseorang
yang sangat meyakini teori politik Marxis kemungkinan besar mengalami kesulitan
untuk secara tulus mendebat posisi neo-liberal di forum web. Identitas normatif
mereka sebagai seorang Marxis mengharuskan mereka untuk tidak mengambil posisi
yang bersebarangan meskipun di dunia maya. Bahkan “Troll yang peduli” (mereka
yang menyamar sebagai simpatisan atas suatu pandangan namun megekspresikan
kepedulian mereka atas beberapa isu atau ide (yang lain) dengan harapan bahwa
kepedulian tersebut dapat ditangkap) mengidentifikasi dengan diri kehidupan
nyata mereka sehubungan dengan keyakinan yang dipegang. Sulit untuk dibayangkan
betapa seseorang dapat berpegang teguh pada
keyakinan yang mereka anut di kehidupan nyata dan kemudian benar - benar
melepaskan keyakinan tersebut demi mendukung posisi yang berseberangan (dengan
keyakinannya) di dunia maya. Hal ini karena, sebagaimana ditunjukkan di Bab 2,
beberapa kewajiban sangat mengikat kuat sehingga beberapa orang lebih baik mati
daripada melanggarnya. Identitas online praktis
seseorang yang onymous muncul di
hampir setiap media online – yang
penting adalah bahwa identitas normatif dan nilai yang dianut seseorang terbagi
di antara kehidupan di dunia maya dan di kehidupan nyata.
BUKAN
BAGIAN DARI ARTIKEL
Troll - A mythical, cave-dwelling being depicted
in folklore as either a giant or a dwarf, typically having a very ugly
appearance.
Makluk
mitos penghuni gua yang muncul dalam cerita rakyat baik berukuran raksasa
atau kerdil, biasanya memiliki penampilan yang sangat jelek, misalnya
karakter di film Shrek
|
Fitur lain dari relasi onymous dengan diri online seseorang
adalah bahwa seseorang dapat melepaskan nilai – nilai yang dianutnya di dunia
maya. Dalam salah satu forum web, seseorang bisa berubah menjadi seperti
seorang ahli film horror tahun delapan puluhan
yang apolitis dan pada saat yang bersamaan menjadi cendekiawan politik
pengikut partai yang fanatik. Kedua identitas tersebut tidak perlu saling
tumpah tindih sehingga seseorang dapat menikmati kebebasan dari suatu pandangan
tanpa mengotori atau mempengaruhi pandangannya terhadap hal yang lainnya..
Orang menghubungkan diri online mereka
dengan cara ini karena mereka hanya ingin menjadi diri mereka sendiri. Hal ini
merupakan cara paling sederhana di mana seseorang dapat berhubungan dengan diri
onlinenya karena tidak membutuhkan
perubahan sikap. Internal onymity kemungkinan
merupakan cara yang paling umum digunakan di mana orang beridentifikasi dengan
diri online mereka.
Pengertian external onymity dapat
mengacu pada pengertian internal onymity dalam
caranya menunjukkan pengetahuan akan diri. Pengertian eksternal dari onymity, dimana kita saling mengenal,
sama dengan pengertian internal dari onymity,
dimana diri online serta diri di kehidupan
nyata saling mengenal karena pada dasarnya diri tersebut adalah diri yang sama.
Kembali pada pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman beronline anda secara internal onymous ketika alasan yang mendukung tindakan
yang anda ambil sejalan dengan konsepsi atas siapa anda dan pada apa yang anda
anggap patut untuk dipertahankan di kehidupan nyata.
Nama Samaran di Dunia Maya
Bagian kedua dari pedoman dalam memahami bentuk kesadaran diri di dunia
maya ini menunjukkan bahwa ada saat –saat tertentu dimana identitas online kita mulai menjauh dari konsepsi
normatif kehidupan nyata kita atas identitas.
Internal pseudonymity (nama
samaran internal) merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada kesadaran
diri online yang semacam ini. Pseudonimity berarti “memiliki nama
palsu (samaran)” dan keduanya memiliki pengertian internal dan eksternal. Pengertian
eksternal dari pseudonymity dapat
digunakan untuk mengarahkan kita dalam memahami pengertian internalnya yang
berkaitan dengan identitas online.
External
pseudonimity mengacu pada
hubungan antara orang-orang dimana seseorang menggunakan nama yang berbeda dari
apa yang biasanya digunakan (dikenali). Sebagai contoh, ketika hasil karyanya
diterbitkan seorang penulis memberikan nama samaran yang berbeda dengan apa
yang tertulis pada hasil karya yang diterbitkan sebelumnya atau dengan
identitas kehidupan nyatanya. Di dunia maya, external pseudonymity merupakan hal yang biasa dilakukan atas
alasan privasi atau keselamatan.
Internal pseudonymity mengacu pada kesadaran diri online (online self) seseorang berbeda dengan diri seseorang
di kehidupan nyata dalam hal alasan diambilnya suatu tindakan serta nilai yang
dianut. Penyimpangan ini bisa mencapai suatu titik di mana seseorang sulit
untuk melihat kesamaan antara diri kehidupan nyata dan diri online. Aspek semu dari identitas
praktis seseorang dapat diselidiki pada spektrum yang berada di antara onymity dan anonymity (anonimitas, hal tidak ada nama). Kategori yang masih
cukup luas ini dapat dibatasi secara tegas dengan memperhatikan bahwa diri
dengan nama online samaran lebih ke
arah internal onymity, sementara diri online jenis lainnya lebih ke arah diri
internal tanpa nama. Seseorang yang
menonjolkan versi ideal dari dirinya di laman jaringan sosial sangat mirip
dengan diri mereka di kehidupan nyata dibandingkan dengan seseorang yang
menggunakan dunia maya sebagai sarana untuk merasionalisasikan perilaku yang
tidak akan mereka lakukan di kehidupan nyata. Dengan cara ini lah ketiga
kelompok yang memayungi tersebut dapat dikelompokkan. Kelompok
A mengidentifikasi aspek diri online seseorang
yang lebih mengarah ke internal onymity
meskipun dengan nama samaran. Kelompok B menelaah identitas praktis yang berada
di tengah – tengah (di antara internal
onymity dan internal anonymity). Kelompok
C hanya menkaji identitas praktis yang lebih mengarah pada diri online tanpa nama.
Nama samaran internal di kelompok A berangkat dari
konsepsi onymous dari identitas online seseorang yang mengarah pada
konsepsi nama samaran (pseudonymous
conception). Kita pusatkan perhatian kita
pada permasalahan ini dengan menelaah beberapa contoh dimana konsepsi diri online seseorang melakukan transisi ini.
Awal dari identitas praktis dengan nama samaran di dunia maya dapat ditelusuri hingga
pada titik saat orang mulai melakukan hal – hal yang tidak akan pernah mereka
lakukan di kehidupan nyata.
Perhatikan seseorang yang sangat menikmati novel tulisan Dickens dan suka
bermain golf namun pada profil jaringan sosialnya dia hanya menyatakan suka
novel karena golf memiliki konotasi negatif terkait dengan statusnya di
jaringan sosial, dan dia tidak ingin kelihatan sombong atau diskriminatif.
Orang ini mulai bergerak ke arah konsepsi nama samaran dari diri onlinenya karena dia berusaha untuk
menonjolkan aspek idealis dari dirinya, dan dia menyembunyikan satu aspek dari
kehidupan nyatanya. Dengan kata lain, konsepsi normatif dari diri onlinenya berbeda dengan konsepsi
normatif kehidupan nyatanya. Meskipun ini bukanlah suatu perubahan yang besar,
namun jelas terlihat bahwa ada garis yang kabur antara penamaan dan penggunaan
nama samaran pada identitas praktis seseorang dan dipahami sebagai suatu proses
yang bertahap.
Contoh lain yang menunjukkan bahwa di dunia maya orang berangkat dari diri
kehidupan nyatanya dapat ditemukan dalam
situasi dimana orang mengatakan diri online
mereka mirip dengan diri mereka dan perbedaan – perbedaan yang ada tidak
mengubah konsepsi mereka atas siapa mereka atau nilai yang mereka anut.
Perhatikan seseorang yang di kehidupan nyatanya memiliki kebutuhan khusus
sehingga dia harus menggunakan kursi roda, namun di dunia virtual dia
menciptakan diri online yang mirip
dengannya kecuali kebutuhan khususnya tersebut. Orang ini melihat, berbicara,
dan mencium bau layaknya di kehidupan nyata, namun di dunia virtual dia bisa
berjalan dan berlari bukannya menggunakan kursi roda. Tidak banyak perbedaan
yang ada antara diri onlinenya dengan
diri-nya di kehidupan nyata; namun demikian, karena di dunia maya dia melakukan
hal – hal yang tidak mungkin dia lakukan di kehidupan nyata, minimal dia mulai
mengidentifikasi dirinya sendiri dengan cara yang secara internal bernama
samaran.
Identitas online yang secara
internal pseudonymous ada di Kelompok
B saat seseorang mulai melakukan hal – hal yang berseberangan dengan apa yang dilakukan
di kehidupan nyata. Hal ini menjadi area abu – abu karena sulit untuk
mengatakan apakah anda telah melewati ambang batas yang mendekatkan anda ke
arah diri online yang onymous, ataukah mendekatkan anda ke
arah pemahaman yang secara internal
anonymous. Ada beberapa contoh untuk identitas online seperti ini. Ada dua kelompok contoh akan ditelaah di sini. Kelompok
contoh yang pertama mengulas contoh – contoh dimana orang menggunakan Internet
sebagai alat pengecualian diri bagi mereka. Kelompok contoh yang kedua menelaah
situasi dimana rasa malu mendorong seseorang untuk menjadi anonim di dunia
maya.
Pada saat orang menggunakan internet sebagai alat pengecualian diri berarti
mereka sedang mengidentifikasi alasan konsepsi normatif diri-maya mereka yang tidak
akan mereka pikir akan mereka lakukan di kehidupan nyata. Sebagai contoh,
seorang pria beristri satu yang memiliki hubungan emosional secara online selain dengan pasangannya. Laki –
laki ini berpikir bahwa karena tidak ada hubungan fisik maka dia dapat
meneruskan hubungan ini dan melakukan apa yang disebut dengan selingkuh online. Dengan berasumsi bahwa laki –
laki ini tidak akan berselingkuh di kehidupan nyata, dia, mungkin dengan berperan
sebagai seorang office hubby, menggunakan
Internet sebagai alat untuk memisahkan aksi online
yang akan dilakukan dari aksi yang tidak akan dia lakukan di kehidupan
sehari – hari.
BUKAN
BAGIAN DARI ARTIKEL
“office hubby” person in the office that
looks after you and takes care of you etc etc (not a real sex or dating
thing) – orang kantor
yang menaruh perhatian dan mengurusi anda dst (tidak melakukan hubungan
seksual atau pun berpacaran secara nyata)
|
Contoh yang kedua berkenaan dengan
situasi dimana seseorang bergabung ke dalam komunitas online dan melakukan kegiatan di lingkungan tersebut dimana
kegiatan tersebut dinilai sebagai sesuatu yang memalukan atau tidak dapat
diterima di kehidupan nyata. Sebagai contoh seorang wanita yang merasa malu
jika kesenangannya menikmati berita mengenai selebriti diketahui oleh teman dan
keluarganya. Sebaliknya, di Internet dia mengikuti berita tersebut dengan penuh
semangat. Orang ini bahkan menciptakan laman yang menggabungkan berita dari
berbagai sumber atau berpartisipasi
dalam sebuah komunitas yang penuh dengan orang – orang yang melakukan
pengamatan terhadap bintang film dan mengungkapkan gossip terbaru mengenai
kegiatan yang diikuti selebriti. Titik
tengah konsep identitas internal online yang pseudonymous ditunjukkan dari contoh ini karena perempuan tersebut
mengidentifikasikan diri onlinenya
berbeda dengan cara dia mengidentifikasi diri-nya di kehidupan nyata.
Kelompok C hanya menkaji jenis identitas yang
secara internal menggunakan nama samaran dan mengarah pada konsep internal anonymity. Karena identitas
tersebut dikaji pada sebuah spektrum yang menyebabkan kita kesulitan untuk
mengetahui pada saat kapan kita telah melampaui batasan yang ada. Kelompok ini nampaknya hanya melakukan
pendekatan pada sebuah spektrum dimana karakteristik yang sangat berbeda dari
karakteristik seseorang di dunia nyata dipilih dan diidentifikasi tanpa
kehilangan pemahaman akan diri seseorang di kehidupan nyata.
Dalam contoh laki - laki dengan
kebutuhan khusus seperti yang diketengahkan di atas, bagaimana jika laki – laki
tersebut, daripada hanya memilih untuk menonjolkan dirinya sebagai seseorang
yang secara fisik memiliki kemampuan, memilih untuk memberikan karakteristik
tambahan yang berbeda dengan diri-nya di kehidupan nyata? Misalkan dia juga
mengubah jenis kelamin, umur, etnis dan sikapnya mengenai kehidupan, di dunia
virtual cara dia melihat dan bertindak akan berbeda dengan cara di kehidupan
nyata. Dengan alasan
tersebut, pada saat dia berinteraksi dengan orang lain dia menggunakan
perpektif yang sangat berbeda dengan apa yang biasanya dia gunakan. Sepanjang
dia ingat bahwa diri kehidupan nyatanya hadir dalam kehidupan nyata dan
kesadaran atas diri-nya berasal dari kehidupan nyata, dia dapat disebut sebagai
orang yang di dunia maya internally
pseudonymous.
Pengertian eksternal dari pseudonymity
.mengarah pada pengertian internal pseudonymity
dimana terdapat indikasi berpedaan antara diri kehidupan nyata seseorang
dan diri online seseorang. Pada saat
pengertian eksternal dari pseudonymity mengacu
pada perbedaan pada nama yang memungkinkan orang saling kenal, pengertian internal mengacu pada perbedaan dalam
hal diri kehidupan nyata seseorang
dimengerti sebagai diri onlinenya.
Pada saat seorang pria merasionalisasi perselingkuhan onlinenya, diri onlinenya
dipahami pria tersebut sebagai seseorang yang berbeda dengan apa yang dia tahu
mengenai diri-nya di kehidupan nyata. Diri onlinenya
merupakan seseorang yang memiliki perselingkuhan secara online, sementara diri-nya di kehidupan nyata tidak akan memaafkan
perbuatan tersebut. Kembali pada pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman
beronline anda secara internal adalah
pseudonim pada saat anda mengambil tindakan yang tidak mungkin anda lakukan di
kehidupan nyata namun tidak sampai melupakan perbedaan antara diri online dan kehidupan nyata anda.
Anonimitas (Ketakbernamaan) di Dunia Maya
Bagian terakhir dari pedoman dalam memahami bentuk kesadaran diri di dunia
maya ini menunjukkan bahwa ada situasi – situasi tertentu dimana diri seseorang
menghilang ke dalam identitas maya dan kesadaran diri kehidupan nyata seseorang
hanyalah sebuah pikiran sepintas lalu.
Anonimitas internal merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada
jenis kesadaran (kurangnya kesadaran) akan diri di ranah online. Anonimitas berarti suatu hal tidak ada nama atau nirnama
serta memiliki pengertian internal dan eksternal. Pengertian eksternal dari
anonimitas dapat digunakan untuk mengarahkan kita pada pengertian internal dari
anonimitas karena berhubungan dengan diri online.
Anonimitas eksternal, sebagaimana
telah disebutkan di atas, merupakan “suatu bentuk tak teraksesnya seseorang
oleh orang lain yang berhubungan dengannya atau tinggal di lingkungan sosial
yang sama, meskipun hanya atau terutama dalam hal dampak dari aksi seseorang.” Berbagai
macam cara bisa digunakan seseorang agar menjadi anonim di kehidupan nyata. Anonimitas
yang tidak disengaja didapat , misalnya, ketika anda menghadiri acara-acara
publik seperti acara olahraga. Anonimitas yang disengaja dibentuk ketika anda
melakukan penyamaran untuk mengintai seseorang. Di dunia maya, dimana
anonimitas merupakan sesuatu yang standar, kita menjadi anonim ketika
memberikan komentar di blog yang tidak membutuhkan identitas apa pun. Orang
dapat terus menjadi anonim di dunia maya dengan menggunakan perangkat lunak
untuk menutupi jejak mereka. Anonimitas eksternal sangat lah menarik karena hal
ini merupakan fitur di Internet yang memungkinkan terjadinya multiplisitas dan
ketakterlihatan.
Anonimitas
internal mengacu pada kesadaran diri online
seseorang terlepas dari diri kehidupan nyatanya. Metode akting (method
acting) adalah analogi yang tepat untuk digunakan untuk kesadaran seperti
ini. Ketika seorang method aktor
sepenuhnya masuk dalam perannya, kesadaran akan diri-nya di kehidupan nyata
jauh dari dirinya dan tidak dianggap sama sekali. Kesadaran diri seseorang yang
anonim secara internal tersebut, pada beberapa kasus tidak akan muncul hingga
identitas tersebut ditinggalkan. Pada saat seseorang secara internal menjadi
anonim, mereka memperhitungkan cara melindungi identitas onlinenya, motivasinya serta nilai yang dianutnya dari benak
kesadaran diri (nya) yang sedang duduk di kursi. Identitas online anonim yang demikian sering ditemukan di beberapa permainan
peran dan dunia virtual dimana pengguna bisa saja berusaha untuk memegang teguh
keyakinan dan hasratnya di kehidupan nyata terlepas dari keyakinan dan hasrat
kepribadian onlinenya.
Bisa
dipastikan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memutus hubungan antara diri online dan diri di kehidupan nyatanya. Namun batasannya bisa ditepis. Seseorang
mendekati diri online anonim ketika
dia beralasan bahwa kesadaran-diri kepribadian onlinenya sepenuhnya mewujud hanya di ranah online. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan diri anda
pada posisi kepribadian bentukan tersebut, dan memperlakukannya sebagai
identitas yang berdiri di belakang yang lainnya dan merupakan sumber dari semua
nilai yang dianut. Dengan memandang dari perspektif kepribadiab bentukan,
permasalahan normatif yang muncul telah terjawab dan menghasilkan nilai.
Sebagai
contoh, seseorang yang berusaha mengeksplor sisi gelap dari sifat dasar manusia
namun bukanlah orang jahat di kehidupan nyata. Pengguna ini dapat menciptakan
kepribadian online yang bisa menerima
ide – ide jahat di MUD. Dengan demikian dia dapat mengidentifikasi dirinya
sebagai orang yang kejam, jahat dan licik tanpa merasa bersalah karena
berdasarkan perspektif orang pertama dari pribadi bentukan tersebut memang
demikianlah orang jahat itu. Namun demikian, cara pemerisaian (shielding) yang demikian bisa terus
dilakukan jika tindakan yang diambil dapat diterima oleh kepribadian bentukan,
namun tidak dapat dilakukan oleh pengguna – meskipun semuanya dilakukan online.
Sifat
ekstrim dari pengidentifikasian diri secara anonim dengan diri online seseorang merupakan pengalaman
yang berbeda dan mungkin tidak dialami oleh kebanyakan pengguna internet.
Menarik memang untuk melihat cara Internet memungkinkan orang memperlebar jarak
diri kehidupan nyata dari diri mayanya.
Pengertian eksternal dari anonimitas mengarah pada pengertian internal dari
anonimitas karena ada sesuatu yang tidak diketahui. Dalam
pengertian eksternal tersebut, seorang anonim tidak diketahui oleh orang lain,
sementara dalam pengertian internal kehidupan nyata seseorang tidak dikenali
oleh diri online. Kembali pada
pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman beronline anda disebut anonim jika anda mengambil tindakan atas nama
kepribadian yang dibentuk dan tidak menyadari hadirnya diri kehidupan nyata.
No comments:
Post a Comment