Anonimitas dan Nama Samaran di Dunia Maya: Deindividuasi,
Ketidaksopanan dan Pelanggaran Hukum Versus Kebebasan dan Privasi
Oleh M. E. Kabay, PhD;
Direktur CISSP (Certified Information Systems Security Professional – Profesional Keamanan Sistem Informasi (yang) Bersertifikat)
Asosiasi Pendidikan Internasional Keamanan Komputer, Makalah dipresentasikan
pada Konferensi Tahunan Institut Eropa untuk Penelitian Anti-Virus Komputer (European Institute for Computer Anti-Virus
Research (EICAR)), Munich, Jerman 16-8 Maret 1998
Pertumbuhan
internet memicu penggunaan anonimitas dan nama samaran dalam komunikasi
elektronik. Di dunia nyata, identitas berada dalam tataran dimana seorang
individu dikenali berdasarkan identitas tersebut serta individu tersebut
bertanggungjawab atas tindakannya; di dunia maya identitas semata hanyalah user-ID.
Dunia Nyata
Demi
kemudahan pemaham, “dunia nyata” di sini mengacu pada dunia materi, fisik dan molekuler
dari interaksi manusia sehari – hari. Penggunaan istilah “dunia nyata” berdasarkan
penjelasan tersebut tidak berarti bahwa dunia maya kurang signifikan, tidak
berguna atau bahkan “nyata” daripada tingkatan yang ada di planet dimana kita
berinteraksi, penggunaan istilah ini lebih bertujuan untuk membedakan antara (interaksi)
yang fisik dan elektronik.
Identitas di Dunia Nyata
Makna utama dari kata benda
“identitas” dalam hal ini didefinisikan dalam sebuah kamus (American Heritage, 1992) sebagaimana (dikutip
secara langsung):
1.
Aspek kolektif dari himpunan
karakteristik dimana suatu hal sudah pasti dapat dikenali atau diketahui;
2.
Himpinan karakteristik
perilaku atau pribadi seseorang dimana seorang individu dikenali sebagai
anggota suatu kelompok;
3.
Kepribadian yang berbeda dari
seorang individu dianggap sebagai entitas tetap; individualitas.
Anonimitas dan Nama Samaran di Dunia Nyata
Anonimitas dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai suatu hal tidak ada nama atau dengan nama yang tidak
diketahui. Nama samaran (pseudonim) merupakan penggunaan nama palsu. Kedua
isilah ini dimaknai negatif dalam Bahasa Inggris; namun demikian, anonimitas
memiliki sejarah yang dianggap terhormat di dunia filsafat dan politik.
Citranya tidak sepenuhnya buruk. Terkadang suatu konteks yang berbeda dapat
membebaskan subyek anonim (tanpa nama) dari hambatan kontraproduktif.
Aneka Jenis Anonimitas dan Nama Samaran (Pseudonim)
Mendefinisikan berbagai
tingkatan tingkah laku akan memberi manfaat dalam memahami permasalahan
anonimitas dan nama samara. Froomkin (1995) membedakan antar 4 bentuk dari identifikasi
yang bukan sesungguhnya (identifikasi palsu) atau nir identifikasi:
1.
Anonimitas yang dapat dilacak:
anonymous remailer (layanan yang
memungkinkan orang mengirim email menggunakan alamat email yang tersembunyi
(anonim)) yang menyimpan rekaman alur
pesan asli dengan pesan yang dianonimkan memudahkan pelacakan. Anonimitas on-line yang dapat dilacak memungkinkan
orang – orang untuk menjaga privasi mereka dengan menggunakan identitas
samaran, akan tetapi banyak ISP (Internet
Service Provider – Penyedia Layanan Internet) akan memberikan identitas di
dunia nyata (dari si pemilik identitas samaran) kepada penegak hukum karena
adanya surat perintah atau kepada pengacara atas dasar surat perintah
pengadilan.
2. Anonimitas (yang) tak terlacak: Alur pesan yang
dianonimkan tidak direkam atau tidak tersedia
3. Nama samaran (yang) tak terlacak: Identitas atau
persona yang terus menerus digunakan memungkinkan komunikasi dengan seorang
koresponden dan tidak akan mungkin bisa mengaitkan si pengguna nama samaran
dengan identitas koresponden di dunia nyata.
4. Nama samaran yang dapat dilacak: seseorang, di
suatu tempat memiliki informasi yang dibutuhkan untuk menunjukkan hubungan
antara seorang pemilik nama samaran dengan identitasnya di dunia nyata.
Faktor
lain yang membuat anonimitas dan nama samaran menjadi penting di dunia maya
adalah kemudahan dalam melakukan replikasi pesan.
Dalam
diskusi yang membahas apakah masyarakat harus membatasi anonimitas dan nama
samaran, argumen yang biasa muncul adalah bahwa modus komunikasi yang seperti
ini diperlukan dalam melakukan perlawanan terhadap perusahaan dan lembaga politik
yang tiran. Anonimitas dan nama samaran yang, dalam hal ini, dipandang sebagai ekspresi
hak atas privasi. Penyalahgunaan atas perangkat - perangkat ekspresi ini
merupakan harga yang harus dibayar masyarakat yang mempertahankannya (perangkat
- perangkat ekspresi).
Kelompok
diskusi politik, perlawanan terhadap
rezim totaliter, dan diskusi – diskusi permasalahan sosial yang memalukan atau
traumatis lebih mudah dilakukan bagi banyak orang dengan menggunakan nama
samaran atau anonim. Anonimitas memberikan kebebasan berbicara mengenai politik
tanpa batas, pemberian peringatan (whistle-blowing) dengan rendahnya kemungkinan
dilakukannya balas dendam, dan diskusi publik atau tertutup yang membahas
permasalahan yang memalukan (Froomkin, 1995, 1996). Ubois (1995) menyatakan,
“Komunikasi anonimus berguna untuk beberapa hal. Komunikasi ini telah lama
digunakan sebagai alat bantu untuk hotline
Pusat Pencegahan Bunuh Diri, kotak – kotak saran, dan iklan pribadi.
Anonimitas menyediakan privasi, kerahasiaan dan keamanan untuk orang
perorangan. Secara bersamaan, anonimitas menggarisbawahi konflik kepentingan
antara individu dan komunitas.
Keterangan (bukan bagian dari makalah ini)
Whistle blowing – biasanya untuk memberikan peringatan atas dilakukannya
sesuatu yang tidak etis dan dengan dilakukannya whistle-blowing akan memberikan akibat yang tidak menyenangkan
bahkan serius bagi si pelaku yang tidak etis tersebut)
|
Di
beberapa ruang ngobrol (chat rooms)
dan multi-user dungeons (MUD – suatu
ruang/domain dimana banyak pengguna di dalamnya), anonimitas memungkinkan berkembangnya
imajinasi yang berangkat dari batasan identitas seseorang di dunia nyata,
status sosial, gender dan preferensi gender, afiliasi politik, negara asal, dan
agama. Lingkungan multimedia seperti WorldsAway
(http://www.worldsaway.com/home.shtml) menyediakan nama samaran imajinatif dengan memberikan
kemungkinan pada masing – masing pemain untuk memilih nama tetap dan
representasi diri mereka dalam bentuk gambar (avatar) dengan fitur yang lucu
dan aneh (gambar berbagai macam kepala binatang, warna kulit, bentuk tubuh dan
sebagainya). Pemain mengadopsi kepribadian yang bisa sangat berbeda dari
identitas dunia nyata mereka, namun merupakan (menjadi) identitas yang
konsisten di dunia virtual.
Kepribadian
elektronik yang tidak berwujud dan anonimus dapat menyelamatkan mereka dari
efek membahayakan dari ketidakpedulian dan prasangka buruk (Detweiler, 1993).
Froomkin
(1996) meringkas permasalahan tersebut dengan baik dalam tinjauan magisternya
dalam hal tantangan anonimitas di dunia maya:
“Anonimitas terletak di jantung
tiga permasalahan yang saling berkaitan dari komunikasi lewat komputer melalui jaringan
terdistribusi (yang kemudian pendeknya saya sebut sebagai “internet”):
-
Pertama, anonimitas
komunikatif merupakan permasalahan itu sendiri: internet memudahkan komunikasi
anonimus, dan hal ini memiliki konsekuensi yang baik dan buruk. …
-
Kedua, tersedianya komunikasi
elektronik anonimus secara langsung mempengaruhi pemerintah untuk mengeluarkan
kebijakan mengenai transaksi elektronik melalui internet (resmi dan tidak
resmi).
-
Ketiga, anonimitas kemungkinan
merupakan alat utama yang tersedia bagi warga negara untuk memerangi kompilasi
dan analisa data pribadi, meskipun perundang-undangan dalam hal perlindungan
data memiliki dampak juga.
Rose
(1994), yang terkenal dalam lingkaran perundang-undangan dunia maya, menulis komentar
pedasnya atas aplikasi yang tidak semestinya dari anonimitas on-line::
·
"Orang secara anonim
dapat mengirimkan berbagai macam bahan ilegal dan merugikan ke area publik:
pelanggaran hak cipta, kecabulan, informasi kartu kredit yang dicuri,
kebohongan dan fitnah, dan sebagainya. Individu yang tidak suka dengan
kata-kata atau kelakuan seseorang dapat melakukan apapun terhadap orang
tersebut tanpa takut akan terjadinya balas dendam. Remailer
anonim bagus untuk para pengecut. Orang – orang yang ingin menyebarluaskan
pesan yang penuh dengan kebencian dan kesalahpahaman, namun tidak mau
mempertahankan pendapatnya di depan publik, dapat melakukan tindakan dengan
berlindung pada tembok anonimitas dan menyuntikkan dosis polusi pemikiran dalam
jumlah yang besar ke arena publik.”
No comments:
Post a Comment