Penggunaan Twitter oleh Kongres Amerika Serikat
Jennifer Golbeck,
Justin M. Grimes, dan Anthony Rogers
Fakultas Ilmu
Informasi, Universitas Maryland, College Park, Maryland 20742. JURNAL
MASYARAKAT AMERIKA UNTUK ILMU DAN TEKNOLOGI INFORMASI-Agustus 2010 – DOI:
10.1002/asi
Twitter merupakan
sebuah layanan mikroblog dan jaringan
sosial dengan jutaan anggota yang jumlahnya terus bertambah hingga ke tingkat
yang luar biasa. Dari pembicaraan yang beredar sekitar layanan ini, muncul
klaim mengenai kemampuannya (Twitter) dalam mentransformasi cara orang
berinter-aksi dan berbagi informasi serta menggugah beberapa tokoh masyarakat
untuk mulai menggunakan layanan ini. Dalam studi ini, kami tertarik pada jenis
isi (konten) yang dituliskan oleh para anggota legislatif terutama anggota
kongres Amerika Serikat. Kami
membaca dan menganalisa lebih dari 6.000 tulisan dari seluruh anggota Kongres
yang menggunakan situs ini. Analisa kami menunjukkan bahwa orang – orang
Kongres menggunakan Twitter terutama untuk menyebarkan informasi, khususnya
tautan ke artikel koran yang memuat tulisan mengenai diri mereka dan tulisan –
tulisan dalam blog mereka, serta untuk memberitahukan kegiatan sehari-hari
mereka. Layanan ini tidak bermaksud untuk memberikan wawasan baru bagi
pemerintah atau para anggota legislatif atau untuk meningkatkan tingkat
transparansi; melainkan lebih pada sebagai alat untuk promosi diri. Namun,
Twitter juga memfasilitasi komunikasi langsung antara anggota Kongres dengan
masyarakat, meskipun komunikasi ini merupakan aktifitas yang kurang populer. Kami
melaporkan penemuan dan analisa serta diskusi kami mengenai pemanfaatan Twitter
untuk tujuan yang lain kepada anggota legislatif.
Tidak banyak ditemukan mengenai studi bagaimana
Twitter digunakan, terutama yang berkaitan dengan isi tulisan (Mischaud, 2008; Honey & Herring, 2009). Dalam
studi ini, kami mengetengahkan analisa yang mendalam mengenai bagaimana anggota
Kongres menggunakan layanan ini. Kami memperhatikan demografi (termasuk
afiliasi partai dan negara asal), frekwensi penulisan di Twitter, dan, yang
paling penting, isi dari pesan yang mereka tulis. Untuk mendapatkan analisa isi
dari pesan, kami menganalisa isi dari sebagian besar pesan yang ditulis oleh
anggota Kongres untuk mendapatkan gambaran menyeluruh atas jenis dan maksud
dari pesan – pesan tersebut. Kami memilih untuk tidak melakukan studi atas
jaringan sosial yang mendasarinya (followers,
following, serta teman), meskipun jaringan ini memberikan ruang yang luas
untuk diadakannya studi di masa yang akan datang.
Berdasarkan
analisa ini, kami menyimpulkan bahwa anggota Kongres sebagian besar menggunakan
Twitter untuk mengkomunikasikan jenis informasi yang sama yang diberikan kantor
mereka ke media lain. Mereka memasang tautan ke artikel koran, tulisan dalam
blog, dan uraian kegiatan yang akan dilakukan serta menulis tweets layaknya penulisan judul siaran
pres mini. Orang – orang Kongres juga menggunakan Twitter dengan cara yang
stereotipikal, menuliskan kegiatan serta acara sehari-hari seperti pertemuan,
makan malam, dan olahraga. Sebagian besar tulisan menggunakan kedua jenis tweets tersebut, meskipun ada banyak
komunikasi langsung yang terjadi antara orang Kongres dan pengguna yang
mengirimi mereka pertanyaan atau komentar.
Studi
ini merupakan studi mendalam mengenai bagaimana sebuah kelompok tertentu
menggunakan Twitter sehubungan dengan isi pesan yang mereka tuliskan. Kami
mulai dengan memperkenalkan metode pengumpulan dan pengkodean data yang kami gunakan. Setelah itu, kami
mengetengahkan hasil observasi kami atas latar belakang, pesan yang ditulis,
dan perilaku interaksi anggota Kongres. Selanjutnya, kami mendiskusikan hasil
temuan, termasuk implikasinya bagi transparansi pemerintah, bagi kerjasama
antara Kongres dan masyarakat, serta penerapan yang lebih luas lagi dari hasil
temuan kami. Kami, kemudian, mengakhirinya dengan mendiskusikan implikasi yang
lebih luas lagi serta studi di masa yang akan datang dalam hal ini.
Tujuan dan Proses Penelitian
Studi ini bermaksud untuk memahami bagaimana anggota
Kongres berkomunikasi melalui Twitter. Pusat perhatian kami ada pada komunikasi
yang mengalir dari pemerintah kepada publik dan bukannya pada bagaimana publik
menggunakan informasi ini atau untuk membalas berkomunikasi dengan pemerintah.
Oleh sebab itu, kami telah mengumpulkan, memberi kode, dan menganalisa tulisan
– tulisan dalam Twitter dari seluruh anggota Kongres yang menggunakan layanan
ini pada saat itu. Pada bagian ini, kami akan menguraikan proses pengumpulan
dan pendeskripsian data. Selanjutnya akan diketengahkan uraian atas observasi
dan analisa atas implikasi dari hasil temuan.
Untuk
menentukan kategori – kategori klasifikasi, seluruh tweets akan dikelompokkan secara organis dan diberi nama sesuai
dengan pola yang mendasarinya, nama pengelompokkan tersebut membentuk
klasifikasi – klasifikasi.
·
dc Direct Communication (Pesan Langsung): Pesan yang
ditujukan kepada seseorang secara spesifik, baik dengan menggunakan tanda @id twitter seseorang, merupakan tanda yang telah disepakati atau di dalam teks pesan itu sendiri. Pesan
langsung (DC) dibagi ke dalam dua
sub-kelas yang sama ekslusifnya berikut ini.
·
pm Personal Message (Pesan Pribadi): Merupakan pesan
yang tidak berorientasi pada pesan atau catatan yang berhubungan dengan
pekerjaan (bisnis), seperti ucapan hari raya atau sentimen pribadi lainnya.
·
Activities (Kegiatan): Pesan
yang menggambarkan keseharian anggota Kongres.
·
in Information
(Informasi): Kode ini merepresentasikan pesan yang mengetengahkan fakta, opini,
tautan ke sebuah artikel, posisinya atas sebuah isu, atau sumber.
·
“Retweet”
mengacu pada diteruskannya sebuah
tweet yang ditulis oleh pengguna
(Twitter) lain. Retweets biasanya
digunakan baik untuk mengutip seorang pengguna atau mengulang isi sebuah tweet menjadi tweet lain dengan tujuan untuk penegasan atau membagikannya ke pengguna
lainnya. Telah disepakati bahwa sebuah retweet
diawali dengan tulisan “RT”.
·
“Hashtags” juga
merupakan sebuah istilah yang disepakati penggunaannya dan cukup populer di
Twitter. Tanda # sebelum sebuah kata atau frasa digunakan untuk menghubungkan
sebuah tweet ke subyek tertentu. Hashtags acapkali dibuat untuk subyek
atau kejadian tertentu sebagai cara untuk menggabungkan atau menempatkan secara
virtual tweet pesan atau mengenai
kejadian yang berhubungan. Sebagai contoh, hashtag
#babi (pork) terkadang digunakan
untuk mengindikasikan pesan – pesan mengenai pengeluaran pemerintah yang
dianggap sebagai sebuah pemborosan, atau “babi”
Kesimpulan
Twitter memang menyediakan forum dimana komunikasi
langsung antara orang kongres dan pendukungnya terbantukan. Namun sepertinya
hal ini tidak berkembang lebih jauh, karena ada batasan pada sebagaimana
pentingnya komunikasi personal yang sesorang dapat lakukan. Hingga suatu saat titik tersebut terlampaui,
Twitter tetap menjadi tempat yang dapat memfasilitasi jenis interaksi ini.
Di
lain pihak, orang – orang Kongres menggunakan Twitter utamanya untuk menjangkau
orang – orang, dan bukannya untuk meningkatkan transparansi. Meskipun ada beberapa batasan pada apa yang bisa
dikomunikasikan dengan 140 karakter. Kami menemukan bahwa isi dari tweets tidak begitu berperan dalam
meningkatkan informasi mengenai kegiatan Kongres, meningkatkan transparansi
pemerintah, atau mendidik pembacanya mengenai perundang - undangan atau isu.
Pandangan ini menyimpulkan bahwa fórum Twitter tidak digunakan untuk jenis baru
komunikasi Kongresional.
Pada akhirnya, memelajari pola hubungan dan komunikasi
antara warga dengan anggota Kongres, terutama yang berkaitan dengan lokasi bisa
jadi bermanfaat. Dengan diketahuinya pola ini, anggota Kongres dapat memberikan
perhatian khusus pada pendukung mereka sejalan dengan pertumbuhan Twitter dan
untuk memahami perspektif yang dibagikan kepada mereka (anggota Kongres)
melalui layanan ini.
No comments:
Post a Comment