Dari Dunia Maya ke Antropologi
Digital ke Antropologi Kontemporer?
Philipp Budka (University of Vienna), www.philbu.net
Sebuah Prasaran untuk e-seminar
ke-38 EASA Jaringan Antropologi Media (European Association for
Social Anthropology – Asosiasi Antropologi Sosial Eropa), 22
Nopember – 6 Desember 2011, www.media-anthropology.net
Istilah “dunia maya” (cyberspace), sebagai contoh, pertama
kali disebutkan di novel fiksi ilmiah berjudul Neuromancer yang ditulis oleh William Gibson pada tahun 1984. Imbuhan
“cyber”, di lain pihak, diciptakan
oleh seorang ahli matematika bernama Nobert Wiener pada akhir 1940-an dalam
kata “cybernetics” (sibernetika)
untuk menjelaskan kekompleksan ilmu – ilmu yang berhubungan dengan komunikasi
dan pengawasan dalam sistem artifisial dan organik, seperti misalnya interaksi
manusia-mesin.
10 tahun kemudian Miller (2010, 2011)
kembali ke Trinidad untuk menginvestigasi fenomena media digital yang sedang
marak serta konsekuensi – konsekuensinya pada orang – orang: Facebook (http://www.facebook.com/).
Dengan pengguna yang mencapai lebih
dari 700 juta pada saat ini, Facebook merupakan situs jaringan sosial paling
dominan dan terbesar di dunia (http://www.internetworldstats.com/facebook.htm). Para pengguna Facebook menciptakan
profil untuk dan atas diri mereka sendiri, mereka berbagi cerita, gambar,
jaringan mereka, mereka menciptakan dan bergabung dengan kelompok – kelompok
yang memiliki minat yang sama, mereka mendukung ide – ide serta kegiatan –
kegiatan, dan mereka cukup berkomunikasi melalui chat dan pesan – pesan menggunakan teks.
Seperti
halnya studi etnografis pertamanya, Miller menaruh perhatian pada interpretasi
lokal dari fenomena ini, yang berarti bahwa “Facebook” di Trinidad telah
menjadi “Fasbook”. Hal ini sekaligus merefleksikan ide setempat bahwa Facebook
nyatanya merupakan penemuan orang Trinidad, “dan bukannya fasilitas yang
diimpor” (Miller 2011: 159).
Miller (2010, 2011) dalam Antropologi Facebooknya menemukan bahwa: Facebook
hanyalah sebuah agregat dari praktik dan penggunaan regional, perbedaan budaya
dan keragaman kemudian menjadi penting. Facebook menyediakan sarana untuk
melengkapi komunitas offline, hal ini
memberikan dampak tertentu dalam populasi diáspora. Facebook merupakan médium
penting untuk visibilitas dan penyaksian oleh publik (public witnessing), bukan untuk semua orang dan tidak harus semua
orang. Facebook menginternasionalisasikan kejadian – kejadian lokal dan dengan
demikian mengecilkan dunia – dunia sosial. Facebook, menurut Miller (2011),
sejatinya merupakan jaringan sosial yang mampu merekontruksi hubungan khusus di
kalangan keluarga dan teman – teman.
Keterangan (bukan bagian dari artikel ini):
Agregat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti:
1.
Hasil proses agregasi
2.
Mesin kecil pembangkit
listrik
3.
Bahan – vahan minerak tidak
bergerak
4.
Satuan yang terbentuk oleh partikel yang
terhimpun dalam suatu kelompok
|
No comments:
Post a Comment