Tuesday, July 16, 2013

Analisis Kelas di Sumba Menurut Vel

Analisis Kelas di Sumba menurut Vel (Uma Politics: An Ethnography of Democratization in West Sumba, Indonesia, 1986-2006)

Menurut Vel:
  1. Pembentukan  kelas sebagai hasil dari otonomi regional
  2.  Analisa politik terhadap orang Sumba, dalam hal jejaring yang menghubungkan  kelas – kelas perorangan diantara individu yang memiliki kekuasaan, menunjukkan bahwa anggota jejaring ini mulai membentuk kelas sosial yang terpisah.
  3. Elit politik tidak lah sama dengan kelas politik


Elit Politik
Kelompok orang – orang kaya dan cenderung kecil dalam hal jumlah yang memiliki nilai dan kepentingan yang sama dimana kepentingan ini secara efektif dapat mendikte tujuan – tujuan utama (jika bukan tujuan, paling tidak mendikte alat dan detil yang praktis) atas semua kebijakan pemerintah yang penting (mereka juga mendominasi kegiatan media massa utama dan organisasi pendidikan/kultural di dalam  masyarakat)  dengan kata lain elit politik dikaitkan dengan kapasitasnya dalam mengarahkan serta dilatarbelakangi motivasi yang berbau kepentingan  politik.

Kelas Politik
  1. Didefinisikan sebagai bagian dari stratifikasi sosial dan dilatarbelakangi motivasi demi mencapai ketahanan pangan dan keamanan sosial.
  2. Kelas politik berada di lapisan paling atas dari masyarakat
  3. Kelas politik juga mencakup orang – orang yang tidak memiliki posisi formal yang memiliki kapasitas untuk mengatur sumber daya negara termasuk di dalamnya pelaku usaha (businessmen), (beberapa) pensiunan PNS, serta para isri, ibu, saudara perempuan dan keturunan para laki-laki yang memegang posisi kunci dalam jejaring
  4. Demokrasi, secara umum, serta desentralisasi administratif secara khusus memfasilitasi pertumbuhan kelas politik
  5. Terdiri dari mereka yang berada dalam posisi pengambil keputusan terhadap alokasi sumber daya milik negara (uang , pekerjaan, ijin dan kekerasan)
  6. Jejaring orang – orang yang berada dalam kelas politik akan nampak pada upacara – upacara khusus dan pertemuan publik (polisi akan bertindak sebagaimana mestinya pada saat diperintah oleh anggota dari kelas politik ini)
  7.  Anggotanya dapat saja kehilangan pengaruh

Publik (yang ber-) Politik
  1. Orang – orang yang berada di tengah (kelas menengah) dari keefektifan politik
  2. Orang – orang selain elit politik yang merasa mampu untuk mengambil tindakan yang dapat mempengaruhi politik serta kepemerintahan nasional (kabupaten)


Kelas Tani
  1.  Berada di bagian paling luar dari lingkaran masyarakat (positioned in the outer circle)
  2.  Anggotanya merasa mereka bersatus sangat rendah untuk aktif dalam dunia politik
  3. 2/3 (dua per tiga) populasi Sumba mendefinisikan diri mereka sendiri sebagai orang – orang yang tidak memiliki pengaruh dalam alokasi sumber daya milik negara



Vel menjelaskan bahwa,
  1.  Batas antara ‘kelas politik’, ‘publik (yang ber-) politik, serta kelas tani tidaklah digariskan dengan sangat jelas
  2.  Kelas tani dan  kelas politik saling bergantung. Kelas tani menguasai bahan makanan serta tanah, tenaga kerja serta ternak, yang merupakan sumber – sumber daya penting bagi semua masyarakat Sumba.
  3. Kelas politik memiliki uang dan akses bagi kesempatan untuk memperbaiki livelihood melalui pendidikan dan jejaring yang telah melebar hingga ke luar Sumba.
  4. Politikus merupakan anggota kelas politik, namun mereka membutuhkan penduduk pedesaan untuk menjadi konstituen mereka.



Vel jelas menggunakan teori konflik dalam analisanya dengan menyatakan bahwa kekerasan di Waikabubak (‘Kamis Berdarah’) bukanlah perang suku namun merupakan kekerasan yang ditujukan pada negara dan mereka yang mengatur sumber – sumber daya negara demi keuntungan anggota kelas mereka yang sedikit jumlahnya dengan kata lain kelompok yang ambil bagian dalam kekerasan ini adalah kelompok orang – orang yang menguasai sumber – sumber daya negara dengan kelompok yang tidak memiliki akses atas sumber – sumber daya negara. 

Sumber: Vel, Jacqueline A. C. 2008. Uma Politics: An Ethnography of Democratization in West Sumba, Indonesia, 1986-2006. KITLV Pres, Leiden

No comments:

Post a Comment