Tuesday, July 16, 2013

Indigenous Knowledge for Disaster Risk Reduction in South Asia - Versi Bahasa Indonesia

Sumber: saarc-sdmc.nic.in/pdf/publications/Indigenous/Chapter_2.pdf - Indigenous Knowledge for Disaster Risk Reduction in South Asia

PROSES PENGETAHUAN MASYARAKAT SUKU
Pengetahuan masyarakat suku atas Pengurangan Risiko Bencana berkembang melalui proses antisipasi, penanggulangan masalah, adaptasi serta pemulihan masyarakat.
  1.  Antisipasi merupakan pemahaman atas tanda - tanda alam akan bencana yang akan terjadi serta pengambilan langkah dalam rangka menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerusakan harta benda seperti misalnya dengan pindah ke tempat yang lebih aman, atau dengan membuat penghalang dari karung gandum atau dengan merancang bangunan yang sesuai dengan kondisi daerahnya
  2. Penanggulangan masalah mencakup cara menghadapi ‘guncangan’ yang diakibatkan oleh bencana dengan cara mendukung satu sama lain, mencari alternatif strategi mata pencaharian, dll.
  3. Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri yang dilakukan secara mandiri dalam hal gaya hidup dan praktik – praktik tertentu agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan
  4. Pemulihan berarti kembali menjalani kehidupan setelah terjadinya bencana dan melakukan persiapan dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi


Berdasarkan pada pengetahuan mereka, yang berkaitan erat dengan lingkungannya, yang dihasilkan dari pengalaman beberapa tahun, masyarakat mengantisipasi bahaya alam yang dapat menimpa mereka. Antisipasi dan prediksi membuat masyarakat menjadi lebih siap dalam menghadapi dampak bencana. Pada saat sebuah bencana menimpa mereka, mereka merespon, beradaptasi dan menanggulanginya menggunakan pengetahuan suku mereka. Ketika dampak bencana telah usai, masyarakat mulai pulih dan kehidupan mereka kembali normal. Pada tahap pemulihan, masyarakat banyak melakukan kegiatan yang berusaha untuk memitigasi risiko ketika bencana menimpa, yang secara tidak langsung memastikan berkurangnya kerentanan masyarakat terhadap bencana. Dengan demikian, sebuah masyarakat bergantung pada pengetahuan suku mereka, dimana termasuk di dalamnya memprediksikan cuaca dan bencana dengan melihat perubahan – perubahan alam dan perilaku binatang, mengembangkan kapasitas untuk berhadapan dengan beragam bencana, metode terbaik untuk menyimpan makanan, mengembangkan keahlian dalam teknik pembangunan rumah, memperkuat ikatan persahabatan dan kekeluargaan yang dapat mereka mintai bantuan, mencari alternatif sumber pendapatan, dll. Mereka juga memanfaatkan sumber – sumber daya yang mereka mliki seperti persediaan makanan, binatang peliharaan, uang, perhiasan, tanah serta barang – barang berharga lainnya yang dapat dipinjam atau dijual. Masyarakat menggunakan sebagian besar strategi serta sumber daya mereka sebelum meminta bantuan dari organisasi di luar lingkungan masyarakat mereka. Dengan demikian, berbekal pengetahuan, keahlian serta kapasitas yang cukup kuat dalam mengantisipasi, menanggulangi, beradaptasi serta memulihkan diri, masyarakat menjadi tidak rentan terhadap risiko bencana.

Uniknya, pengetahuan masyarakat suku selama ini dilembagakan secara mandiri di dalam wilayah mereka menggunakan atribut yang memungkinkan terjadinya pelembagaan pengetahuan tersebut seperti faktor budaya, sosial, ekonomi dan teknologi yang dibarengi dengan kegiatan yang mendukungnya seperti dilakukannya antisipasi, penanggulangan masalah, adaptasi serta pemulihan, yang secara signifikan berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan di dalam masyarakat.

PENDOKUMENTASIAN PENGETAHUAN MASYARAKAT SUKU - METODOLOGI
Pengetahuan masyarakat suku men”darahdaging” dalam keyakinan serta praktik – praktik kultural dari masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu pengetahuan tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas oleh orang – orang di luar masyarakat tersebut. Memasuki serta memahami sistem pengetahuan masyarakat suku sulit untuk dilakukan karena beragamnya bahasa di wilayah Asia Selatan dimana sebagian besar dari bahasa – bahasa tersebut mewujud dalam bentuk religi – religi tua dan hasil karya budaya atau tidak tertulis. Pengetahuan masyarakat tersebut dapat dimunculkan melalui kajian atas lagu, cerita, peribahasa, tarian, mitos, nilai – nilai budaya, keyakinan, ritual, aturan masyarakat, bahasa daerah, praktik – praktik pertanian, kelompok – kelompok, dll. Observasi, wawancara serta Diskusi Kelompok Terfokus merupakan metodologi yang cukup terkenal dalam penelitian. Metodologi penelitian berikut ini diterapkan dalam konteks kajian kali ini:                                                                 
     1.  Bibliografi dari literatur yang telah diterbitkan maupun tidak dimana termasuk di dalamnya sumber      – sumber lisan pengetahuan masyarakat suku mengenai (1) pengurangan risiko banjir dan      
        kekeringan  di wilayah – wilayah di India yang rawan terhadap bencana banjir dan kekeringan; (ii) 
        bahaya pesisir di Sri Lanka; dan (iii) risiko seismik di Nepal; akan diketengahkan
     2. Kajian pustaka dari sumber – sumber daya pengetahuan masyarakat suku dilakukan untuk
a.     Menilai cara masyarakat belajar untuk hidup berdampingan dengan bencana (banjir, kekeringan, bahaya pesisir dan seismik) dan mekanisme penanganan masalah yang berkaitan dengan:
i.              Teknologi tradisional yang mencakup perumahan, pemanfaatan lahan, pertanian
atau teknologi lainnya yang diadopsi untuk mengurangi risiko bencana
ii.             Praktik – praktik ekonomi seperti menabung, asuransi, konservasi dll dalam 
upayanya untuk mengurangi risiko bencana;
iii.             Praktik – praktik sosial seperti tolong-menolong, berbagi, penyebaran, 
perlindungan dan keamanan sosial bagi kelompok yang rentan seperti anak – anak, orang 
tua, orang dengan kebutuhan khusus dll dalam menghadapi bencana;
iv.            Praktik – praktik religi dan budaya yang memperkuat pertahanan serta ketahanan 
secara sosial, mental serta spiritual dalam menghadapi bencana;
v.             Praktik – praktik yang berkaitan dengan pokok pembicaraan
b.    Menkaji kekuatan serta kelemahan pengetahuan masyarakat suku dan relevansinya di 
     saat ini;
c.     Sinergi antara pengetahuan masyarakat suku dengan teknik serta peralatan modern dalam pengurangan serta pengelolaan risiko bencana dalam upayanya untuk memperkuat ketahanan masyarakat yang hidup di daerah yang terus-menerus menjadi daerah rawan bencana
      3.    Survei dilakukan di sekelompok pedesaan pada masyarakat terpencil yang hidup di daerah yang terus-menerus menjadi daerah rawan bencana (bahaya seismik – Masyarakat Himalaya Nepal, bahaya pesisir – Masyarakat Sri Lanka di daerah pesisir, kekeringan – Masyarakat Rajasthan, India serta bahaya banjir – Masyarakat Uttar Pradesh sebelah timur, India), termasuk di antaranya aspek – aspek berikut ini:
-       Geografi dan fisiografi dari lokasi di mana masyarakat tersebut berada;
-       Sejarah masyarakat;
-       Kondisi demografi, sosial serta ekonomi masyarakat;
-       Profil bahaya alami yang pada masa lalu berdampak pada masyarakat;
-       Cara masyarakat yang rentan tersebut belajar untuk hidup berdampingan dengan
     bencana, terutama yang berkaitan dengan praktik – prfaktik teknologi, sosial, ekonomi
     serta kultural dalam mengurangi risiko bencana termasuk di dalamnya perumahan, pemanfaatan lahan, pertanian atau teknologi lainnya yang diadopsi untuk mengurangi risiko bencana;

Peneliti tinggal di dalam masyarakat selama dua minggu untuk melakukan survei dengan menerapkan beragam metodologi yang mencakup observasi, kuesioner dan wawancara, serta diskusi kelompok terfokus. Hasil dari kajian pustaka serta penelitian lapangan akan diketengahkan di bab – bab selanjutnya.



No comments:

Post a Comment