Thursday, July 18, 2013

Dari Dunia Maya ke Antropologi Digital ke Antropologi Kontemporer? - Phillip Budka

Dari Dunia Maya ke Antropologi Digital ke Antropologi Kontemporer?
Philipp Budka (University of Vienna), www.philbu.net
Sebuah Prasaran untuk e-seminar ke-38 EASA Jaringan Antropologi Media (European Association for Social Anthropology – Asosiasi Antropologi Sosial Eropa), 22 Nopember – 6 Desember 2011, www.media-anthropology.net
Istilah “dunia maya” (cyberspace), sebagai contoh, pertama kali disebutkan di novel fiksi ilmiah berjudul Neuromancer yang ditulis oleh William Gibson pada tahun 1984. Imbuhan “cyber”, di lain pihak, diciptakan oleh seorang ahli matematika bernama Nobert Wiener pada akhir 1940-an dalam kata “cybernetics” (sibernetika) untuk menjelaskan kekompleksan ilmu – ilmu yang berhubungan dengan komunikasi dan pengawasan dalam sistem artifisial dan organik, seperti misalnya interaksi manusia-mesin. 
10 tahun kemudian Miller (2010, 2011) kembali ke Trinidad untuk menginvestigasi fenomena media digital yang sedang marak serta konsekuensi – konsekuensinya pada orang – orang: Facebook (http://www.facebook.com/). Dengan pengguna yang mencapai lebih dari 700 juta pada saat ini, Facebook merupakan situs jaringan sosial paling dominan dan terbesar di dunia (http://www.internetworldstats.com/facebook.htm). Para pengguna Facebook menciptakan profil untuk dan atas diri mereka sendiri, mereka berbagi cerita, gambar, jaringan mereka, mereka menciptakan dan bergabung dengan kelompok – kelompok yang memiliki minat yang sama, mereka mendukung ide – ide serta kegiatan – kegiatan, dan mereka cukup berkomunikasi melalui chat dan pesan – pesan menggunakan teks.
Seperti halnya studi etnografis pertamanya, Miller menaruh perhatian pada interpretasi lokal dari fenomena ini, yang berarti bahwa “Facebook” di Trinidad telah menjadi “Fasbook”. Hal ini sekaligus merefleksikan ide setempat bahwa Facebook nyatanya merupakan penemuan orang Trinidad, “dan bukannya fasilitas yang diimpor” (Miller 2011: 159).
Miller (2010, 2011) dalam Antropologi Facebooknya menemukan bahwa: Facebook hanyalah sebuah agregat dari praktik dan penggunaan regional, perbedaan budaya dan keragaman kemudian menjadi penting. Facebook menyediakan sarana untuk melengkapi komunitas offline, hal ini memberikan dampak tertentu dalam populasi diáspora. Facebook merupakan médium penting untuk visibilitas dan penyaksian oleh publik (public witnessing), bukan untuk semua orang dan tidak harus semua orang. Facebook menginternasionalisasikan kejadian – kejadian lokal dan dengan demikian mengecilkan dunia – dunia sosial. Facebook, menurut Miller (2011), sejatinya merupakan jaringan sosial yang mampu merekontruksi hubungan khusus di kalangan keluarga dan teman – teman.
Keterangan (bukan bagian dari artikel ini):
Agregat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti:
1.       Hasil proses agregasi
2.       Mesin kecil pembangkit listrik
3.       Bahan – vahan minerak tidak bergerak
4.       Satuan yang terbentuk oleh partikel yang terhimpun dalam suatu kelompok



No comments:

Post a Comment