Thursday, July 18, 2013

Penggunaan Twitter oleh Kongres Amerika Serikat - Golbeck, Grimes, dan Rogers

Penggunaan Twitter oleh Kongres Amerika Serikat

Jennifer Golbeck, Justin M. Grimes, dan Anthony Rogers
Fakultas Ilmu Informasi, Universitas Maryland, College Park, Maryland 20742. JURNAL MASYARAKAT AMERIKA UNTUK ILMU DAN TEKNOLOGI INFORMASI-Agustus 2010 – DOI: 10.1002/asi

Twitter merupakan sebuah layanan mikroblog dan jaringan sosial dengan jutaan anggota yang jumlahnya terus bertambah hingga ke tingkat yang luar biasa. Dari pembicaraan yang beredar sekitar layanan ini, muncul klaim mengenai kemampuannya (Twitter) dalam mentransformasi cara orang berinter-aksi dan berbagi informasi serta menggugah beberapa tokoh masyarakat untuk mulai menggunakan layanan ini. Dalam studi ini, kami tertarik pada jenis isi (konten) yang dituliskan oleh para anggota legislatif terutama anggota kongres Amerika Serikat. Kami membaca dan menganalisa lebih dari 6.000 tulisan dari seluruh anggota Kongres yang menggunakan situs ini. Analisa kami menunjukkan bahwa orang – orang Kongres menggunakan Twitter terutama untuk menyebarkan informasi, khususnya tautan ke artikel koran yang memuat tulisan mengenai diri mereka dan tulisan – tulisan dalam blog mereka, serta untuk memberitahukan kegiatan sehari-hari mereka. Layanan ini tidak bermaksud untuk memberikan wawasan baru bagi pemerintah atau para anggota legislatif atau untuk meningkatkan tingkat transparansi; melainkan lebih pada sebagai alat untuk promosi diri. Namun, Twitter juga memfasilitasi komunikasi langsung antara anggota Kongres dengan masyarakat, meskipun komunikasi ini merupakan aktifitas yang kurang populer. Kami melaporkan penemuan dan analisa serta diskusi kami mengenai pemanfaatan Twitter untuk tujuan yang lain kepada anggota legislatif.
Tidak banyak ditemukan mengenai studi bagaimana Twitter digunakan, terutama yang berkaitan dengan isi tulisan (Mischaud, 2008; Honey & Herring, 2009). Dalam studi ini, kami mengetengahkan analisa yang mendalam mengenai bagaimana anggota Kongres menggunakan layanan ini. Kami memperhatikan demografi (termasuk afiliasi partai dan negara asal), frekwensi penulisan di Twitter, dan, yang paling penting, isi dari pesan yang mereka tulis. Untuk mendapatkan analisa isi dari pesan, kami menganalisa isi dari sebagian besar pesan yang ditulis oleh anggota Kongres untuk mendapatkan gambaran menyeluruh atas jenis dan maksud dari pesan – pesan tersebut. Kami memilih untuk tidak melakukan studi atas jaringan sosial yang mendasarinya (followers, following, serta teman), meskipun jaringan ini memberikan ruang yang luas untuk diadakannya studi di masa yang akan datang.
Berdasarkan analisa ini, kami menyimpulkan bahwa anggota Kongres sebagian besar menggunakan Twitter untuk mengkomunikasikan jenis informasi yang sama yang diberikan kantor mereka ke media lain. Mereka memasang tautan ke artikel koran, tulisan dalam blog, dan uraian kegiatan yang akan dilakukan serta menulis tweets layaknya penulisan judul siaran pres mini. Orang – orang Kongres juga menggunakan Twitter dengan cara yang stereotipikal, menuliskan kegiatan serta acara sehari-hari seperti pertemuan, makan malam, dan olahraga. Sebagian besar tulisan menggunakan kedua jenis tweets tersebut, meskipun ada banyak komunikasi langsung yang terjadi antara orang Kongres dan pengguna yang mengirimi mereka pertanyaan atau komentar.
Studi ini merupakan studi mendalam mengenai bagaimana sebuah kelompok tertentu menggunakan Twitter sehubungan dengan isi pesan yang mereka tuliskan. Kami mulai dengan memperkenalkan metode pengumpulan dan pengkodean data  yang kami gunakan. Setelah itu, kami mengetengahkan hasil observasi kami atas latar belakang, pesan yang ditulis, dan perilaku interaksi anggota Kongres. Selanjutnya, kami mendiskusikan hasil temuan, termasuk implikasinya bagi transparansi pemerintah, bagi kerjasama antara Kongres dan masyarakat, serta penerapan yang lebih luas lagi dari hasil temuan kami. Kami, kemudian, mengakhirinya dengan mendiskusikan implikasi yang lebih luas lagi serta studi di masa yang akan datang dalam hal ini.

Tujuan dan Proses Penelitian
            Studi ini bermaksud untuk memahami bagaimana anggota Kongres berkomunikasi melalui Twitter. Pusat perhatian kami ada pada komunikasi yang mengalir dari pemerintah kepada publik dan bukannya pada bagaimana publik menggunakan informasi ini atau untuk membalas berkomunikasi dengan pemerintah. Oleh sebab itu, kami telah mengumpulkan, memberi kode, dan menganalisa tulisan – tulisan dalam Twitter dari seluruh anggota Kongres yang menggunakan layanan ini pada saat itu. Pada bagian ini, kami akan menguraikan proses pengumpulan dan pendeskripsian data. Selanjutnya akan diketengahkan uraian atas observasi dan analisa atas implikasi dari hasil temuan.
Untuk menentukan kategori – kategori klasifikasi, seluruh tweets akan dikelompokkan secara organis dan diberi nama sesuai dengan pola yang mendasarinya, nama pengelompokkan tersebut membentuk klasifikasi – klasifikasi.
·         dc Direct Communication (Pesan Langsung): Pesan yang ditujukan kepada seseorang secara spesifik, baik dengan menggunakan tanda @id twitter seseorang, merupakan tanda yang telah disepakati atau di dalam teks pesan itu sendiri. Pesan langsung (DC) dibagi ke dalam  dua sub-kelas yang sama ekslusifnya berikut ini.
·         pm Personal Message (Pesan Pribadi): Merupakan pesan yang tidak berorientasi pada pesan atau catatan yang berhubungan dengan pekerjaan (bisnis), seperti ucapan hari raya atau sentimen pribadi lainnya.
·         Activities (Kegiatan): Pesan yang menggambarkan keseharian anggota Kongres.
·         in Information (Informasi): Kode ini merepresentasikan pesan yang mengetengahkan fakta, opini, tautan ke sebuah artikel, posisinya atas sebuah isu, atau sumber.
·         “Retweet” mengacu pada  diteruskannya sebuah tweet yang ditulis oleh pengguna (Twitter) lain. Retweets biasanya digunakan baik untuk mengutip seorang pengguna atau mengulang isi sebuah tweet menjadi tweet lain dengan tujuan untuk penegasan atau membagikannya ke pengguna lainnya. Telah disepakati bahwa sebuah retweet diawali dengan tulisan “RT”.
·          “Hashtags” juga merupakan sebuah istilah yang disepakati penggunaannya dan cukup populer di Twitter. Tanda # sebelum sebuah kata atau frasa digunakan untuk menghubungkan sebuah tweet ke subyek tertentu. Hashtags acapkali dibuat untuk subyek atau kejadian tertentu sebagai cara untuk menggabungkan atau menempatkan secara virtual tweet pesan atau mengenai kejadian yang berhubungan. Sebagai contoh, hashtag #babi (pork) terkadang digunakan untuk mengindikasikan pesan – pesan mengenai pengeluaran pemerintah yang dianggap sebagai sebuah pemborosan, atau “babi”

Kesimpulan
            Twitter memang menyediakan forum dimana komunikasi langsung antara orang kongres dan pendukungnya terbantukan. Namun sepertinya hal ini tidak berkembang lebih jauh, karena ada batasan pada sebagaimana pentingnya komunikasi personal yang sesorang dapat lakukan.  Hingga suatu saat titik tersebut terlampaui, Twitter tetap menjadi tempat yang dapat memfasilitasi jenis interaksi ini.
            Di lain pihak, orang – orang Kongres menggunakan Twitter utamanya untuk menjangkau orang – orang, dan bukannya untuk meningkatkan transparansi. Meskipun ada beberapa batasan pada apa yang bisa dikomunikasikan dengan 140 karakter. Kami menemukan bahwa isi dari tweets tidak begitu berperan dalam meningkatkan informasi mengenai kegiatan Kongres, meningkatkan transparansi pemerintah, atau mendidik pembacanya mengenai perundang - undangan atau isu. Pandangan ini menyimpulkan bahwa fórum Twitter tidak digunakan untuk jenis baru komunikasi Kongresional.

            Pada akhirnya, memelajari pola hubungan dan komunikasi antara warga dengan anggota Kongres, terutama yang berkaitan dengan lokasi bisa jadi bermanfaat. Dengan diketahuinya pola ini, anggota Kongres dapat memberikan perhatian khusus pada pendukung mereka sejalan dengan pertumbuhan Twitter dan untuk memahami perspektif yang dibagikan kepada mereka (anggota Kongres) melalui layanan ini.   

No comments:

Post a Comment