Thursday, July 18, 2013

Teori Tentang Identitas Online Gabungan - Mark Francis Grover (A Translation)

TEORI TENTANG IDENTITAS ONLINE GABUNGAN
©Mark Francis Grover Juni 2009

Tesis Diserahkan ke Perguruan Tinggi Studi dan Penelitian Pasca Sarjana untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Master of Arts dari Fakultas Filsafat, Universitas Saskatchewan, Saskatoon dan Ditulis oleh Mark Francis Grover.

Pandangan Turkle Mengenai Identitas Online

Pengertian bahwa identitas dipalsukan oleh komunitas dan budaya diklaim oleh Turkle sebagai pengertian yang bersifat tradisional. Pemahaman mengenai identitas dengan cara ini bukan merupakan suatu klaim mengenai relasi yang bersifat metafisik atas konsep diri (self), namum lebih pada klaim deskriptif yang berusaha mencari kejelasan cara diri (self) beridentifikasi dengan karakter – karakter mereka. Bagi Turkle, identitas merupakan konsepsi – konsepsi diri (self), dan bukan relasi antara pikiran dan diri (self). Untuk membantu kita memahami cara mendapatkan konsep diri di dunia maya Turkle menggunakan MUD untuk memisahkan tiga karakter khusus dari identitas online: anonimitas, ketakterlihatan (invisibility), dan multiplisitas (multiplicity). Turkle menggambarkan tiga karakter khusus tersebut melalui poin pertamanya bahwa identitas bukanlah sebuah kesatuan konsep, yang akan ditelaah dalam bagian pertama dari bab ini. Poin Turkle lainnya adalah bahwa identitas online memiliki nilai karena identitas tersebut dapat menambah pengetahuan tentang diri (self) dengan menggunakan karakteristik – karakteristik khusus tersebut.
Turkle menklaim bahwa pada awal abad 20, peran seseorang dalam sebuah komunitas dibentuk oleh peran serta norma sosial yang berlaku dan bahwa bertolak dari pemahaman akan peran yang demikian akan sulit untuk dilakukan. Peran – peran tersebut memberikan konteks di mana konsepsi seseorang tentang dirinya sendiri dapat berkembang. Pihak – pihak yang menyimpang sering kali disisihkan dari masyarakat seperti dukun, penipu, orang yang beristri dua dan lintas-gender. Namun demikian, akhir – akhir ini banyak identitas berkembang melampaui batasan – batasan yang diharuskan oleh peran – peran tradisional dalam masyarakat. Turkle menghubungkan pergeseran ini sebagai bagian dari budaya simulasi. Pada saat ini, Turkle berpendapat bahwa orang – orang memahami identitas sebagai serangkaian peran yang dapat dicampuraduk dan disesuaikan, dimana kebutuhan (akan identitas) yang beranekaragam dapat dinegosiasikan. Dengan latar belakang pemahaman ini, internet merupakan sebuah laboratorium sosial yang dapat digunakan untuk melakukan eksperimen dengan konstruksi dan rekonstruksi diri seseorang.
Di dunia maya, kita mendandani (“fashion”) dan menciptakan (create) sendiri identitas kita setelah kita memutuskan kepribadian online seperti apa yang kita bayangkan. Di MUD, atau dunia maya secara umum, sangat mungkin untuk menciptakan kperibadian yang menunjukkan aspek diri yang sama sekali baru atau berbeda. Dengan alasan ini lah Turkle yakin bahwa identitas online menunjukkan secara tidak langsung suatu “perbedaan, multiplisitas, heterogenitas, dan fragmentasi.” Dia menklaim bahwa ada suatu keresahan yang terjadi dalam pengalaman kita berdunia maya dan tidak dapat dipecahkan hanya melalui pemahaman atas akar kata identitas (identity) yang berasal dari Bahasa Latin, idem, yang berarti ‘sama’.Selain itu, keresahan ini melampaui dunia maya itu sendiri dan merangkum kondisi kehidupan tak terpusat (decentered lives) di luar internet.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1.       he·te·ro·ge·ni·tas /héterogénitas/ n keanekaragaman;
2.       frag·men·ta·si /fragméntasi/ n 1 pencuplikan (cerita dsb);

Realitas diri online (online selves)  membawa kita pada pertanyaan – pertanyaan seperti “Apa hubungan dari online selves dengan apa yang pada umumnya dianggap sebagai ‘manusia seutuhnya’?”; “Apakah identitas online ditanggapi sebagai perluasan dari diri atau sebagai sesuatu yang terpisah?”; “Apakah diri RL belajar dari diri online?” dan “Bagaimana berbagai aspek diri seseorang saling berkomunikasi?” Pertanyaan – pertanyaan ini lah yang coba dijawab oleh Turkle dengan teori identitas onlinenya. Inti dari teorinya berangkat dari pemikiran bahwa identitas di Internet merupakan ringkasan dari identitas – identitas yang digabungkan.  Turkle menyimpulkan pandangan – pandangannya atas “identitas di Internet” dengan menyatakan:
Jadi, MUD bukan hanya merupakan tempat dimana diri menjadi berlipatganda dan dikonstruksi melalui bahasa, namun juga merupakan tempat dimana manusia dan mesin saling berhubungan dalam bentuk yang baru, dan sangat pasti tidak dapat dibedakan satu sama lain (keterangan dan bukan bagian dari artikel: mesin dan manusia tidak dapat dibedakan satu sama lain). Dengan demikian, MUD menjadi bahan evokatif  untuk pemikiran yang berkaitan dengan identitas manusia dan, lebih umumnya lagi, yang berkaitan dengan serangkaian pemikiran yang dikenal dengan “posmodernisme”.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
evo·ka·tif /évokatif/ a mampu menggugah rasa
MUD: Multi-User Domain
RL: Real Life

Teori Turkle mengenai identitas online berkembang seuubungan dengan instantiasi khusus dari anonimitas, multiplisitas, dan ketakterlihatan. Pernyataan Turkle bahwa Internet seperti sebuah laboratorium untuk konstruksi dan rekonstruksi diri adalah benar. Internet menyediakan sarana dimana orang dapat mengeksplorasi aspek – aspek identitas yang tidak mungkin ada, atau paling tidak identitas yang tidak mudah, untuk dibuat di RL. Ketiga fitur spesial ini ada di antara karakteristik – karakteristik pertama yang ada dalam pikiran pada saat mempertimbangkan subyek dari identitas online.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Instantiasi dapat dipahami sebagai proses pembuatan

Anonimitas di MUD mengacu pada cara pengguna menciptakan kepribadian tanpa membocorkan sifat – sifat mereka di kehidupan nyata (RL). Sejauh mana pengguna memberikan informasi mengenai kehidupan nyata mereka merupakan pilihan pengguna itu sendiri. Anonimitas di Internet di satu sisi merupakan sesuatu yang standar. Anonimitas dapat dianggap sebagai sesuatu yang standar karena, terkecuali anda memberitahukan kepada orang lain nama anda yang sesungguhnya, berlandaskan pada persepsi bahwa identitas anda yang sesungguhnya tetap tidak diketahui. Namun demikian, anonimitas yang sesungguhnya membutuhkan usaha dan tidak terjamin. Dengan pemahaman yang demikian, anonimitas menyediakan kesempatan bagi orang – orang untuk mengeksplorasi aspek – aspek diri mereka di lingkungan online tanpa memperhitungkan bahwa kegiatan online mereka dapat mempengaruhi kehidupan nyata mereka.
Dalam istilah teknis, anonimitas adalah “suatu keadaan dimana kita tidak dapat diidentifikasi dalam serangkain subyek, yaitu serangkaian anonimitas.” Kathleen Wallace menggambarkan anonimitas sebagai “suatu bentuk tak teraksesnya seseorang oleh orang lain yang berhubungan dengannya atau tinggal di lingkungan sosial yang sama, meskipun hanya atau terutama dalam hal dampak dari aksi seseorang.” Berdasarkan pemikiran Wallace tersebut, anonimitas merupakan istilah penghubung yang menghubungkan seorang agen anonim dengan yang lainnya. Agen anonim tersebut hanya dapat dikenali melalui sebuah atau beberapa ciri yang tidak dapat dikoordinasikan dengan ciri lain yang memungkinkan dilakukannya identifikasi. Sebuah ciri “berfungsi seperti penggunaan referensi deskripsi pasti di mana memungkinkan dilakukannya pemilihan entitas tertentu.” Salah satu fakta yang menarik mengenai anonimitas ‘yang sesungguhnya’ (sempurna) dan Internet adalah bahwa apabila kita tidak waspada, anonimitas sulit untuk dilakukan karena alamat IP direkam dan dicatat oleh berbagai pihak. Pemikiran bahwa anonimitas merupakan suatu yang standar diinternet pada umumnya lebih pada lebih berkaitan dengan perasaan anonimitas seseorang saat melintasi dunia maya.
Menurut Turkle, anonimitas memungkinkan pengguna internet untuk mengeksplor berbagai aspek diri mereka. Sebagai contoh, seorang anak muda bernama Matt yang berasal dari keluarga yang terpandang menggunakan anonimitas di dunia maya untuk melindungi keluarganya dari bahaya yang ditimbulkan dari aksi onlinenya. Hubungan Matt dengan ayahnya menjadi renggang karena komitmen karir onlinenya yang disebutkan tadi dan karena banyak minum. Matt menggunakan MUD untuk mencari tahu peran dari “ayah ideal” untuk mencari jalan keluar dari masalahnya tersebut dengan cara menciptakan kepribadian yang berperan sebagai penolong dan penasihat.
Meskipun demikian seseorang tidak perlu memiliki keadaan yang sama seperti Matt dalam menggunakan anonimitas agar dapat mengeksplorasi diri di dunia maya. Hanya dengan tidak mengungkapkan  karakter diri secara online, pintu kreasi diri sudah terbuka lebar dalam artian bahwa anonimitas tidak selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Penting untuk dicatat bahwa anonimitas merupakan suatu istilah yang bebas-nilai. Dengan demikian konsep anonimitas tidak buruk dan tidak juga baik. Dalam beberapa hal, seperti laman whistle-blowing, anonimitas sangat bermanfaat. Dalam kasus yang lainnya, seperti penguntitan yang dilakukan secara online, anonimitas bisa membahayakan. Anonimitas merupakan fitur utama pada identitas online, lalu, karena hal tersebut memberikan kesempatan orang untuk mengekspresikan berbagai macam dan sering kali belum tereksplorasi atas aspek diri, untuk bermain – main dengan identitas mereka dan untuk mencoba identitas baru mereka.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Whistle blowing – biasanya untuk memberikan peringatan atas dilakukannya sesuatu yang tidak etis dan dengan dilakukannya whistle-blowing akan memberikan akibat yang tidak menyenangkan bahkan serius bagi si pelaku yang tidak etis tersebut) 

Multiplisitas di dunia maya mengacu pada fakta bahwa seseorang dapat membuat dan menciptakan kembali sejumlah identitas secara bersamaan. Anonimitas memungkinkan dilakukannya multiplisitas karena, sebagaimana dinyatakan oleh Turkle, multiplisitas mungkin untuk dilakukan di MUD karena satu orang dapat membuat beberapa kepribadian yang berbeda di satu atau beberapa MUD. Dalam konteks internet secara umum, senyawa multiplisitas terdiri dari, tidak hanya kepribadian yang seseorang dapat miliki di dunia maya, namun juga aspek – aspek dirinya di media online lainnya seperti fórum diskusi, laman jaringan sosial dan grup – grup Internet Relay Chat.  Menurut Turkle, multiplisitas merupakan fitur yang sangat penting dari teorinya mengenai budaya simulasi, karena “setiap pemain dapat membuat banyak karakter dan berpartisipasi di berbagai permainan, diri (self) tidak hanya takterpusat namun juga berkembangbiak tanpa batasan.” Dengan demikian, multiplisitas yang ditemukan di Internet berkontribusi dalam peninjauan kembali pemikiran atas kesatuan diri dalam budaya simulasi.
Sebagian besar dari keistimewaan yang ditemukan dalam multiplisitas bergantung pada anonimitas. Ada perasaan dimana diri (self) kita di kehidupan nyata lebih dari satu, karena hidup kita menjadi lebih kompleks dan peran kita menjadi lebih tidak jelas. Dalam kehidupan nyata, orang seringkali dipaksa untuk beralih identitas dan peran tergantung pada situasi. Meskipun demikian, perbedaan multiplisitas pada diri di kehidupan nyata dan online ada pada bahwa semua aksi yang dilakukan di kehidupan nyata dapat lihat berasal dari tubuh yang sama. Di dunia maya, dengan berlindung di balik perisai anonimitas, aksi – aksi yang demikian tidak dapat dilacak kembali pada tubuh yang sama. Fragmentasi dari diri online memungkinkan seseorang untuk mengamati identitas ganda yang tidak berhubungan dengan tubuh di kehidupan nyata, dan bahkan mungkin tidak terhubung satu sama lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kom·pleks [2] /kompléks/ a 1 mengandung beberapa unsur yg pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan

Ketakterlihatan (invisibility), menurut Turkle, merupakan kemampuan di dunia maya untuk memilih dan mengidentifikasi diri (self-identify) dengan karakter – karakter yang tidak mudah untuk dilakukan di luar dunia maya. Ketakterlihatan mungkin terjadi di MUD oleh karena “interaksi sosial anonim di mana anda dapat memainkan sebuah peran semirip atau sejauh mungkin dari diri anda yang sesungguhnya sesuai pilihan anda.” Meskipun Turkle menggunakan ketakterlihatan untuk mengacu pada fitur spesial dunia maya, dimana yang disembunyikan adalah jati diri kehidupan nyata seseorang atau beberapa aspek diri kehidupan nyata seseorang. Dengan kata lain, diri anda di kehidupan nyata lah yang tidak terlihat di dunia maya, karena seseorang tidak terikat dengan karakteristik kehidupan nyata, seperti umur. Sebagai contoh, di MUD seseorang dapat berubah menjadi langsing, gemuk, cantik, bersahaja, berbulu, berkulit halus, laki-laki, perempuan, lucu, berpikiran sempit, mati, tidak sadar, dan seterusnya. Hal tersebut berbeda dengan karakteristik seseorang di kehidupan nyata yang terbatas pada karakter di kehidupan nyata itu saja. Bukan berarti bahwa kita didak dapat memilih karakteristik kita di kehidupan nyata, seperti modis atau tidak, namun lebih pada bahwa di dunia maya tidak banyak batasan dalam pemilihan karakter.
Sebagai contoh, Turkle mewawancarai seorang pria bernama Gordon yang menilai pengalamannya di sekolah tidak menyenangkan. Dia menghubungkan ketidakmampuannya untuk menyesuaikan diri dengan anak – anak yang lain dengan berat badan, penampilan dan tubuhnya yang kurang atletis. Namun pada saat dia mengikuti perjalanan ke India dengan para siswa dari seluruh dunia, dia melihat bahwa dia tidak lagi dibatasi dengan ketidakpopulerannya di rumah dan tidak kesulitan mencari teman. Gordon menemukan bahwa dia dapat menciptakan kembali pengalaman tersebut mulai dari awal di MUD. Setiap kali Gordon membutuhkan awal baru dia menciptakan kepribadian baru dengan karakter apapun yang dia pilih.  Terkadang dia menciptakan kepribadian yang mirip dengannya namun lebih tembem, di saat yang lain dia menggunakan karakter seorang pengamat yang berumur dan pendiam, dan kadang dia menciptakan kepribadian seorang wanita. Ketakterlihatan membuat Gordon mampu untuk menciptakan kembali dirinya setiap kali dia merasa perlu untuk dilahirkan kembali.
Turkle juga menggunakan Gordon sebagai contoh dimana ketakterlihatan dan budaya simulasi menantang perbedaan konvensional antara kepribadian yang dikontruksi dan kepribadian di kehidupan nyata. Perkiraan tersebut meleset dan terjadi karena pemikiran konvensional mengenai kesatuan diri dari identitas tidak bisa bertahan.
Permainan MUD Gordon membuktikan melesetnya perkiraan yang saya sebutkan di atas. Dengan menciptakan kepribadian yang beragam, dia dapat bereksprimen, dengan cara yang lebih terkendali, dengan berbagai macam rangkaian karakteristik dan melihat dampak yang ditimbulkan. Dia juga bisa bermain sebagai seorang perempuan, sesuatu yang jauh lebih sulit untuk dilakukan di kehidupan nyata. Setiap kepribadian gandanya memiliki independensi dan integritas tersendiri, namun Gordon juga menghubungkan semua kepribadian tersebut ke “diri”nya. 
Melesetnya perkiraan mengenai diri di kehidupan nyata dan online menimbulkan sebuah pertanyaan bagi Turkle: Bagaimana cara kita mempertemukan identitas kita yang ganda dan takterlihat ke dalam satu orang?
Melihat pada apa yang dilakukan Gordon, bagaimana mungkin diri – diri (selves) onlinenya memiliki independensi dan integritas tersendiri dan, pada saat yang sama, mengacu pada orang yang sama yang di kehidupan nyata sedang duduk di depan komputer?
Turkle mencoba menjawab pertanyaan “bagaimana kita [bisa] menjadi ganda dan terpadu pada saat yang sama” dengan merujuk pada beberapa konsep Daniel Dennet tentang teori kesadaran dan pengertian mengenai diri yang fleksibel.
Diri yang fleksibel berada di suatu tempat antara gagasan akan kesatuan diri (dicontohkan oleh peran sosial tradisional) dan diri yang terfragmentasi (dicontohkan oleh gangguan kepribadian ganda). Turkle berpendapat bahwa diri yang fleksibel ditandai dengan adanya saluran komunikasi yang terbuka antara beberapa aspek diri seseorang. Dia menklaim bahwa dengan mengupayakan komunikasi terbuka macam ini seseorang dapat mengakui, menghormati, serta menghargai perbedaan dalam diri kita dan diri orang lain. Namun demikian, bahkan jika kita menganalisa semua jalur komunikasi dengan diri yang fleksibel, pertanyaan mengenai hubungannya dengan kehidupan nyata seseorang belum terjawab.  Untuk menjawab pertanyaan ini Turkle mencoba untuk menggunakan teori Donna Haraway yang menyatakan bahwa sebuah diri yang “terpisah dan kontradiktif” merupakan diri yang “tahu”.
Diri yang tahu merupakan bagian dari semua bentuk karakter rekaan yang muncul, tidak pernah berakhir, utuh, ada dan asli; diri yang asli ini dikonstruksi dan dirangkai bersama-sama secara tidak sempurna; dan oleh karena itu bisa bergabung dengan yang lain, saling bertemu tanpa menklaim menjadi yang lain.
Apakah pengajuan teori diri yang terpisah dan kontradiktif sesuai? Berpegangan pada teori kontradiksi sangatlah mengkhawatirkan, namun pada saat yang sama, memberikan solusi nyata bagi pertanyaan Turkle. Teori identitas onlinenya dapat dipertahankan jika hanya sebuah diri berkontradiksi sebagai kepribadian ganda, parsial namun utuh pada saat yang sama.

Pendapat Turkle mengenai Nilai dari Identitas Online
Turkle menggunakan teori identitas onlinenya untuk membuat klaim mengenai nilai dari mengeksplorasi diri sendiri di dunia maya. Nilai, seperti halnya pengetahuan, menurut Turkle, harus ditemukan melalui analisa terhadap obyek yang nyata. Dalam teori ini, nilai dari identitas online ditemukan dalam kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang diri, serta untuk meningkatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Dalam kedua kasus, obyek analisisnya adalah jalur komunikasi, karena jalur komunikasi tersebut diterapkan pada diri fleksibel yang berkomunikasi dengan berbagai aspek diri fleksibel tersebut, serta diterapkan pada alur komunikasi antar manusia.  Namun, dengan hati-hati Turkle mencatat bahwa manfaat penggunaan alur komunikasi tersebut akan hilang bila diri yang nyata tersesat dalam dunia virtual.
Turkle menyatakan bahwa “pengenalan diri selalu ada dalam inti pencarian yang bersifat filosofis”. Hal ini bisa jadi merupakan: Socrates berujar bahwa Hidup yang tak terperiksa tak layak dijalani” Namun apa kontribusi identitas online pada peningkatan pengenalan diri yang berbeda dari pengenalan diri yang didapat di kehidupan nyata? Sekali lagi, konsep multiplisitas dan ketakterlihatan, sebagai fitur khusus dari identitas online, cukup relevan untuk digunakan. Internet memungkinkan orang untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari diri mereka sendiri baik semata hanya untuk main-main atau untuk alasan terapis lainnya. Dengan menciptakan identitas ganda dan takterlihat, orang dapat belajar mengenai diri mereka sendiri yang sebelumnya tidak dipelajari. Dengan demikian, Turkle menyatakan bahwa budaya simulasi “dapat membantu kita meraih suatu visi atas identitas ganda namun terpadu dimana kefleksibilitasan, ketahanan, dan kapasitasnya dalam memberikan rasa sukacita muncul dari beberapa diri kita yang terakses.” Dengan menggunakan pendekatan ini Turkle menyoroti bernilainya internet dan diri di dunia maya.
Multiplisitas di dunia maya dapat meningkatkan pengenalan diri karena multiplisitas memungkinkan tereksplorasinya berbagai aspek diri seseorang tanpa dibatasi aspek lainnya. Anonimitas memungkinkan pemisahan diri online sehingga pengguna Internet tidak dapat dengan mudah menghubungkan berbagai diri online seseorang satu sama lain. Cara yang mudah untuk pemisahan ini adalah dengan mendaftar dengan nama yang berbeda saat mendaftar di situs web. Pemisahan ini memungkinkan berbagai identitas online seseorang melanjutkan urusan mereka tanpa dibatasi komitmen identitas lainnya. Selain itu, pemisahan ini bahkan dapat memungkinkan seseorang untuk memproyeksikan pendapat yang bertentangan tanpa disonansi antar diri online. Sebagai contoh, untuk lebih memahami permasalahan eutanasia seseorang dapat membuat dua akun dalam forum web yang sama, dan dengan penuh semangat berargumentasi dari setiap sisi perdebatan. Multiplisitas juga istimewa dalam artian bahwa jumlah identitas yang dapat diproyeksikan pada saat bersamaan dibatasi oleh minat dan sumber daya komputer.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
di·so·nan·si n Ling kombinasi bunyi yg dianggap kurang enak didengar
eu·ta·na·sia /éutanasia/ n tindakan mengakhiri dng sengaja kehidupan makhluk (orang ataupun hewan piaraan) yg sakit berat atau luka parah dng kematian yg tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan

Ketakterlihatan di dunia maya dapat meningkatan pengenalan diri seseorang yang memungkinkan seseorang untuk mengalami berbagai macam pengalaman yang dapat diraih tidak seperti di kehidupan nyata. Untuk menjadi seperti makluk yang ada dalam Lord of the Rings-nya J. R. R. Tolkien sangat tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. Namun,  di dunia maya, Kurcaci, Elf, dan Orc merajalela di berbagai di dunia virtual. Dengan kata lain, orang memiliki pengalaman yang bisa (tidak tak) terwujud, tetapi sangat sulit untuk diwujudkan di kehidupan nyata. Gordon, pemuda yang menikmati pengalaman dimulainya awal baru di dunia maya, menciptakan kepribadian seorang wanita dan beralih jenis kelamin di dunia maya. Untuk memiliki pengalaman menjadi seorang wanita di kehidupan nyata, Gordon bisa saja mengambil beberapa tindakan seperti berganti pakaian atau modifikasi tubuh, namun dia tidak bisa berharap untuk terus-terusan melakukan itu, dunia maya menyediakan media dimana pengalaman tersebut dapat dicapai tanpa komitmen tertentu atau biaya. Ketakterlihatan kemudian berkontribusi pada pengenalan diri karena ketakterlihatan memberikan kesempatan pada orang untuk mempelajari diri mereka sendiri yang sebelumnya tidak ditemukan. Contoh penemuan akan diri mereka sendiri tersebut bisa jadi meliputi bagaimana rasanya hidup di sebuah dunia yang dibuat untuk orang – orang yang bertubuh besar sementara dirimu hanya lah seorang Hobbit (apabila anda meninggalkan Shire), atau mungkin bagaimana isu gender mempengaruhi cara anda memperlakukan atau diperlakukan oleh orang lain.
Penggabungan multiplisitas dan ketakterlihatan di dunia maya menyediakan kesempatan yang lebih luas untuk meraih pengenalan diri. Dalam contoh yang lebih membumi, Turkle menggunakan Annette sebagai contoh dimana identitas online dapat digunakan untuk membantu orang – orang mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Annette merupakan seorang perawat berumur 24 tahun dan menulis puisi secara online dengan menggunakan nama Bette. Annette menyatakan bahwa dia berasumsi dengan menggunakan Bette sebagai identitas online memudahkannya untuk menulis puisi:
Saya suka memejamkan mata dan membayangkan diri saya berbicara sebagai seorang Bette. Suara yang berwibawa. Ketika saya mengetik sebagai Bette, saya membayangkan suaranya. Anda mungkin akan bertanya apakah Bette ini nyata atau tidak. Yah, dia cukup nyata untuk menulis puisi. Maksud saya puisi itu saya yang buat. Bette memberikan keberanian. Kami semacam melakukannya bersama – sama.


Multiplisitas dapat diamati dalam contoh Bette karena dua aspek yang teramati dari dirinya muncul.  Aspek yang satu adalah perawat di kehidupan nyata dan aspek yang lainnya adalah seorang penyair. Multiplisitas tersebut sangat sederhana karena hanya dua identitas yang diamati. Tidaklah sulit untuk dilihat, meskipun diri online lainnya dapat ditambahkan dengan membuka window baru dan menciptakan aspek lainnya dari diri sendiri. Anonimitas memungkinkan multiplisitas Annette karena sebagian rantai yang menghubungkan orang kehidupan nyata dengan puisinya terputus. Ketakterlihatan juga teramati dalam contoh ini karena, meskipun Bette mirip dengan Annette, diri online tersebut lebih memiliki keberanian untuk membagikan puisinya. Anonimitas memungkinkan ketakterlihatan Annette karena tanpa anonimitas Annette tidak dapat memutus hubungan antara dirinya dengan orang lain. Jika komunitas online, kepada siapa puisi tersebut disampaikan, tahu bahwa penyair tersebut merupakan seorang perawat yang berumur 24 tahun dan bekerja di rumah sakit di pusat kota dan tinggal di daerah tersebut, Annette kemungkinan akan segugup merilis puisi onlinenya di kehidupan nyata. Oleh karena itu, multiplisitas dan ketakterlihatan memungkinkan Annette untuk memperluas pengetahuannya akan dirinya.
Turkle mengakui bahwa Annette tidak memisahkan diri dari Bette dan Bette tidak bertindak secara otonom. Dengan kata lain, Annette merupakan diri fleksibel yang memiliki beberapa bagian. Satu bagian merupakan seorang perawat yang malu untuk merilis puisnya. Bagian yang lainnya adalah seorang penyair berwibawa yang tidak takut untuk bicara. Keduanya saling berhubungan satu sama lain melalui jalur komunikasi saat diri online merelai kembali informasi tentang cara membuka diri dan menyuguhkan hasil karya seseorang kepada dunia pada diri kehidupan nyata. Poin dari uraian Turkle adalah bahwa batasan antara diri dan peran menjadi lebih permeabel pada saat diri semakin fasih berperan. Jika peran tersebut dikembangkan secara online, sebagaimana kasus Annette, dan seseorang belajar sesuatu tentang diri sendiri selama proses berlangsung, maka itu merupakan hal yang baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
re·lai /rélai/ v, me·re·lai v 1 memancarkan balik (tt siaran televisi radio) 2 cak menyiarkan:

per·me·a·bel /pérméabel/ a dapat ditembus oleh partikel

Pada akhirnya, teori Turkle memiliki implikasi etis. Dia menklaim bahwa dalam budaya simulasi dengan sudut pandang yang terdiri atas banyak bagian, diperlukan sebuah wacana moral yang baru: “kita berusaha untuk mengetahui diri kita untuk memperbaiki tidak hanya kehidupan kita saja, tetapi juga kehidupan keluarga dan masyarakat kita.” Turkle tidak menyebutkan bagaimana sebuah teori etis didasarkan pada budaya simulasi akan mencapai tujuan tersebut. Namun dia menklaim bahwa pengenalan diri merupakan inti dari filsafat. Setiap teori yang demikian bagaimanapun juga harus menggabungkan analisa obyek nyata dalam usaha mencapai pengenalan diri. Dengan cara ini banyak teori etika tradisional, yang dihubungkan dengan tradisi filosofis Barat yang menganalisa konsep – konsep seperti kewajiban, faedah, dan keutamaan, harus ditinggalkan. Konsep – konsep tersebut bukanlah obyek nyata sehingga harus ditinggalkan demi hal tertentu yang lebih konkret. Satu contoh mengenai hal tertentu tersebut bisa jadi adalah hubungan kerjasama. Hubungan ini dianalisa seperti analisa pada jalur komunikasi antarindividu. Tujuan dari etika, dalam kerangka yang demikian, adalah untuk menyelesaikan masalah – masalah dengan memperhitungkan masyarakat nyata dan menggunakan jalur komunikasi sebagai alat resolusi. Semakin baik kita mengenal diri kita dan mengembangkan jalur komunikasi internal kita, kita semakin siap dalam meningkatkan kehidupan orang – orang di sekitar kita, juga kehidupan kita sendiri. Dunia maya bisa membantu kita belajar mengenai diri kita sendiri dan orang lain dengan cara memperkuat ikatan tersebut.

Keberatan atas Teori Turkle Mengenai Pikiran dan Diri
Bab ini mengetengahkan keberatan pada apa yang diungkapkan pada bagian 1.3.3. Keberatan tersebut ditujukan pada pandangan Turkle yang menyatakan bahwa diri yang tak terpusat (decentered self)  merupakan diri fleksibel (flexible self) yang tidak cukup menyadari peran diri fleksibel dalam mengikat aspek – aspek yang berlainan dari diri. Pada kenyataannya Turkle menjauhkan diri dari mekanisme pemersatu ini dengan menganggap diri yang tahu (knowing self) sebagai diri yang “terpisah dan kontradiktif”, sehingga dia menyimpulkan bahwa “Kita tidak merasa terdorong untuk memberikan peringkat atau penilaian atas multiplisitas kita.” Permasalahan Turkle adalah bahwa pada satu pihak dia mengakui fungsi diri fleksibel sebagai sebuah mekanisme yang berfungsi sebagai pengikat aspek – aspek dalam diri, tapi di lain pihak dia memisahkan dirinya dari implikasi bagi pandangan semacam itu.  Keberatan atas teori Turkle adalah pada bahwa argumennya menghasilkan kesimpulan yang merusak teorinya sendiri. Pengajuan diri fleksibel Turkle merupakan pengakuan bahwa diri (selves) pada dasarnya tergabung (meskipun hanya sebagian) secara fungsional.
Klaim Turkle bahwa “identitas anda di komputer merupakan rangkuman akan keberadaan anda yang terdistribusi” menangkap gagasan bahwa diri online bisa menjadi banyak dan, pada batas tertentu, kontradiktif.
Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, identitas online istimewa dalam artian bahwa lapisan teknologi internet menyediakan semacam anonimitas yang dapat digunakan untuk memutus karakter – karakter pengidentifikasi antar diri online. Diri ganda ini bisa saling berkontradiksi karena, tidak mungkin untuk meminta diri – diri tersebut bertanggungjawab atas  pendapat mereka yang berbeda, perbedaan karakter mereka, dst, sementara yang lainnya dianggap sama. Namun demikian, definisi Turkle atas identitas online juga menyatakan bahwa aspek – aspek tertentu diri tersebut mmembentuk suatu keutuhan. Keutuhan tersebut ditemukan pada saat dia menggunakan diri fleksibel sebagai alat untuk menjaga diri dalam bentuk ganda dan saling bertalian pada saat yang sama. Meskipun teori diri fleksibel memberikan metode yang baik untuk melihat cara aspek diri ganda seseorang saling berkomunikasi, tidaklah masuk akal untuk melihat bahwa diri fleksibel tersebut kontradiktif. Kita tidak dapat menganggap diri fleksibel sebagai diri yang kontradiktif karena diri tersebut tidak memiliki apapun untuk dikontradiksikan. Bahkan jika hal tertentu (particular) yang berbeda dari rangkaian diri saling berkontradiksi, pada saat mereka digabungkan yang ada adalah diri seseorang. Inilah mengapa Turkle tidak bisa begitu saja mereduksi diri fleksibel menjadi diri yang kontradiktif.
Keberatan ini menghasilkan permasalahan lain atas teori Turkle. Bahkan jika Turkle mengakui bahwa diri fleksibel tidak dapat begitu saja direduksi menjadi diri yang kontradiktif, komitmen epistemologisnya menyebabkan dia kekurangan alat analisa diri fleksibel sebagai dirinya sendiri. Pada bagian 1.3.2 diperlihatkan betapa Turkle yakin bahwa obyek konkret perlu digunakan sebagai alat analisa.  Komitmen tersebut bersangkut paut dengan teorinya saat obyek analisa merupakan aspek terpisah dari diri, karena aspek tersebut dapat dianalisa dalam hubungannya satu sama lain. Namun demikian, teori Turkle tidak memiliki sumber untuk diadakannya analisa pada diri fleksibel sebagai dirinya sendiri karena tidak ada obyek konkret yang dapat dibandingkan. Barangkali, masing – masing dari kita hanya memiliki satu diri fleksibel. Jika kita ingin memahami aspek diri kita yang berperan dalam menjaga keutuhan tersebut, kita harus menggunakan alat abstraksi untuk menganalisa diri fleksibel sebagai dirinya sendiri untuk melihat apa saja yang dimilikinya. Jika diri fleksibel akan dianalisa sebagai dirinya sendiri, dibutuhkan alat lainnya selain apa yang telah dikemukakan oleh Turkle.

Nama (Onymity) di Dunia Maya
Bagian pertama dari pedoman dalam memahami bentuk kesadaran diri di dunia maya ini menunjukkan bahwa ada saat –saat tertentu dimana identitas online kita sangat mirip dengan identitas kita di kehidupan nyata. Internal onymity (nama internal) merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada kesadaran diri online yang semacam ini. Onymity berarti memiliki nama atau diberi nama dan keduanya memiliki pengertian internal dan eksternal. Pengertian eksternal dari onymity dapat digunakan untuk mengarahkan kita dalam memahami onymity dalam pengertian internalnya.
External onymity mengacu pada hubungan antara orang-orang yang dikenal satu sama lain. Pada banyak interaksi harian kita dengan mereka yang kita kenal, external onymity merupakan hubungan standar, karena, sekali dikenal, orang-orang tersebut dapat diidentikasi ulang. Pada saat kita bangun pagi kita sering melihat orang-orang yang hidup bersama kita, kita bekerja berdampingan dengan para kolega dan rekan kerja, dan pada sore hari kita menghabiskan waktu kita bersama dengan teman dan kenalan. Di dunia maya kita secara eksternal memiliki nama dengan cara yang sama. Kita mengirimkan surel kepada teman-teman, mengadakan konferensi virtual dengan kolega dan tetap terhubung melalui blog pribadi dan jaringan sosial.
Internal onymity mengacu pada kesadaran diri online seseorang dimana aksi dan nilai-nilainya tidak berbeda dengan diri mereka di kehidupan nyata. Dengan kata lain, ketika seseorang menghubungkan diri onlinenya dengan menggunakan nama internal berarti dia tidak membedakan diri-nya di kehidupan nyata dengan diri onlinenya. Perbedaan ada pada keutamaan yang ditonjolkan ke dunia maya; namun demikian hal tersebut tidak dianggap penting atau relevan, meskipun dijadikan bahan pertimbangan. Hal penting yang perlu pada saat dilakukan eksperimen internal onymity secara online adalah bahwa tidak ada perubahan pada identifikasi diri dan nilai pada saat pengguna mengakses Internet. Sebagai contoh, ketika seseorang memeriksa surel dan mengirimkan catatan kepada seorang kolega yang berkaitan dengan pekerjaan, orang tersebut internally onymous (secara internal memiliki nama) sepanjang pesan tersebut tidak berisi apapun yang tidak mungkin disampaikan secara langsung, dan sepanjang alamat pengirim tidak dipalsukan.

BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Onymity bertujuan untuk mengungkap jati diri pelaku (to disclose who performed) – lihat http://www.tdp.cat/issues/tdp.a039a10.pdf pada halaman 178

Pada beberapa kasus orang tidak mampu untuk tidak menghubungkan identitas online mereka dengan cara ini. Bisa jadi karena mereka memiliki kewajiban untuk mempertahankan beberapa prinsip atau pemikiran. Dalam fórum web yang membahas masalah politik, sebagian besar orang yang menulis komentar mereka kemungkinan akan melakukannya, dalam artian mereka internally onymous. Hal tersebut dilakukan karena mereka memegang teguh keyakinan mereka dan untuk memproyeksikan opini yang berlainan tidak muncul dalam pikiran mereka. Seseorang yang sangat meyakini teori politik Marxis kemungkinan besar mengalami kesulitan untuk secara tulus mendebat posisi neo-liberal di forum web. Identitas normatif mereka sebagai seorang Marxis mengharuskan mereka untuk tidak mengambil posisi yang bersebarangan meskipun di dunia maya. Bahkan “Troll yang peduli” (mereka yang menyamar sebagai simpatisan atas suatu pandangan namun megekspresikan kepedulian mereka atas beberapa isu atau ide (yang lain) dengan harapan bahwa kepedulian tersebut dapat ditangkap) mengidentifikasi dengan diri kehidupan nyata mereka sehubungan dengan keyakinan yang dipegang. Sulit untuk dibayangkan betapa seseorang dapat berpegang teguh pada  keyakinan yang mereka anut di kehidupan nyata dan kemudian benar - benar melepaskan keyakinan tersebut demi mendukung posisi yang berseberangan (dengan keyakinannya) di dunia maya. Hal ini karena, sebagaimana ditunjukkan di Bab 2, beberapa kewajiban sangat mengikat kuat sehingga beberapa orang lebih baik mati daripada melanggarnya. Identitas online praktis seseorang yang onymous muncul di hampir setiap media online – yang penting adalah bahwa identitas normatif dan nilai yang dianut seseorang terbagi di antara kehidupan di dunia maya dan di kehidupan nyata.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
Troll - A mythical, cave-dwelling being depicted in folklore as either a giant or a dwarf, typically having a very ugly appearance.
Makluk mitos penghuni gua yang muncul dalam cerita rakyat baik berukuran raksasa atau kerdil, biasanya memiliki penampilan yang sangat jelek, misalnya karakter di film Shrek

Fitur lain dari relasi onymous dengan diri online seseorang adalah bahwa seseorang dapat melepaskan nilai – nilai yang dianutnya di dunia maya. Dalam salah satu forum web, seseorang bisa berubah menjadi seperti seorang ahli film horror tahun delapan puluhan  yang apolitis dan pada saat yang bersamaan menjadi cendekiawan politik pengikut partai yang fanatik. Kedua identitas tersebut tidak perlu saling tumpah tindih sehingga seseorang dapat menikmati kebebasan dari suatu pandangan tanpa mengotori atau mempengaruhi pandangannya terhadap hal yang lainnya..
Orang menghubungkan diri online mereka dengan cara ini karena mereka hanya ingin menjadi diri mereka sendiri. Hal ini merupakan cara paling sederhana di mana seseorang dapat berhubungan dengan diri onlinenya karena tidak membutuhkan perubahan sikap. Internal onymity kemungkinan merupakan cara yang paling umum digunakan di mana orang beridentifikasi dengan diri online  mereka.  
            Pengertian external onymity dapat mengacu pada pengertian internal onymity dalam caranya menunjukkan pengetahuan akan diri. Pengertian eksternal dari onymity, dimana kita saling mengenal, sama dengan pengertian internal dari onymity, dimana diri online serta diri di kehidupan nyata saling mengenal karena pada dasarnya diri tersebut adalah diri yang sama. Kembali pada pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman beronline anda secara internal onymous ketika alasan yang mendukung tindakan yang anda ambil sejalan dengan konsepsi atas siapa anda dan pada apa yang anda anggap patut untuk dipertahankan di kehidupan nyata.  

Nama Samaran di Dunia Maya
Bagian kedua dari pedoman dalam memahami bentuk kesadaran diri di dunia maya ini menunjukkan bahwa ada saat –saat tertentu dimana identitas online kita mulai menjauh dari konsepsi normatif kehidupan nyata kita atas identitas.  Internal pseudonymity (nama samaran internal) merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada kesadaran diri online yang semacam ini. Pseudonimity berarti “memiliki nama palsu (samaran)” dan keduanya memiliki pengertian internal dan eksternal. Pengertian eksternal dari pseudonymity dapat digunakan untuk mengarahkan kita dalam memahami pengertian internalnya yang berkaitan dengan identitas online.
External pseudonimity mengacu pada hubungan antara orang-orang dimana seseorang menggunakan nama yang berbeda dari apa yang biasanya digunakan (dikenali). Sebagai contoh, ketika hasil karyanya diterbitkan seorang penulis memberikan nama samaran yang berbeda dengan apa yang tertulis pada hasil karya yang diterbitkan sebelumnya atau dengan identitas kehidupan nyatanya. Di dunia maya, external pseudonymity merupakan hal yang biasa dilakukan atas alasan privasi atau keselamatan.
Internal pseudonymity mengacu pada kesadaran diri online (online self) seseorang berbeda dengan diri seseorang di kehidupan nyata dalam hal alasan diambilnya suatu tindakan serta nilai yang dianut. Penyimpangan ini bisa mencapai suatu titik di mana seseorang sulit untuk melihat kesamaan antara diri kehidupan nyata dan diri online. Aspek semu dari identitas praktis seseorang dapat diselidiki pada spektrum yang berada di antara onymity dan anonymity (anonimitas, hal tidak ada nama). Kategori yang masih cukup luas ini dapat dibatasi secara tegas dengan memperhatikan bahwa diri dengan nama online samaran lebih ke arah internal onymity, sementara diri online jenis lainnya lebih ke arah diri internal tanpa nama. Seseorang yang menonjolkan versi ideal dari dirinya di laman jaringan sosial sangat mirip dengan diri mereka di kehidupan nyata dibandingkan dengan seseorang yang menggunakan dunia maya sebagai sarana untuk merasionalisasikan perilaku yang tidak akan mereka lakukan di kehidupan nyata. Dengan cara ini lah ketiga kelompok yang memayungi tersebut dapat dikelompokkan. Kelompok A mengidentifikasi aspek diri online seseorang yang lebih mengarah ke internal onymity meskipun dengan nama samaran. Kelompok B menelaah identitas praktis yang berada di tengah – tengah (di antara internal onymity dan internal anonymity). Kelompok C hanya menkaji identitas praktis yang lebih mengarah pada diri online tanpa nama.
Nama samaran internal di kelompok A berangkat dari konsepsi onymous dari identitas online seseorang yang mengarah pada konsepsi nama samaran (pseudonymous conception). Kita pusatkan perhatian kita pada permasalahan ini dengan menelaah beberapa contoh dimana konsepsi diri online seseorang melakukan transisi ini. Awal dari identitas praktis dengan nama samaran di dunia maya dapat ditelusuri hingga pada titik saat orang mulai melakukan hal – hal yang tidak akan pernah mereka lakukan di kehidupan nyata.
Perhatikan seseorang yang sangat menikmati novel tulisan Dickens dan suka bermain golf namun pada profil jaringan sosialnya dia hanya menyatakan suka novel karena golf memiliki konotasi negatif terkait dengan statusnya di jaringan sosial, dan dia tidak ingin kelihatan sombong atau diskriminatif. Orang ini mulai bergerak ke arah konsepsi nama samaran dari diri onlinenya karena dia berusaha untuk menonjolkan aspek idealis dari dirinya, dan dia menyembunyikan satu aspek dari kehidupan nyatanya. Dengan kata lain, konsepsi normatif dari diri onlinenya berbeda dengan konsepsi normatif kehidupan nyatanya. Meskipun ini bukanlah suatu perubahan yang besar, namun jelas terlihat bahwa ada garis yang kabur antara penamaan dan penggunaan nama samaran pada identitas praktis seseorang dan dipahami sebagai suatu proses yang bertahap.
Contoh lain yang menunjukkan bahwa di dunia maya orang berangkat dari diri kehidupan nyatanya  dapat ditemukan dalam situasi dimana orang mengatakan diri online mereka mirip dengan diri mereka dan perbedaan – perbedaan yang ada tidak mengubah konsepsi mereka atas siapa mereka atau nilai yang mereka anut. Perhatikan seseorang yang di kehidupan nyatanya memiliki kebutuhan khusus sehingga dia harus menggunakan kursi roda, namun di dunia virtual dia menciptakan diri online yang mirip dengannya kecuali kebutuhan khususnya tersebut. Orang ini melihat, berbicara, dan mencium bau layaknya di kehidupan nyata, namun di dunia virtual dia bisa berjalan dan berlari bukannya menggunakan kursi roda. Tidak banyak perbedaan yang ada antara diri onlinenya dengan diri-nya di kehidupan nyata; namun demikian, karena di dunia maya dia melakukan hal – hal yang tidak mungkin dia lakukan di kehidupan nyata, minimal dia mulai mengidentifikasi dirinya sendiri dengan cara yang secara internal bernama samaran.
Identitas online yang secara internal pseudonymous ada di Kelompok B saat seseorang mulai melakukan hal – hal yang berseberangan dengan apa yang dilakukan di kehidupan nyata. Hal ini menjadi area abu – abu karena sulit untuk mengatakan apakah anda telah melewati ambang batas yang mendekatkan anda ke arah diri online yang onymous, ataukah mendekatkan anda ke arah pemahaman yang secara internal anonymous. Ada beberapa contoh untuk identitas online seperti ini. Ada dua kelompok contoh akan ditelaah di sini. Kelompok contoh yang pertama mengulas contoh – contoh dimana orang menggunakan Internet sebagai alat pengecualian diri bagi mereka. Kelompok contoh yang kedua menelaah situasi dimana rasa malu mendorong seseorang untuk menjadi anonim di dunia maya.

Pada saat orang menggunakan internet sebagai alat pengecualian diri berarti mereka sedang mengidentifikasi alasan konsepsi normatif diri-maya mereka yang tidak akan mereka pikir akan mereka lakukan di kehidupan nyata. Sebagai contoh, seorang pria beristri satu yang memiliki hubungan emosional secara online selain dengan pasangannya. Laki – laki ini berpikir bahwa karena tidak ada hubungan fisik maka dia dapat meneruskan hubungan ini dan melakukan apa yang disebut dengan selingkuh online. Dengan berasumsi bahwa laki – laki ini tidak akan berselingkuh di kehidupan nyata, dia, mungkin dengan berperan sebagai seorang office hubby, menggunakan Internet sebagai alat untuk memisahkan aksi online yang akan dilakukan dari aksi yang tidak akan dia lakukan di kehidupan sehari – hari.
BUKAN BAGIAN DARI ARTIKEL
“office hubby” person in the office that looks after you and takes care of you etc etc (not a real sex or dating thing) – orang kantor yang menaruh perhatian dan mengurusi anda dst (tidak melakukan hubungan seksual atau pun berpacaran secara nyata)

Contoh yang kedua berkenaan dengan situasi dimana seseorang bergabung ke dalam komunitas online dan melakukan kegiatan di lingkungan tersebut dimana kegiatan tersebut dinilai sebagai sesuatu yang memalukan atau tidak dapat diterima di kehidupan nyata. Sebagai contoh seorang wanita yang merasa malu jika kesenangannya menikmati berita mengenai selebriti diketahui oleh teman dan keluarganya. Sebaliknya, di Internet dia mengikuti berita tersebut dengan penuh semangat. Orang ini bahkan menciptakan laman yang menggabungkan berita dari berbagai sumber atau berpartisipasi  dalam sebuah komunitas yang penuh dengan orang – orang yang melakukan pengamatan terhadap bintang film dan mengungkapkan gossip terbaru mengenai kegiatan yang diikuti selebriti.  Titik tengah konsep  identitas internal online yang pseudonymous ditunjukkan dari contoh ini karena perempuan tersebut mengidentifikasikan diri onlinenya berbeda dengan cara dia mengidentifikasi diri-nya di kehidupan nyata.
Kelompok C hanya menkaji jenis identitas yang secara internal menggunakan nama samaran dan mengarah pada konsep internal anonymity. Karena identitas tersebut dikaji pada sebuah spektrum yang menyebabkan kita kesulitan untuk mengetahui pada saat kapan kita telah melampaui batasan yang ada.  Kelompok ini nampaknya hanya melakukan pendekatan pada sebuah spektrum dimana karakteristik yang sangat berbeda dari karakteristik seseorang di dunia nyata dipilih dan diidentifikasi tanpa kehilangan pemahaman akan diri seseorang di kehidupan nyata.
Dalam contoh laki - laki dengan kebutuhan khusus seperti yang diketengahkan di atas, bagaimana jika laki – laki tersebut, daripada hanya memilih untuk menonjolkan dirinya sebagai seseorang yang secara fisik memiliki kemampuan, memilih untuk memberikan karakteristik tambahan yang berbeda dengan diri-nya di kehidupan nyata? Misalkan dia juga mengubah jenis kelamin, umur, etnis dan sikapnya mengenai kehidupan, di dunia virtual cara dia melihat dan bertindak akan berbeda dengan cara di kehidupan nyata. Dengan alasan tersebut, pada saat dia berinteraksi dengan orang lain dia menggunakan perpektif yang sangat berbeda dengan apa yang biasanya dia gunakan. Sepanjang dia ingat bahwa diri kehidupan nyatanya hadir dalam kehidupan nyata dan kesadaran atas diri-nya berasal dari kehidupan nyata, dia dapat disebut sebagai orang yang di dunia maya internally pseudonymous.
Pengertian eksternal dari pseudonymity .mengarah pada pengertian internal pseudonymity dimana terdapat indikasi berpedaan antara diri kehidupan nyata seseorang dan diri online seseorang. Pada saat pengertian eksternal dari pseudonymity mengacu pada perbedaan pada nama yang memungkinkan orang saling kenal, pengertian internal mengacu pada perbedaan dalam hal  diri kehidupan nyata seseorang dimengerti sebagai diri onlinenya. Pada saat seorang pria merasionalisasi perselingkuhan onlinenya, diri onlinenya dipahami pria tersebut sebagai seseorang yang berbeda dengan apa yang dia tahu mengenai diri-nya di kehidupan nyata. Diri onlinenya merupakan seseorang yang memiliki perselingkuhan secara online, sementara diri-nya di kehidupan nyata tidak akan memaafkan perbuatan tersebut. Kembali pada pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman beronline anda secara internal adalah pseudonim pada saat anda mengambil tindakan yang tidak mungkin anda lakukan di kehidupan nyata namun tidak sampai melupakan perbedaan antara diri online dan kehidupan nyata anda.

Anonimitas (Ketakbernamaan) di Dunia Maya
Bagian terakhir dari pedoman dalam memahami bentuk kesadaran diri di dunia maya ini menunjukkan bahwa ada situasi – situasi tertentu dimana diri seseorang menghilang ke dalam identitas maya dan kesadaran diri kehidupan nyata seseorang hanyalah sebuah pikiran sepintas lalu.
Anonimitas internal merupakan istilah yang digunakan untuk mengacu pada jenis kesadaran (kurangnya kesadaran) akan diri di ranah online. Anonimitas berarti suatu hal tidak ada nama atau nirnama serta memiliki pengertian internal dan eksternal. Pengertian eksternal dari anonimitas dapat digunakan untuk mengarahkan kita pada pengertian internal dari anonimitas karena berhubungan dengan diri online.
 Anonimitas eksternal, sebagaimana telah disebutkan di atas, merupakan “suatu bentuk tak teraksesnya seseorang oleh orang lain yang berhubungan dengannya atau tinggal di lingkungan sosial yang sama, meskipun hanya atau terutama dalam hal dampak dari aksi seseorang.” Berbagai macam cara bisa digunakan seseorang agar menjadi anonim di kehidupan nyata. Anonimitas yang tidak disengaja didapat , misalnya, ketika anda menghadiri acara-acara publik seperti acara olahraga. Anonimitas yang disengaja dibentuk ketika anda melakukan penyamaran untuk mengintai seseorang. Di dunia maya, dimana anonimitas merupakan sesuatu yang standar, kita menjadi anonim ketika memberikan komentar di blog yang tidak membutuhkan identitas apa pun. Orang dapat terus menjadi anonim di dunia maya dengan menggunakan perangkat lunak untuk menutupi jejak mereka. Anonimitas eksternal sangat lah menarik karena hal ini merupakan fitur di Internet yang memungkinkan terjadinya multiplisitas dan ketakterlihatan.
Anonimitas internal mengacu pada kesadaran diri online seseorang terlepas dari diri kehidupan nyatanya.  Metode akting (method acting) adalah analogi yang tepat untuk digunakan untuk kesadaran seperti ini. Ketika seorang method aktor sepenuhnya masuk dalam perannya, kesadaran akan diri-nya di kehidupan nyata jauh dari dirinya dan tidak dianggap sama sekali. Kesadaran diri seseorang yang anonim secara internal tersebut, pada beberapa kasus tidak akan muncul hingga identitas tersebut ditinggalkan. Pada saat seseorang secara internal menjadi anonim, mereka memperhitungkan cara melindungi identitas onlinenya, motivasinya serta nilai yang dianutnya dari benak kesadaran diri (nya) yang sedang duduk di kursi. Identitas online anonim yang demikian sering ditemukan di beberapa permainan peran dan dunia virtual dimana pengguna bisa saja berusaha untuk memegang teguh keyakinan dan hasratnya di kehidupan nyata terlepas dari keyakinan dan hasrat kepribadian onlinenya.
Bisa dipastikan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memutus hubungan antara diri online dan diri di kehidupan nyatanya.  Namun batasannya bisa ditepis. Seseorang mendekati diri online anonim ketika dia beralasan bahwa kesadaran-diri kepribadian onlinenya sepenuhnya mewujud hanya di ranah online. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan diri anda pada posisi kepribadian bentukan tersebut, dan memperlakukannya sebagai identitas yang berdiri di belakang yang lainnya dan merupakan sumber dari semua nilai yang dianut. Dengan memandang dari perspektif kepribadiab bentukan, permasalahan normatif yang muncul telah terjawab dan menghasilkan nilai. 
            Sebagai contoh, seseorang yang berusaha mengeksplor sisi gelap dari sifat dasar manusia namun bukanlah orang jahat di kehidupan nyata. Pengguna ini dapat menciptakan kepribadian online yang bisa menerima ide – ide jahat di MUD. Dengan demikian dia dapat mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang kejam, jahat dan licik tanpa merasa bersalah karena berdasarkan perspektif orang pertama dari pribadi bentukan tersebut memang demikianlah orang jahat itu. Namun demikian, cara pemerisaian (shielding) yang demikian bisa terus dilakukan jika tindakan yang diambil dapat diterima oleh kepribadian bentukan, namun tidak dapat dilakukan oleh pengguna – meskipun semuanya dilakukan online.
            Sifat ekstrim dari pengidentifikasian diri secara anonim dengan diri online seseorang merupakan pengalaman yang berbeda dan mungkin tidak dialami oleh kebanyakan pengguna internet. Menarik memang untuk melihat cara Internet memungkinkan orang memperlebar jarak diri kehidupan nyata dari diri mayanya. 

Pengertian eksternal dari anonimitas mengarah pada pengertian internal dari anonimitas karena ada sesuatu yang tidak diketahui. Dalam pengertian eksternal tersebut, seorang anonim tidak diketahui oleh orang lain, sementara dalam pengertian internal kehidupan nyata seseorang tidak dikenali oleh diri online. Kembali pada pedoman pengguna, anda akan menemukan bahwa pengalaman beronline anda disebut anonim jika anda mengambil tindakan atas nama kepribadian yang dibentuk dan tidak menyadari hadirnya diri kehidupan nyata. 

No comments:

Post a Comment