Thursday, November 8, 2012

Etnosains


Dalam Etnosains, para ahli antropologi mengambil linguistik sebagai model untuk antropologi. Di sini saya akan mencoba mengetengahkan ;inguistik manakah yang diikuti dan mengapa ahli antropologi memilih linguistiknya (pada saat yang bersamaan saya berusaha menghubungkan dengan masalah yang muncul dalam studi perbandingan kebudayaan

Cross Cultural Comparison atau Studi Perbandingan Kebudayaan  berusaha mencari dan merumuskan teori tentang relasi gejala antar kebudayaan. Setelah teori dirumuskan, para ahli antropologi kemudian membuat prediksi atau perkiraannya. Namun Cross Cultural Comparison ini memiliki permasalahan dalam keterbandingan etnografi, yaitu:

Tiga masalah pokok yang mereka temui adalah pertama, perbedaan minat ahli antropologi yang menyebabkan perbedaan data yang dikumpulkan, kedua adalah perbedaan metode dan masalah yang ketiga atau yang terakhir adalah ketidaksamaan pendapat diantara para antropolog dalam menentukan kriteria pengklasifikasian. Kemudian disepakatilah bahwa kelemahan para antropolog adalah pada cara pelukisan kebudayaan.(Tugas review Etnosains dan Etnometodologi – Sebuah Perbandingan oleh Ahimsa-Putra ditulis oleh Diyah Perwitosari, 2009: 1-2). Sehingga muncul pemikiran untuk mencari metode deskripsi agar etnografi sebanding. Ahli antropolog kemudian melirik linguistik dimana para ahlinya ketika mendeskripsikan bahasa adalah mendeskripsikan aturan – aturan bertatabahasa khususnya berbahasa. Model linguistik yang diambil oleh ahli antropologi adalah descriptive phonology atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan pendeskripsian fonem atau mendeskripsikan cara pengucapan atau dengan kata lain mendeskripsikan cara menghasilkan bunyi bahasa.

Hal ini kemudian mempengaruhi ahli antropologi dalam mendefinisikan kebudayaan  dimana kemudian kebudayaan didefinisikan sebagai cara – cara berperilaku.yang dapat dilihat dengan jelas dari definisi kebudayaan menurut Goodenough:

“culture is not a material phenomenon; it does not consist of things, people, behavior or emotions. It is rather the organizations of these things. It is the forms of things that people have in mind, their models for perceiving, relating and otherwise interpreting them as such. The things that people say and do, their social arrangement and events are products or by products of their culture as they apply it to the task of perceiving and dealing with their circumstances …” (Goodenough, 1964a: 36) – diambil dari tulisan Ahimsa-Putra yang berjudul Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah Perbandingan, 1985: 107). 

Definisi Goodenough mengenai kebudayaan, menurut yang saya tangkap dengan keterbatasan pemahaman saya, adalah pengorganisasian masyarakat, tingkah laku, emosi-emosi dan hal-hal lain. Apa yang mereka lakukan, katakan, tata cara hubungan sosial dan pelaksanaan even-even merupakan hasil penafsiran, penangkapan dan pengamatan-pengamatan berdasarkan situasi tertentu. Goodenough mengharuskan peneliti untuk mengetahui sistem pengetahuan suatu masyarakat yang meliputi klasifikasi-klasifikasi, aturan-aturan, prinsip-prinsip dan hal-hal lain.

Cara – cara berperilaku itu sendiri, menurut Ahimsa-Putra, ada dalam pikiran yang terwujud dalam bahasa sehingga dengan kata lain Etnosains melandaskan pada basis filsafat yang memandang kebudayan adalah berupa pengetahuan kolektif dari proses belajar dan Etnosains adalah studi sistem pengetahuan suku bangsa.

Di sini saya akan coba juga ketengahkan perbedaan yang sangat penting antara Fungsionalisme dan Etnosains pada aspek model dan etnografi


Fungsionalisme
Etnosains
Model
Kebudayaan dianalogikan seperti organisme yang memiliki fungsi
Kebudayaan adalah sistem pengetahuan
Etnografi
Berisi tentang deskripsi perilaku
-       Berisi klasifikasi – klasifikasi lewat bahasa lokal atau istilah – istilah lokal dan kategori – kategori lokal
-       Aturan – aturan berdasarkan kategori – kategori tersebut
-       Hasil akhir sebuah penelitian yang menggunakan metode etnosains adalah pelukisan sistem pengetahuan yang ada pada warga masyarakat atu kelompok masyarakat tertentu, dan bukan pola dari tingkah laku mereka.



No comments:

Post a Comment