Friday, November 23, 2012

Sekelumit Pemahaman terhadap Manusia dan Kebudajaan di Indonesia, ditulis oleh Koentjaraningrat (1971)


Berdasarkan pada beberapa asumsi dasar yang disuguhkan oleh Koentjaraningrat: (1) daratan Australia dan daratan Asia dulunya tersambung, (2) keadaan lingkungan mempengaruhi iklim, (3) tanah yang subur merupakan tanah yang paling padat penduduknya (4) terjadinya evolusi dari bentuk fisik tubuh, (5 diyakininya akan terjadinya penyebaran dan pengaruh kebudayaan maka dapat saya simpulkan bahwa penulisan buku ini adalah menggunakan paradigma EVOLUSI MODERN yang dalam tulisan Dahler dan Chandra (1976: 82 – 84) yang berjudul Asal dan Tujuan Manusia (Teori Evolusi) memiliki prinsip – prinsip dasar sebagai berikut: (1) manusia adalah bagian dari alam yang berevolusi; (2) kemampuan reflektif manusia akan meningkat; (3) manusia memiliki kesadaran moral (kesadaran akan yang baik dan buruk bagi kehidupan manusia), kesadaran sosial (sikap hidup yang aktif dalam pergaulan dengan manusia – manusia lin), serta kesadaran kosmis (kemampuan manusia untuk melihat dan merasa dirinya sebagai bagian dari alam semesta keseluruhan dan yang bersatu dengan itu); (4) akan terjadi kompleksifikasi dalam alam akal-budi umat manusia; (5) akan terjadi unifikasi dan konvergensi dalam dunia kesadaran manusia; serta (6) dalam diri manusia-manusia modern yang telah menyentuh dan memahami pengertian evolusi, maka sesungguhnya proses evolusi alam di bumi ini dapat dikatakan “telah menyadari dirinya” sendiri dalam artian manusia sekarang dapat merencanakan perkembangannya sendiri, dan mengikutsertakan kehendaknya dalam proses itu. Dalam mengetengahkan kebudayaan yang beranekaragam di Indonesia ini, pada dasarnya Koentjaraningrat mengurai isi kebudayaan menjadi tiga aspek[1] yaitu (1) ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma serta peraturan (ujud idiil); (2) kelakuan berpola (sistem sosial); serta (3) ujud kebudayaan (kebudayan fisik).
      Perlu diketahui bahwa tujuan dari penulisan buku ini, selain apa yang dipaparkan dalam bagian Kata Pengantar, adalah untuk membedah orientasi nilai budaya Indonesia untuk mencari sosok manusia Indonesia yang memiliki mentalitas cocok dalam rencana pembangunan serta membangun kesatuan teoretis dari segala perbedaan kultural yang membentang dari Sabang sampai Merauke[2]. Pertanyaannya kemudian adalah apabila penulisan ini menggunakan paradigma evolusi yang “percaya” bahwa segalanya tidak langgeng, apakah dengan demikian kesatuan teoretis dapat dilahirkan dari paradigma ini?



[1] ‘Masyarakat Indonesia’ Jilid XXII No. 1, 1995 judul Artikel: Koentjaraningrat: Cendekiawan Perintis Antropologi di Indonesia
[2] Perspektif Budaya, Bambang Widianto dan Iwan Meulia Pirous

No comments:

Post a Comment