Dalam artikel ini diketengahkan politik ekonomi
Negara terutama dalam kaitannya dengan pendapatan per kapita serta produksi. Sudut pandang yang saya tangkap
dari artikel bagian pertama ini adalah bahwa negara – negara di Asia atau
negara berkembang dianggap miskin. Dalam artikel ini hanya melulu melihat pada
pendapatan per kapita, yang juga sekaligus jumlah orang yang memiliki
pekerjaan, dan juga pemasukan negara dan tidak adanya review pada struktur yang
mendukung atau pun potensi negara yang disebut miskin tersebut. Bahkan dalam
artikel ini disebutkan bahwa penulisan artikel ini berdasarkan pada data
statistik yang dianggap tidak sesuai namun tetap digunakan. Dalam
artikel ini tidak dibahas mengenai pengaruh social budaya masyarakat Asia itu
sendiri dalam menentukan tinggi rendahnya upah. Hal tersebut di atas
diungkapkan pada artikel bagian pertama. Pada artikel bagian ke dua disebutkan
bagaimana tingkat kehidupan dan ketimpangan juga menjadi tolak ukur dalam
menentukan miskin tidaknya suatu negara. Namun sekali lagi tolak ukur itu
dilihat lagi menurut tingkat kehidupan dunia “barat” namun tidak dalam hal
kesehatan yang menyangkut keadaan rumah tinggal, pakaian, air dan juga system
pembuangan. Pertanyaan saya untuk artikel bagian ke dua ini adalah apakah
artikel bagian ke dua ini semata – mata berbicara mengenai hubungan antara
statistik dengan kebijakan yang diambil
oleh negara.
Artikel bagian ke tiga ini adalah lebih
pada rekomendasi kepada negara berkembang untuk mengadakan trade dengan dunia “barat” dan juga ditingkatkannya perdagangan
antar negara dalam region yang sama
yang akan berpengaruh pada adanya pertukaran tenaga kerja dalam region tersebut.
No comments:
Post a Comment