Pembacaan artikel ini didasari pada tema
besarnya yaitu investasi dan gaya hidup. Dalam artikel ini diketengahkan
bagaimana perdagangan pakaian bekas menjadi jawaban bagi masyarakat kelas
pekerja seperti penambang batu bara hingga pekerja kantoran. Tentu saja adanya
bentuk perdagangan suatu produk merupakan jawaban atas adanya permintaan. Apabila
boleh dikatakan secara singkat, ada permintaan ada produksi. Dan apabila kita
berbicara tentang perdagangan baju bekas tentunya sudah dapat disetujui dan
juga disebutkan dalam artikel ini bahwa pasar yang mereka sasar adalah
masyarakat kelas menengah ke bawah yang memiliki kebutuhan untuk tetap nampak
modis dengan mengenakan pakaian yang berkualitas namun dengan harga yang
terjangkau. Permintaan ini sendiri juga dipengaruhi oleh keadaan Inggris yang
pada saat itu memasuki era pra industri dimana kebutuhan meningkat namun
teknologi belum mampu untuk memenuhi permintaan tersebut.
Apabila judul dalam artikel ini adalah
konsumerisme di era pra industri dan era awal industry di Inggris pada dasarnya
disampaikan bahwa konsumerisme di Inggris meningkat oleh karena adanya
kenyataan perbedaan era tersebut dengan era sebelumnya. Yang menarik adalah bahwa tidak diinginkannya
barang – barang baru dalam kenaikan permintaan tersebut. Ternyata perdagangan
barang – barang bekas sudah ada sebelum hal tersebut menarik perhatian. Pola ini dipertahankan oleh para pedagang.
Dengan membaca artikel tersebut saya berpikir
bahwa ternyata ada pola kebiasaan dalam masyarakat yang sebelumnya dianggap
biasa saja kemudian ternyata menjadi satu solusi untuk menjawab tantangan
jaman. Yang kemudian menjadi
pertanyaan saya adalah, apakah hal tersebut juga ada di Indonesia? Adakah
kebiasaan – kebiasaan dalam kehidupan jual beli masyarakat di Indonesia yang
sebenarnya bisa menjawab tantangan – tantangan permasalahan ekonomi yang
terjadi?
No comments:
Post a Comment