RINGKASAN SERTA PEMAHAMAN AKAN TULISAN
Dalam artikel ini Jenkins mengawali
dengan menyatakan bahwa Resource
Mobilization Theory atau Teori Mobilisasi Sumber Daya memberikan pemaknaan
alternatif atas gerakan – gerakan sosial. Jenkins merupakan seorang Sosiolog
yang mengkhususkan diri dalam studi gerakan sosial, sosiologi politik dan
pembangunan sosial. Artikelnya ini juga
mengetengahkan kemunculan serta kontroversi yang muncul atas Teori Mobilisasi
Sumber Daya (TMSD). TMSD dianggap sebagai teori yang cukup layak untuk
menggantikan Entrepreneurial Mobilization
yang berjaya pada era 1960an hingga 1970an.
Dijelaskan
oleh Joe Foweraker dalam tulisannya yang berjudul Popular Mobilization in Mexico: The Teachers’ Movement, 1977-1987
bahwa entrepreneurial mobilization muncul
dari kelompok – kelompok usahawan (entrepreneurial
groups) yang tertekan dalam keadaan yang lebih ketat dan neoliberal. Kemunculan
TMSD dinyatakan oleh Jenkins untuk menjawab perubahan dalam sektor gerakan
sosial. TMSD ini, pada masa yang akan datang, disinyalir akan (1) memperluas
teori sistem politik untuk menganalisa negara dan rejim yang berbeda, serta (2)
menyediakan psikologi sosial yang lebih maju atas mobilisasi. K. S. Krishna
Rao, dalam tulisannya berjudul Introduction
to Indian Social Anthropology, menyebutkan bahwa TMSD (1) dikembangkan di
Amerika; (2) sebagai respon terhadap gerakan hak – hak sipil, anti perang,
perempuan dan kaum kulit hitam yang terjadi; (3) berusaha untuk
“merehabilitasi” gerakan – gerakan sosial dengan menggabungkan kembali gerakan
– gerakan tersebut ke dalam ranah aksi rasional atau pilihan rasional serta
organisasi politik; (4) tidak memberikan ruang bagi dinamika emosional,
pengalaman berkomunitas, memiliki tujuan bersama agar dapat tetap bertahan
hidup serta solidaritas yang sudah ada sebelumnya; serta (5) terbatas pada
konsep individu atas aksi sosial. Kelima hal terssebut dirangkum dengan jelas
oleh Glenn D. Walters dalam tulisannya berjudul Lifestyle Theory: Past, Present, and Future yang menyatakan bahwa
TMSD dapat dilihat sebagai refleksi atas pilihan aktor (gerakan) atas sumber
daya yang ada dan tidak perlu bergantung pada pemahaman bahwa tindakan agresi
muncul karena rasa frustasi untuk menjelaskan secara logis atas suatu proses
politik.
Berikut
ini tabel perbedaan antara teori TMSD dengan teori – teori yang mendahuluinya ataupun
teori lainnya dalam menganalisa gerakan sosial. Tabel ini diketengahkan untuk
melihat argumen dasar dari TMSD serta menunjukkan kontribusi TMSD pada pembentukan
gerakan, proses mobilisasi, organisasi gerakan sosial serta hasil dari
tantangan yang ada.
|
Teori
- Teori Sebelumnya (Teori Klasik) serta Teori Lainnya
|
Teori
Mobilisasi Sumber Daya
|
|
Pada tahun
1960-an:
1. Menjelaskan partisipasi individual dalam gerakan sosial
2.
Teori yang berkembang adalah Teori
Masyarakat Massa (Mass Society),
Teori Perampasan Relatif (Relative
Deprivation), Teori Perilaku Kolektif (Collective Behaviour)
(i)
Aksi kolektif yang tidak terlembagakan
(ii)
Minim pengorganisasian
(iii)
Bentuk – bentuk dasar dari perilaku
kolektif
(iv)
Merupakan gerakan – gerakan perubahan
personal dan insitusional
3.
Gerakan sosial yang terjadi muncul karena
tekanan struktural yang muncul karena adanya perubahan sosial yang sangat
cepat
|
1. Merupakan perpanjangan dari aksi yang terlembagakan
2. Merupakan gerakan perubahan insitusional (aksi kolektif
yang bertujuan untuk mengubah pengaturan lembaga [A general Theory of Institutional Change – Shiping Tang]) yang
berusaha untuk mengubah elemen struktur sosial dan pembagian masyarakat yang
diberikan dengan mengorganisir kelompok – kelompok yang sebelumnya tidak
terorganisir untuk melawan lembaga elit dalam rangka mewakili kepentingan
kelompok yang terpinggirkan dari sistem politik
3. Mensyaratkan adanya kelompok yang terorganisir dan
berwawasan
|
Asumsi
|
Pada
tahun 1960-an:
1.
Partisipasi dalam gerakan sosial yang
ada dinilai jarang dan tidak memuaskan.
2.
Aksi – aksi yang ada terlembagakan
serta bentuk gerakannya khas
3.
Aktornya irasional
|
1. Aksinya rasional (memiliki tujuan yang jelas dan pasti)
2.
Dasar dari tujuan gerakan ditentukan
oleh konflik kepentingan yang mewujud dalam relasi kekuasaan
3.
Keluhan yang dihasilkan dari konflik
tersebut tersebarluas sehingga pembentukan serta mobilisasi gerakan
tergantung pada perubahan sumber daya, organisasi kelompok serta adanya
peluang untuk tindakan kolektif
4.
Organisasi gerakan yang terpusat serta
terstruktur secara formal merupakan kekhasan gerakan sosial modern dan lebih
efektif dalam memobilisasi sumber daya
5.
Keberhasilan gerakan sangat ditentukan
oleh faktor – faktor strategis dan proses politik yang memperangkapnya
|
Pembentukan
Gerakan
|
Gerakan
muncul karena adanya keluhan
|
|
atas
hambatan strukutural akibat dari perubahan sosial yang sangat cepat
|
atas perubahan
jangka panjang dalam hal sumber daya kelompok, organisasi serta adanya kesempatan
diadakanya aksi kolektif
meningkatnya
kesempatan bagi kelompok yang dirugikan serta kompak
|
|
Proses
Mobilisasi
|
|
Mobilisasi hanya muncul jika “imbalan
yang selektif” (selective benefits)
ditawarkan
|
Keluhan
(grievance)
|
Muncul
akibat perubahan dalam relasi kekuasaan serta konflik kepentingan secara
struktural
|
Muncul
karena ketersediaan sumber daya, kader, serta fasilitas pengorganisasian
|
Pendukung
Teori
|
Model entrepreneurial movements banyak menjelaskan gerakan para pekerja
pertanian serta penerima kesejahteraan (welfare
recipients) – gerakan hak – hak sipil serta gerakan mahasiswa
|
Gerakan penyelamatan lingkungan
mendukung teori ini dimana gerakan tersebut berusaha untuk mencapai tujuan
yang dihubungkan dengan kepentingan yang lebih luas, tersebar, serta
perkumpulan yang tidak terorganisir seperti masyarakat awam atau konsumen
kelas menengah yang bermobilisasi tanpa inisiatif dari para usahawan
|
Kontribusi
|
|
Menekankan pada pentingnya kontribusi
pihak luar dan kooptasi dari sumber daya insitusi yang dibicarakan oleh
gerakan sosial kontemporer.
|
Kritik
|
|
Perspektif baru ini dianggap tidak
begitu berbeda seperti yang diklaim oleh pemrakarsanya dan juga dianggap
bertumpu pada kerangka teori yang terlalu sempit.
Tetap diperlukan pendekatan
multi-faktor (multi-factor approach)
yang melihat konteks sejarah dan keadaan dari proses – proses gerakan serta
kejadian – kejadian yang menimbulkan gerakan – gerakan sosial serta perlunya
digunakan beragam konsep dan teori yang dapat membantu kita menganalisa
gerakan sosial yang “dinamis” ini.
|
Tantangan
Utama
|
|
Tantangan utama dari teori ini
berpusat pada keunggulan insentif moral ataupun insentif dengan tujuan
tertentu – dari studi yang dilakukan dengan menggunakan teori ini ditemukan bahwa
lebih dari setengah peserta telah memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama
tanpa insentif selektif
Solusi: mengembangkan program yang
menawarkan insentif kolektif dari solidaritas
dan komitmen kelompok demi tujuan moral, strategi rekrutmen mengikuti
prinsip-prinsip dasar yang sama. Kampanye dipusatkan di sekitar insentif bertujuan
dan solidaritas, berfokus pada kelompok “alami” yang sudah ada sebelumnya, serta
menghubungkan visi perubahan pada kelompok budaya yang sudah ada sebelumnya dinilai
lebih efektif.
|
Hasil dari tantangan yang ada
|
|
Tidak
hanya bergantung pada pilihan strategis tetapi juga pada sikap elit politik
serta dukungan / oposisi dari organisasi yang memiliki kepentingan yang sudah
ada dan gerakan lainnya. Keseimbangan dukungan dan kontrol sosial pada
akhirnya dibentuk oleh perubahan dalam koalisi pemerintahan, struktur rejim
dan perubahan sosial yang menimbulkan krisis rejim.
|
referensi untuk TMSD atau Resource Mobilizatio Theory
ReplyDelete