Tema besar yang memayungi dari review artikel ini adalah distribusi
produk dan dalam hal ini mengambil bentuk barter. Krisis yang melanda Bulgaria
dan besarnya jumlah produksi kentang dimanfaatkan oleh penduduk pegunungan di
Bulgaria, tepatnya di Rhodope Mountain pada tahun 1997, untuk menjadikan
kentang sebagai alat tukar meskipun alat tukar uang masih digunakan oleh
beberapa orang, terutama di daerah perkotaan, yang merupakan penduduk dengan
keadaan eknomi yang lebih stabil dibandingkan penduduk pedesaan. Judul dari
artikel ini seperti telah menggambarkan keseluruhan isi dari artikel ini dimana
penduduk pedesaan ‘membeli’ beberapa barang dengan menukarkannya dengan kentang
yang mereka miliki dan dalam hal ini bisa dikatakan barter telah hidup kembali
pada jaman yang boleh disebut sebagai jaman modern. Barter disini mengacu pada
pengertian yang diberikan oleh Appadurai yang menyatakan, “barter as “the exchange of objects for one another without reference
to money and with maximum feasible reduction of social, cultural, political, or
personal transaction costs” (halaman 74). Seperti telah disebutkan bahwa
penduduj pegunungan lah yang memproduksi kentang, mereka menukarkan kentang
tersebut dengan kebutuhan mendasar lainnya seperti sayuran yang ditanam oleh
penduduk pedesaan di dataran rendah. Dalam pertukaran tersebut, penduduk
pegunungan dan penduduk pedesaan di dataran rendah memiliki jumlah pertukaran
tersendiri yang disetujui berdasarkan pada tawar – menawar yang mereka lakukan.
Artikel ini sangat lah menarik melihat
bagaimana penduduk dataran tinggi bekerjasama dengan penduduk dataran rendah
dalam menyikapi krisis ekonomi yang terjadi dan terutama karena terjadi pada
masa modern. Pertanyaan yang
kemudian muncul adalah apakah hal seperti ini juga terjadi di Indonesia pada
masa krisis ekonomi.
No comments:
Post a Comment